Berita Nasional Terkini
Pro Kontra Statement Mendagri soal Harga Beras Mahal, Masyarakat Diminta Konsumsi Ubi atau Singkong
Inilah pro dan kontra statement mendagri soal harga beras mahal, masyarakat diminta`beralih konsumsi ubi atau singkong.
Lebih lanjut, dia mengajak masyarakat di Bangka Belitung untuk menanam bahan pokok non beras tersebut.
"Silahkan masyarakat juga, itu kan bisa ditanam, di masa kemarau pun bisa ditanam," katanya.
Sekjen Ombudsman RI ini juga menyingung soal kondisi ekspor beras dan mendorong mencari pangan alternatif yang dikonsumsi masyarakat.
"Sebagaimana arahan pemerintah kita tidak begitu konsumtif ya, karena 9 dari negara ekspor beras itu tidak ekspor beras, ada yang mengurangi dan ada yang tidak lagi. Kondisi ini harus disiasati, kita menghemat dan cari alternatif pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat," katanya.
Rupanya saran dan solusi dari pemerintah, agar rakyat makan ubi, singkong, sorgum atau makanan pokok non beras lainnya mendapat reaksi negatif dari masyarakat.
Salah satunya disampaikan oleh Fitri (27), warga Kota Pangkalpinang.
Ia mengaku ogah mendengar saran yang disampaikan pemerintah.
Sebagai ibu rumah tanggai, harga beras yang mahal ini cukup membuatnya kesal.
Pasalnya beras merupakan bahan pokok yang dikonsumsi setiap hari.
Fitri berharap pemerintah pusat bahkan di daerah punya solusi yang lebih bijak dalam mengendalikan kenaikan harga beras, yang mana Indonesia merupakan Negara Agraris.
"Di mana harga diri kita sebagai negara agraris sedangkan salah satu giat petani kita adalah menciptakan pangan yang baik untuk masyarakat dengan padi atau beras," ujar Fitri kepada bangkapos.com, Jumat (6/10/2023).
Baca juga: Tito Karnavian Bongkar 4 Sumber Senjata KKB Papua, dari Industri Filipina dan Ambon
Menurutnya, permasalahan soal harga beras naik tak hanya mengimbas masyatakat tapi juga petani.
"Pernyataan seperti itu bukan solusi lalu beras mahal bukan hanya merugikan masyarakat tapi disana ada para petani yang juga berjuang untuk hidup dengan padi atau beras, harusnya ad solusi yang tidak mengabaikan nasib mereka," katanya.
Selain itu, Rima (30), Warga Pangkalpinang ini juga tak setuju dengan saran yang disampai oleh pemerintah tersebut.
"Saya sih enggan kalau makan sorgum atau ubi sebagai ganti nasi, karena tidak terbiasa, gak nafsu," katanya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/tito-karnavian-9181393404.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.