Opini
Upaya Tingkatkan Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Gunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis saat di kelas atau saat pembelajaran dapat disimpulkan bahwa menulis dalam Bahasa Inggris itu sulit
TRIBUNKALTIM.CO - Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis saat di kelas atau saat pembelajaran dapat disimpulkan bahwa menulis dalam Bahasa Inggris itu sulit dibandingkan dengan keterampilan lainnya.
Mengapa hal tersebut terjadi? Padahal di tingkat menengah peserta didik paling tidak mampu mendengarkan, membaca, menulis kemudian berbicara.
Apakah karena banyaknya peserta didik yang tidak mendapatkan pembelajaran Bahasa Inggris di tingkat dasar? Sehingga menyebabkan hal tersebut. Ataukah ada faktor lainnya?
Hal tersebut belum dapat dijawab karena fokus penulis hanya ingin berbagi model pembelajaran yang menurutnya efektif jika dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik di kelas.
Apakah keterampilan menulis akan menjadi sulit jika model pembelajaran yang digunakan bervariasi. Tidak monoton ke satu model saja.
Baca juga: SMP Negeri 3 Bontang Tetap Berkarya meski Pandemi Covid-19, Giatkan Literasi di Sekolah
Silakan dibandingkan dengan metode ceramah atau metode yang termasuk konvensional sebagai berikut dan materi yang diberikan adalah tentang teks deskriptif.
Guru selama berada di kelas memberikan penjelasan tentang deskriptif, apa itu teks deskriptif? Strukturnya? dan unsur kebahasaan serta tujuannya. Setelah itu, mungkin saja guru akan memberikan tanya jawab atau diskusi singkat
Kemudian mengajak setiap peserta didik langsung menulis tanpa diberikan pengetahuan lebih lanjut tentang teks deskriptif itu sendiri. Penulis yakin yang terjadi adalah peserta didik akan merasa kesulitan dengan hal tersebut.
Mari kita bahas lebih lanjut, bagaimana proses dari Problem Based Learning yang dapat diterapkan di dalam kelas untuk meningkatkan keterampilan menulis peserta didik.
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang tidak baru lagi di kalangan pendidik. Pada PBL guru melalui beberapa sintaks atau fase yaitu:
1. Orientasi peserta didik pada masalah
2. Mengorganisasikan peserta didik
3. Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Baca juga: Pemanfaatan Aplikasi Merdeka Mengajar di Masa Pandemi
Pada fase pertama, guru memberikan sebuah gambar “Pantai Merah Muda” di Lombok beserta teksnya.
Peserta didik diminta untuk mengamati gambar (berpikir kritis, kreatif akan muncul pada fase ini) dan menyatakan betapa indahnya pantai tersebut, letaknya di mana dan seterusnya.
Kemudian fase ke dua peserta didik diminta untuk menuliskan pertanyaan 5W+1H atau What, Where, When, Why, Who dan How.
Selanjutnya, fase ke tiga guru mengamati peserta didik menuliskan pertanyaan apa saja yang muncul berkaitan dengan gambar serta teks Pantai Merah Muda.
Peserta didik dapat berdiskusi dengan teman satu bangku (kolaborasi) mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan terkait teks.
Fase ke empat, peserta didik membacakan hasil diskusinya secara bergantian kemudian guru dan peserta didik dapat membantu menemukan jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan.
Guru memberikan feedback hasil diskusi kemudian memberikan penjelasan lanjutan mengenai teks deskriptif.
Di fase akhir, guru menggunakan Liveworksheet sebagai media interaktif ketika memberikan LKPD dalam bentuk teks rumpang kepada peserta didik agar kelas tidak membosankan.
Peserta didik diberikan teks yang sama yaitu: Pantai Merah Muda dan diminta untuk memindahkan kata yang telah tersedia di dalam kotak dan mengisi teks rumpang yang telah disediakan.
Setelah pembelajaran selesai, guru dapat menyimpulkan dan memberikan feedback kepada peserta didik.
Baca juga: Asyiknya Belajar Sejarah ala Pelajar SDN 001 Barong Tongkok, Memakai Media Kliping
Sebagai tambahan, penggunaan media Liveworksheet dapat diterapkan di semua jenjang agar guru dapat berkreasi membuat soal-soal dalam bentuk apa pun.
Media ini dapat di akses melalui web Liveworksheet.com kapan pun dan di mana pun.
Yang terpenting adalah tersedianya kuota internet pada PC atau telepon seluler. Untuk membuat nya lebih berwarna, guru dapat menggunakan Canva sebagai teman duet untuk pembuatan media ajar atau LKPD.
Pertemuan selanjutnya, guru masih dapat menerapkan setiap fase model pembelajaran PBL. Guru memberi salam, berdoa kemudian memberikan sedikit ice breaking atau warming up sebelum pembelajaran dimulai.
Fase pertama, guru memutar sebuah video tempat wisata yang ada di Bali, tepatnya di Kintamani. Peserta didik diminta untuk mengamati video dan menjawab beberapa pertanyaan yang telah disediakan oleh guru yaitu:
1. Apa yang menarik dari video tempat wisata tersebut?
2. Ada berapa tempat yang disebut di dalam video?
3. Apa ciri khas dari tempat-tempat yang telah kalian sebutkan sebelumnya?
Kegiatan tersebut di fase awal, peserta didik dapat mendiskusikan jawaban dengan teman satu bangkunya. Guru menunjuk peserta didik secara acak kemudian diminta membacakan hasil diskusinya.
Fase kedua, peserta didik diberikan enam gambar tempat wisata yang terletak di daerahnya dan disediakan sebuah template untuk mulai menyusun sebuah teks deskriptif sederhana secara berkelompok dengan tetap memperhatikan struktur teks dan unsur kebahasaan.
Selanjutnya pada fase ketiga, peserta didik menyusun sebuah teks deskriptif berdasarkan gambar yang dipilih dan disediakan oleh guru.
Pada fase ke empat, guru menyediakan tempat kosong di sekitar ruangan untuk peserta didik menempelkan hasil tulisan teks deskriptif yang telah dibuat secara berkelompok.
Peserta didik dibagi menjadi dua: dua orang yang menjaga dan tidak ikut berpindah, sedangkan tiga peserta didik lainnya bertugas untuk mengunjungi kelompok lainnya.
Peserta didik secara per kelompok melakukan presentasi, mengunjungi kelompok lainnya, memberikan pertanyaan serta memberikan masukan (Windows Shopping).
Peserta didik diminta menuliskan apa saja yang mereka dapatkan saat berkunjung ke kelompok lainnya.
Di fase akhir, guru meminta peserta didik secara berkelompok untuk melaporkan hasil kunjungan. Guru dapat menyimpulkan dan memberi penguatan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Apakah terlihat perbedaan antara pembelajaran secara konvensional yang telah dituliskan sebelumnya dengan penjelasan fase dalam pembelajaran yang menggunakan model PBL?
Jika ya, maka mari kita mencoba untuk menerapkan nya di kelas.
Penulis juga pernah melaksanakan penelitian di kelas saat PPG dengan menerapkan model PBL dalam meningkatkan kemampuan menulis peserta didik di SMAN 1 Nunukan dengan judul “Improving Writing Skill Through Problem Based Learning in Class X MIA 3 SMA Negeri Nunukan”.
Demikian tulisan mengenai pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif bagi peserta didik.
Semoga tulisan sederhana dari penulis yang merupakan guru Bahasa Inggris di daerah perbatasan ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi pembaca. Aamiin. (*)
Penulis: Andi Jumiati, S.Pd, Guru Bahasa Inggris di SMAN 1 Nunukan
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.