Ekonomi dan Bisnis
Tahun Depan Diprediksi Bisnis Batu Bara Moncer, Bakal Banyak Permintaan
Seperti halnya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengincar peningkatan kapasitas produksi hingga 40 juta ton pada 2023 mendatang
Faktor harga batubara diakui juga menjadi salah satu tantangan untuk peningkatan kinerja pada tahun depan.
Disparitas harga jual batubara nasional menyebabkan perusahaan tidak dapat memaksimalkan kenaikan harga komoditas.
"Apalagi biaya produksi terus meningkat, seperti kenaikan biaya bahan bakar dan kenaikan tarif royalti," terang Hendra.
Baca juga: Sepanjang September 2022, Polda Kaltim Ungkap 4 Lokasi Tambang Batu Bara Ilegal di Kaltim
Dari sisi kebijakan dan regulasi pun juga akan memberikan pengaruh untuk industri batubara nasional pada tahun 2023 mendatang.
Hendra menjelaskan, kehadiran Keputusan Menteri ESDM Nomor 267 Tahun 2022 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batu Bara Dalam Negeri juga bakal menjadi faktor yang mempengaruhi industri batubara.
Selain itu, pelaku usaha kini juga masih menanti mekanisme tarif Badan Layanan Umum (BLU) Batubara. Implementasi BLU Batubara disebut bakal dimulai pada kuartal I 2023 mendatang.
Selain itu, PTBA menargetkan peningkatan monetisasi cadangan batubara untuk beberapa tahun mendatang.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan, ada sejumlah kerjasama yang akan dilakukan untuk mengoptimalkan cadangan batubara yang dimiliki.
"Dengan cadangan kami 3 miliar metrik ton jika tidak dimanfaatkan akan memakan waktu lama," kata Arsal.
Untuk tahun ini PTBA membidik produksi batubara mencapai 35,5 juta ton. Total produksi batubara PTBA hingga kuartal ketiga 2022 mencapai 27,7 juta ton, meningkat 21 persen dibanding kuartal ketiga 2021 yang sebesar 22,9 juta ton.
Dari sisi penjualan, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan ini mencatat volume penjualan sampai dengan akhir September 2022 sebanyak 23,5 juta ton, tumbuh 12 persen secara tahunan.
PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) menargetkan adanya kenaikan produksi batubara untuk tahun 2023 sekitar 15 persen sampai 20 persen dari tahun 2022.
Tahun ini perseroan menargetkan produksi mencapai 3 juta ton.
Sampai dengan September 2022, pencapaian produksi telah melampaui produksi tahunan 2021 sekitar 2,04 juta ton atau tumbuh 19 persen sekitar 2,44 juta ton.
Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra menyampaikan, produksi batubara yang dilakukan hingga September 2022 ini berasal dari 75 persen izin usaha pertambangan (IUP) di Sumatera.
