Berita Nasional Terkini
122 WNI Jual Ginjal lewat Sindikat Internasional, Ada Guru hingga Lulusan S2, Dijanjikan Rp 135 Juta
122 WNI jual ginjal lewat sindikat internasional, ada guru hingga lulusan S2, dijanjikan Rp 135 juta.
"Waktu itu saya bawa dua orang berarti lima sama saya, sekitaran bulan September apa akhir Agustus gitu.
Sampai di sana, empat orang di Kamboja lakukan medical check up lagi, cuma di sana pasiennya baru ada dua, jadi yang dua dipulangkan dan dua dioperasi," tuturnya.
"Setelah kami pulang lagi ke Indonesia, kemudian tiga mingguan, saya memberangkatkan lagi sekitar enam orang termasuk dua orang yang disana. Begitu terus prosesnya dikirim ke Kamboja," sambung Hanim.

Proses pemberangkatan para pendonor ginjal ucap Hanim, sempat berhenti pada 2020 hingga 2022 karena diterpa Pandemi Covid-19.
Hingga pada Maret 2023, Hanim berhasil mengumpulkan 40 orang yang akan melakukan transplantasi ginjal.
Meski demikian, dari hasil medical check up, sebanyak 35 orang bawaan Hanim tak lolos, dan terpaksa dipulangkan.
Hanim mengaku, biaya operasional dari 35 orang yang tak lolos itu pun dibebankan kepadanya.
"Nah, ternyata di bulan Maret itu ada info tidak jadi, tidak jadi proses. Jadi 35 itu dipulangkan. Itu biaya ini itu jadi kasbon saya ke rumah sakit," ungkapnya.
Tak sampai di situ, Hanim kembali mencari orang yang ingin menjual ginjalnya.
Kemudian, dia pun mendapatkan 31 orang, untuk diberangkatkan ke Kamboja pada Juni 2023.
Meski merekrut puluhan orang, Hanim mengaku tak mendapatkan untung. Bahkan, dia malah memiliki utang ke Preah Ket Mealea Hospital, sebesar Rp 700 juta.
"Nah kemudian ada pemberangkatan lagi bulan Juni, itu tetap saya kasbon lagi. Utang saya ke rumah sakit itu sebesar Rp700 juta lebih. Jadi kalau dihitung-hitung itu nggak ada, saya nggak ada (untung)," ujar dia.
Pria asal Subang, Jawa Barat itu mengaku sempat ingin berhenti menjadi koordinator pasien di Kamboja, namun karena terjerat utang, dia pun mengurungkan niatnya.
"Saya sempat pas anak-anak dipulangkan karena gagal proses, saya sempat ngomong ke Miss Huang, 'Miss kalau kayak gini, saya mendingan berhenti aja. jangan dilanjutin.' (Dijawab) 'jangan gitu Mas, nanti kasbonan Mas Hanim segini gedenya gimana cara bayarnya?'," kata dia.
Baca juga: Vidi Aldiano Hidup dengan Satu Ginjal karena Kanker, Suami Sheila Dara Sebut Pantangannya
Oknum Polisi Ditangkap
Sementara itu polisi mengungkap awal mula oknum polisi Aipda M mengenal para sindikat dalam kasus perdagangan ginjal Internasional.
Diketahui, Aipda M merupakan seorang oknum polisi yang terlibat dalam tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi mengatakan, mulanya Aipda M dikenalkan dengan sindikat oleh seorang sopir taksi online.
Saat itu, para tersangka sempat panik, lantaran menduga jika kasus TPPO ini mulai diketahui polisi.
"Anggota ini ada yang mengenalkan sopir taksi online kenalan daripada sindikat, 'nih saya kenal anggota kepolisian yang informasinya bisa membantu agar tidak dilanjutkan kasusnya'," ucap Hengki kepada wartawan, Sabtu (22/7/2023).
Setelahnya kata Hengki, Aipda M mengurus sindikat untuk membuang alat komunikasi, menghapus data digital, hingga berpindah tempat.
"Itu mempersulit penyidikan. Kita tidak tahu ini berapa yang ada di Kamboja, berapa identitasnya, apa paspornya. Itu kesulitan pada saat sebelum berangkat ke Kamboja," kata Hengki.
"Bahkan setelah berangkat kita untuk koordinasi dengan tim yang di Kamboja kesulitan, karena HP-nya sudah hilang semua," sambungnya.
Atas tindakannya itu, Aipda M pun meminta imbalan kepada para sindikat TPPO tersebut, hingga ratusan juta rupiah.
"Jadi misalnya, 'kami bisa membantu, kirim transfer uang ke kami'. Dikirim lah Rp 612 juta, akhirnya kita tangkap," ujarnya.
"Boleh dikatakan ini adalah obstruction of justice. Dalam pasal di UU TPPO ancamannya sangat berat," ungkap Hengki.
(WartaKotalive.com/Kompas.com)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.