Protes Harga Tiket Pesawat
Pemkab Berau Terima Aksi Mahasiswa soal Tingginya Harga Tiket Pesawat di Berau
Wabup Berau Gamalis, mengatakan aksi mahasiswa tersebut sebagai puncak keberangan atas kondisi di Bandara yang terjadi saat ini
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Wakil Bupati Berau, Gamalis memberikan respon atas unjuk rasa mahasiswa di Kota Samarinda yang melayangkan protes atas tingginya harga tiket transportasi udara di Berau, Kalimantan Timur.
Diketahui, Kesatuan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Berau alias KPMKB Samarinda, menggelar demonstrasi.
Mereka membentangkan puluhan karangan bunga, di depan pintu masuk kantor Gubernur Kaltim pada Kamis 27 Juli 2023.
Wabup Berau Gamalis, mengatakan aksi mahasiswa tersebut sebagai puncak keberangan atas kondisi di Bandara yang terjadi saat ini.
Sebab, saat tingginya harga tiket pada saat pandemi Covid-19 hingga kini, harga tiket masih dianggap mahal.
"Ini menjadi kekhawatiran kami saat itu," ungkapnya kepada TribunKaltim.co pada Minggu (30/7/2023).
Sebagai pemangku kebijakan, melihat situasi itu pemerintah tak tinggal diam.
Wabup Gamalis menyebut, pihaknya sempat bertemu dengan beberapa petinggi maskapai penerbangan.
Salah satunya, Air Asia. Saat itu, pemerintah melakukan roadshow di Jakarta.
Dari pertemuan itu, pemerintah menyampaikan bila potensi wisata di Berau tak kalah dengan kekayaan yang dimiliki daerah wisata lain di Indonesia.
Seperti Bali, Lombok, NTB, NTT, dan daerah wisata lainnya. Sehingga dipastikan, Berau juga punya segmen wisatawan sendiri. Khususnya di sektor wisata bahari.
Dari obrolan itu, pihak maskapai air asia menawarkan promosi wisata di badan pesawat.
Setelah itu, kami bisa pastikan setiap penumpang yang ingin berwisata dapat menggunakan air asia untuk mendarat di Bumi Batiwakkal.
Selain air asia, pemerintah juga bertemu dengan manajemen maskapai Pelita Air. Dengan komitmen mendaratkan pesawat tersebut, secara langsung ke Bandara Maratua.
Atau dapat pula dengan mendarat di Bandara Kalimarau dengan komitmen block seat oleh Pemkab Berau, bekerjasama ke pihak pengelola wisata.
Komunikasi itu pun berlanjut, hingga ke pihak maskapai Citilink dan Sriwijaya Air.
"Mereka itu mau mendaratkan pesawat badan besar di Berau ini. Tapi kami perlu komunikasi lagi lebih lanjut terkait itu dengan maskapai tersebut," beber dia.

Lebih lanjut, dia menyatakan penyegaran manajemen di Bandara Kalimarau, diharapkan dapat memberikan angin segar bagi aktivitas penerbangan di Bumi Batiwakkal.
Hanya saja, ia memahami bila membenahi bandara membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Namun ia memberikan apresiasi atas komitmen pihak bandara yang menargetkan pesawat badan besar mendarat, dalam program 100 hari kerja Bandara Kalimarau. Terhitung sejak penggantian kepala bandara baru.
Dalam pertemuan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak bandara, beberapa waktu lalu.
Selain pemerintah yang menjanjikan penggunaan jasa penerbangan saat PNS melakukan perjalanan dinas, keberadaan perusahaan pun dianggap memiliki salah satu faktor pendukung pesawat narrow body mendarat di Berau.
"Nah kan masing-masing pihak ini membutuhkan penerbangan setiap hari. Angkanya cukup besar per hari. Kami juga tawarkan mekanisme blockseat," bebernya.

Dirinya pun berterimakasih atas aksi mahasiswa di Samarinda yang telah mengingatkan kembali pemerintah.
Juga termasuk stakeholder lainnya untuk segera menemukan solusi atas tingginya harga tiket di Bandara Kalimarau.
"Akhirnya kami diingatkan kembali, untuk membangun komunikasi yang lebih intens agar menemukan solusi di bandara itu," ujarnya.
Sebagai informasi, pada 11 hingga 18 Agustus mendatang, Pemkab Berau bersama Kepala BLU UPBU Kelas I Bandara Kalimarau Ferdinan Nurdin, bakal bertandang ke Jakarta untuk melobi pesawat narrow body mendarat di Bumi Batiwakkal.
Sementara itu, Bupati Berau Sri Juniarsih Mas belum merespon langsung mengenai adanya demo sebelumnya.
Mahasiswa Pilih Jalur Darat
Dampak dari mahalnya harga tiket pesawat juga dirasakan mahasiswa asal Kabupaten Berau bernama Shafiq Tahir (25).
Pelajar asal Berau, asli Kecamatan Segah ini ikut dalam aksi di depan Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (27/7/2023).
Ia ikut gerah dengan mahalnya tiket pesawat, sehingga harus menempuh jalur darat yang memakan waktu 14 sampai 16 jam lamanya jika menggunakan roda empat, tepatnya travel.
"Seharian kalau lewat darat. Nah yang pasti mahal (menggunakan pesawat), kita gunakan akses udara salah satunya karena cepat," ujarnya ditemui.
Kadang Shafiq menaiki motornya dan sangat beresiko saat ada diperjalanan.
Ia bercerita sekitar 12 jam lamanya jika Samarinda-Berau melalui setidaknya jalur poros antar Kabupaten/Kota. Terkadang ia berboncengan bersama adiknya yang sama-sama kuliah di Kota Samarinda.
"12 jam pakai motor, kendalanya kayak rusak motor (mogok), putus rantai, tetap memakan waktu lama dan risiko di perjalanan kan. Kadang goncengan sama adik, dua-duanya kuliah disini, satu adik saya naik travel satunya sama saya pakai motor," ungkapnya.
Pemuda yang tinggal di Asrama Berau Kota Samarinda ini, selama masa kuliah juga sempat merasakan tak bisa pulang ketika Lebaran, lantaran melambungnya harga tiket pesawat ke Berau.
Momen itu terjadi pada Idul Fitri tahun ini, ketika tiket pesawat dari Balikpapan-Berau atau Samarinda-Berau mencapai Rp 1,8 juta.
"Baru-baru ini waktu lebaran tidak sempat pulang, mau tidak mau tidak bisa pulang, mau pulang resiko besar naik motor. Ayah saya karyawan swasta biasa, cukup mahal untuk menanggung pulang saya dan adik-adik," kata Shafiq.
Ia sempat mengatakan tiket pesawat ke Berau melalui Balikpapan atau Samarinda cukup terjangkau, namun saat ini sekarang sudah mahal.
Demo yang diikutinya bukan hanya untuk mengutarakan aspirasi pribadi saja.
Selain buat para pelajar, warga perantau, yang harus pulang ke daerahnya masing-masing juga menjerit akibat tiket yang terlampau mahal.
"Harga tiket belum tentu nutupin dengan UMP yang pekerja di Berau terima. Terkadang sering sekali dalam keadaan darurat, tetap pulang tapi ya terpaksa melalui darat walau resiko besar karena jalan yang dilalui tak semua mulus serta ada penerangan jalan," pungkasnya.
Mahasiswa Universitas Mulawarman jurusan prodi ilmu tanah tersebut juga mengeluhkan harga tiket Balikpapan-Berau atau Samarinda-Berau yang melambung hingga hampir Rp 2 juta.
Shafiq berharap pemerintah bisa berupaya tiket pesawat ke Berau lebih bisa dijangkau kelas ekonomi menengah bawah.
Bukan ke Bandara Kalimarau saja, tapi Bandara maratua, yang mana ada destinasi pariwisata bagus untuk masyarakat dari luar Kaltim berkunjung ke tempat kelahirannya.
"Masyarakat provinsi lain, bisa menjangkau tempat kami untuk wisata. Dari kita, maunya pemerintah berkoordinasi dengan pihak Dinas terkait ada intervensi serta ditekan harganya," ujarnya.
Kelas ekonomi bisa merasakan akomodasi lebih cepat akses cepat.
"Bupati Berau kita baru baca ada berita mencarikan solusi, kenapa baru sekarang," imbuh Shafiq.
(*)
Bandara Kalimaru
harga tiket pesawat mahal
Berau
Kalimantan Timur
TribunKaltim.co
Budi Susilo
TribunBreakingNews
unjuk rasa mahasiswa
Tiket Pesawat Mahal, Mahasiswa Berau di Samarinda Tempuh Perjalanan 12 Jam Berboncengan Naik Motor |
![]() |
---|
Cerita Mahasiswa Berau Tempuh 12 Jam Perjalanan ke Berau Melalui Darat Akibat Tiket Pesawat Mahal |
![]() |
---|
Pengamat Menilai Pemprov dan Pemkab Bisa Intervensi soal Tiket Mahal serta Perbaikan Jalan |
![]() |
---|
DPRD Berau Dukung Aksi Demo untuk Tekan Tingginya Harganya Tiket Pesawat |
![]() |
---|
Para Pelajar di Samarinda Tuntut Keterbukaan Maskapai Dalam Penetapan Harga Tiket |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.