Berita Kutim Terkini

Nelayan di Kutim Tetap Melaut Meski Cuaca Ekstrem

Nelayan skala kecil di Kabupaten Kutai Timur khususnya Kecamatan Sangatta Utara tetap turun ke laut untuk mencari ikan

Penulis: Syifaul Mirfaqo | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO
Kapal-kapal kecil milik nelayan yang bersandar di Kanal 3, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. TRIBUNKALTIM.CO/SYIFA'UL MIRFAQO 

TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA- Nelayan skala kecil di Kabupaten Kutai Timur khususnya Kecamatan Sangatta Utara tetap turun ke laut untuk mencari ikan.

Padahal, cuaca ekstrem yang masih terjadi semenjak akhir tahun 2022 lalu bisa saja membahayakan para pelaut karena kekuatan ombak yang tidak bisa diprediksi.

Salah satu nelayan ketinting, Ilham menyampaikan alasan dirinya tetap melaut meskipun cuaca tidak menentu.

Dirinya mengungkap bahwa sebagai nelayan kecil, tentu tidak ada pendapatan jika tidak nekat mencari ikan.

"Kalau tidak turun (melaut) ya tidak ada pendapatan," ujarnya pada TribunKaltim.Co, Selasa (3/1/2022).

Baca juga: Mobil Terjun Bebas ke Laut di Balikpapan, Evakuasinya Dibantu Nelayan

Baca juga: Nelayan Gunakan 6 Drum Plastik Evakuasi Mobil Jazz Nyemplung di Laut Balikpapan, Pengemudi Tewas

Memang dikaui Ilham, hasil tangkapan ikan juga menurun drastis di musim seperti ini sehingga nelayan seperti dirinya harus mencari jalan keluar lain.

Namun Ilham tidak khawatir dengan adanya cuaca ekstrem, dirinya mengaku hanya mencari ikan di dekat kawasan pesisir, tidak jauh ke tengah laut.

Jika cuaca semakin buruk, dirinya akan segera pulang ke atas (daratan) dan menghentikan kerjanya mencari ikan.

"Tidak jauh-jauh ke tengah (laut), jadi dari jauh ada awan gelap atau ombak mulai kuat, ya naik (pulang ke daratan)," ujarnya.

Pilihan lainnya, Ilham bisa mencari ikan di air tawar dengan menangkap ikan atau udang liar di sungai untuk kemudian dijual ke pasar.

Baca juga: Pemkab Kukar Anggarkan Rp 200 Miliar untuk 9.200 Nelayan Tahun Depan

Dengan cuaca ekstrem, tentunya harga ikan hasil tangkapannya juga berpengaruh.

"Ya naik (harganya). Penyebabnya karena bahan bakar kita kan juga tetap beli, sedangkan hasil tangkapan sedikit," ujarnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved