Berita Nasional Terkini
Kisah Guru di Pedalaman Papua Barat, Sering Melintasi Hutan dan Jalan Berlumpur
Kisah guru di pedalaman Papua Barat. Inilah yang dialami Paskali Baronama, mereka melintasi hutan dengan jalan berlumpur.
TRIBUNKALTIM.CO, MANOKWARI SELATAN - Pekerjaan sebagai tenaga pengajar atau guru di daerah pedalaman merupakan tantangan yang tidak ringan.
Berbagai kendala ditemui, andai tidak kuat tentu saja akan memutuskan mengundurkan diri.
Tetapi tidak seorang guru yang ada di Papua Barat. Bertugas di pedalaman, pelosok kampung, menjadikan guru sebagai profesi panggilan nurani yang luhur.
Ya, ini ada kisah, seorang guru di pedalaman Papua Barat, Paskali Baronama berbagi cerita ihwal menjadi guru.
Baca juga: Gubernur Papua Barat Nilai Positif IKN Nusantara: Kita Bisa Terbang 2 Jam Sampai Ibu Kota Negara
Baca juga: Lemhanas Latih 100 Guru di Kaltim Untuk Bangun Karakter Bangsa
Baca juga: 87 Guru PAI di Paser Bakal Mengikuti Program PPG, Pemkab Siap Fasilitas Melalui APBD Perubahan
Kala itu, ia mendapat penempatan pertamanya di SD Inpres Membey, Kecamatan Membey, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat pada 1999 hingga 2000.
"Dulu saya jalan kaki dua hari dua malam dari Manokwari ke Membey sama masyarakat yang pulang dari kota," ujarnya mengisahkan masa lalunya kepada Tribunpapuabarat.com, Selasa (21/6/2022).
Selama jalan dua hari dua malam, kata Paskali Baronama, mereka melintasi hutan dengan jalan berlumpur.
Saat itu, belum ada jaringan komunikasi maupun listrik.
Meski begitu, ia selalu semangat untuk mengajar di pedalaman Pegunungan Arfak. Dan, niat tulus untuk mencerdaskan anak-anak asli Papua.
"Waktu itu, saya merasa nyaman menetap dan menjadi bagian dari masyarakat pedalaman Papua Barat," katanya.
Baca juga: Kisah Guru Mengabdi 10 Tahun di Kawasan Terluar Malinau, Nekat Merantau dan Sempat Ditentang Ortu
Semangat lulusan diploma Universitas Cenderawasih ini menggebu-gebu setiba di lokasi sekolah. Apalagi, para murid sekolah dasar tempatnya mengajar antusias bersekolah dan belajar.
Ia bilang saban hari para murid berjalan kaki melintasi hutan dan menyeberangi sungai untuk bersekolah. Bahkan harus melewati jalan terjal yang meliuk-liuk.
"Kelas baru buka pukul 07.00 WIT tetapi para siswa sudah di sekolah pukul 06.00 WIT. Sangat tidak mudah jalanan itu," ujarnya.
Pindah Tugas di Manokwari
Setelah beberapa tahun bertugas di SD Inpres Membey, ia dipindahkan ke SD Inpres Sabubar di Kecamatan Wamesa, Kabupaten Teluk Wandoma, Papua Barat.