Berita Kutim Terkini

Stunting Sulit Disembuhkan, Kadinkes Kutim Sebut Seribu Hari Pertama Kehidupan Jadi Masa Penting

Seribu hari pertama atau sekitar tiga tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi pada bayi.

Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Aris
Tribun Kaltim/Syifaul
Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dr Bahrani Hasanal menyebut seribu hari pertama kehidupan menjadi masa penting pencegahan stunting. (Tribun Kaltim/Syifaul Mirfaqo) 

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Seribu hari pertama atau sekitar tiga tahun kehidupan sejak masih dalam kandungan merupakan masa penting pembangunan ketahanan gizi pada bayi.

Di tingkat kabupaten dan kota se-Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Timur menduduki daerah dengan jumlah anak stunting terbanyak dengan persentase 27,5 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kutim, dr Bahrani Hasanal mengatakan bahwa seribu hari pertama kehidupan menjadi waktu penting untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.

Baca juga: Sawah Kembali Dialiri Usai Saluran Irigasi di Kecamatan Kaubun Kutim Direhabilitasi

"Mengapa penting?, karena kalau setelah seribu hari dan anak terkena stunting, maka akan sulit untuk disembuhkan," ujarnya saat ditemui di ruang kerja, Jumat (8/7/2022).

Lewat dari seribu hari, dampak buruk kekurangan gizi pada ibu hamil akan sulit diobati dan bisa memicu stunting.

Stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh, baik fisik maupun otaknya. Stunting ini sering dihubungkan dengan malnutrisi dan infeksi kronis (non endokrin).

"Untuk stunting, perlu diluruskan bahwa penyembuhannya tidak semudah penyakit lain pada umumnya sehingga pencegahan merupakan satu-satunya yang harus kita maksimalkan," ucapnya.

Baca juga: Pembentukan Perda Perlindungan Perempuan Dilandasi Maraknya Kekerasan Terhadap Perempuan di Kutim

Sejak ibu mengalami kehamilan, pencegahan stunting bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang cukup.

Nutrisi itu juga yang terus berperan mencegah terjadinya stunting pada anak mulai dari dalam kandungan hingga masa menyusui.

"Stunting bukan hanya tumbuh-kembang yang terhambat dari fisik anak, tetapi juga kemampuan intelijensinya," ujarnya.

Mantan Direktur RSUD Kudungga tersebut memberikan perumpamaan, jika seorang anak normal bisa menyelesaikan satu pekerjaan, maka 10 anak stunting yang bisa menyelesaikan satu pekerjaan yang sama.

Baca juga: Pemerintah Turut Bertanggung Jawab, Bapemperda DPRD Kutim Inisiasi Perda Perlindungan Perempuan

Pencegahan stunting menjadi penting, mengingat ini program super prioritas presiden yang menargetkan angka stunting di tahun 2024 bisa maksimum di angka 14 persen.

Di Kutim, angka stunting masih 27,7 persen sehingga masih harus menekan hingga 13 persen atau nyaris setengahnya.

"Ini persoalan serius karena mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia di masa depan. Kalau presentasenya tinggi, bisa jadi kita terus melahirkan generasi yang suatu saat mengalami kegagalan," ujarnya.

Baca juga: Festival Sekerat Nusantara Digelar 17-23 Juli 2022, Camat Bengalon Ajak Warga Kutim Ikut Ramaikan

Sekedar diketahui, Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak pada usia di bawah lima tahun (balita) sehingga muncul perawakan anak kerdil atau pendek.

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan energi dalam waktu lama yang kronis terutama pada seribu hari pertama kehidupan. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved