Berita Bontang Terkini

Berkaca pada Jeju Korea Selatan dalam Pengolahan Sampah, Kota Bontang Bisa Terapkan

Jeju, merupakan wilayah terbesar di Korea Selatan, memiliki kisah yang suram dalam pengelolaan sampahnya namun kini bisa berubah total

Penulis: Muhammad Ridwan | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MUHAMMAD RIDWAN
Wali Kota Basri Rase duduk berdampingan dengan Team Leader of Living Environment Division PIS, Jin sook Kim dalam forum pertemuan, yang diadakan di Pendopo Wali Kota, pada Rabu (13/9/2023). 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Jeju, merupakan wilayah terbesar di Korea Selatan, memiliki kisah yang suram dalam pengelolaan sampahnya namun kini bisa berubah total. 

Wilayahnya sudah tidak lagi kotor sampah, telah menjadi kawasan yang nyaman, bersih, aman untuk ditinggali. 

Hal inilah yang kemudian akan dicontoh oleh Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur

Dijelaskan oleh Team Leader of Living Environment Division PIS, Jin sook Kim, kala itu di Jeju Korea Selatan pada tahun 2005, buang sampah masih dilakukan masyarakat di depan rumah.

Baca juga: Canggihnya Tempat Pengolahan Sampah di IKN Nusantara, Terkoneksi dengan Internet

Sehingga seluruh kota di Jeju menjadi kotor.

Belum lagi hewan seperti anjing dan kucing sering mengorek sampah sehingga menambah kesan kumuhnya kota Jeju.

Memasuki 2006 mereka mulai menempatkan Clean House Waste Discharge System di berbagai penjuru Provinsi Jeju sebanyak 1.828 buah.

Di Provinsi Jeju ada beberapa cara untuk membuang sampah. Pertama menggunakan paper bag yang dijual di pertokoan.

Baca juga: Isran Noor Beber Proyek IKN Nusantara Bukan Kewenangan Pemprov Kaltim atau Gubernur

Mulai dari kapasitas lima sampai lima puluh liter per buah. Sebagai wadah untuk memilah sampah.

“Sampah-sampah itu pun bisa diolah kembali. Salah satunya menjadi bio plant,” ucapnya.

Proposal pengolahan sampah

Pemerintah Kota Bontang membuka peluang kerjasama dalam bidang pengelolaan sampah, dengan pihak Jeju International Development Coorperation Center (JIDCC) dari Korea Selatan.

Rencana kerjasama ini merupakan bentukan keseriusan pemerintah menuju visi Bontang Green City, dengan mengandeng JIDCC.

Harapan pemerintah mendapat respon positif JIDCC dengan mengirimkan Tim Project Identification Survey (PIS) asal Provinsi Jeju, Korea Selatan yang berjumlah 9 orang.

Kehadiran mereka disambut hangat oleh Wali Kota Bontang Basri Rase di Pendopo Wali Kota, pada Rabu (13/9/2023) pagi.

Baca juga: DLH Bontang Ingin Menambah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di Sejumlah Lokasi

Walikota Basri Rase mengatakan penjajakan peluang kerjasama ini memang dibutuhkan.

Untuk mensukseskan program pengelolaan yang komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir.

Sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan di Kota Bontang.

Dijelaskannya, pada 2022 timbunan sampah Kota Bontang mencapai sebesar 38.046,40 ton per tahun.

Sampai saat ini residu sampah yang dibuang ke TPA masih tinggi sebesar 75 ton per hari.

Baca juga: Siapkan Lahan 4 Ha, Kementerian PUPR Bakal Bangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di IKN Nusantara

Berdasarkan perhitungan timbulan sampah per hari dan luasan lahan TPA.
Diperkirakan umur TPA tidak sampai lima tahun.

Sehingga perlu adanya inovasi manajemen pengolahan sampah. Tentu untuk mewujudkan itu, diperlukan contoh. Korea Selatan membuka peluang itu.

"Maka ini harus ditindaklanjuti," kata Basri.

Contoh inovasi yang bisa dilakukan dengan cara memilah dan mengolah sampah berdasarkan jenisnya.

Seperti program Waste to Energy untuk pengolahan sampah organik menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk mendukung fasilitas umum di sekitar lokasi.

Baca juga: Proyek Tempat Pengolahan Sampah Terpadu 1 di IKN Nusantara Anggarannya Fantastis

Lalu program Waste to Wealth untuk pengolahan sampah anorganik menjadi berbagai produk bernilai guna yang dapat meningkatkan perekonomian pengelola sampah. Kemudian, pengolahan residu dengan proses insinerasi yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA.

Terakhir program pengembangan RDF (Refused Derived Fuel) untuk menjadikan sampah sebagai salah satu sumber substitusi bahan bakar sebagian untuk co-firing pembangkit listrik dan boiler. Dia pun yakin Bontang bisa Zero Waste (sampah) pada 2030.

Secara pribadi dirinya berterima kasih telah memilih Bontang sebagai nominator, untuk mendapatkan bantuan pendanaan kerjasama pengelolaan sampah.

Ini menjadi salah satu kesempatan emas bagi kami untuk melakukan inovasi pengelolaan sampah padat perkotaan.

Baca juga: Investor akan Bangun Pabrik Pengolahan Sampah Plastik Jadi BBM Dekat TPA di Samarinda

"Sehingga masalah persampahan di Kota Bontang,” jelasnya.

Team Leader of Living Environment Division PIS, Jin sook Kim menjelaskan peluang kerjasama dengan Pemkot Bontang sangat terbuka.

Bentuknya bisa dalam transfer ilmu dan bantuan permodalan dalam pengembangan pengolahan sampah, melalui dana hibah senilai 10 juta US Dollar.

Wali Kota Basri Rase duduk berdampingan dengan Team Leader of Living Environment Division PIS, Jin sook Kim dalam forum pertemuan, yang diadakan di Pendopo Wali Kota, pada Rabu (13/9/2023). TRIBUNKALTIM.COM/MUHAMMAD RIDWAN
Wali Kota Basri Rase duduk berdampingan dengan Team Leader of Living Environment Division PIS, Jin sook Kim dalam forum pertemuan, yang diadakan di Pendopo Wali Kota, pada Rabu (13/9/2023).  (TRIBUNKALTIM.COM/MUHAMMAD RIDWAN)

Apalagi, Indonesia dan Korea Selatan punya hubungan baik dalam berbagai hal.

"Proposal terkait pengolahan sampah dari Pemkot Bontang sudah kami terima," bebernya. 

"Kami akan mencoba membantu dengan transfer ilmu apa yang kami terapkan di Jeju masuk ke Bontang," ungkap dia. 

(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved