Kesehatan

Apa Itu Pneumonia Mycoplasma? Cara Pencegahan, Fatalitas Lebih Rendah dari Covid, Obat bisa BPJS

Apa itu Pneumonia Mycoplasma? Cara pencegahan, diketahui tingkat fatalitas pneumonia lebih rendah dari Covid-19, dan bisa berobat dengan BPJS

Editor: Amalia Husnul A
AFP Photo vis NurPhoto/CFOTO
Orangtua membawa anaknya yang mengalami sakit pernapasan di Rumah Sakit Anak di Chongqing, China pada 23 November 2023 lalu. Maraknya penyakit pernafasan anak di China ini menimbulkan kekhawatiran pneumonia mycoplasma. Apa itu Pneumonia Mycoplasma? Cara pencegahan, diketahui tingkat fatalitas pneumonia lebih rendah dari Covid-19, dan bisa berobat dengan BPJS 

TRIBUNKALTIM.CO - Lagi ramai dibahas setelah kasus pneumonia anak di China, apa itu pneumonia mycoplasma?

Saat ini, masyarakat banyak mencari tahu seputar pneumonia mycoplasma, apa itu?

Untuk diketahui, pneumonia mycoplasma adalah nama bakteri yang menyebabkan pnemonia, nama sebenarnya adalah bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Simak penjelasan lengkap mengenai pneumonia mycoplasma, mulai dari cara pencegahan, tingkat fatalitas hingga pengobatannya yang bisa dengan menggunakan BPJS.

Baca juga: Upaya Cegah Penyakit Mycoplasma Pneumonia di Kalimantan Selatan

Baca juga: Ribuan Anak-anak di Cina Terjangkit Pneumonia Misterius, Rumah Sakit Penuh hingga Sekolah Diliburkan

Baca juga: RSUD Panglima Sebaya Banyak Tangani Pasien Anak dengan Penyakit Pneumonia di Musim Kemarau

Tingkat fatalitas pneumonia mycoplasma lebih rendah dari Covid-19. 

Dengan tetap memerhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PBHS) seperti cuci tangan dan mengenakan masker adalah cara pencegahan yang tepat untuk pneumonia mycoplasma.

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.tv di artikel berjudul Kemenkes: Fatalitas Bakteri Mycoplasma Pneumoniae Lebih Rendah dari Covid, Obatnya Bisa Pakai BPJS, Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo Nastiti Kaswandani menegaskan, tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena COVID-19. 

Ia menyebut, jika bandingkan dengan COVID-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat Mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah hanya 0,5 sampai 2 persen. 

"Itu pun pada mereka dengan komorbiditas,” kata Nastiti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Kesehatan, Rabu (6/12/2023). 

Oleh karena itu, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sering disebut sebagai walking pneumonia.

Sebutan itu lantaran gejalanya cenderung ringan sehingga pasien tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit dan cukup melakukan rawat jalan. 

“Anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa, makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri,” ujarnya.  

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Erlina Burhan menambahkan, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru.

Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an. 

 Namun, belakangan menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia lantaran bakteri Mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan kenaikan kasus pneumonia di Tiongkok Utara dan Eropa yang mayoritas menyerang anak-anak. 

Karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk Mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari karena dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.

“Makanya, masyarakat tidak perlu panik karena penyakit ini sudah lama ditemukan di Indonesia,” ucapnya. 

Yang terpenting saat ini, lanjut Erlina, adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Menurutnya, hal tersebut adalah kunci utama pencegahan penyakit ini. 

 Selain itu, masyarakat juga perlu mengikuti prosedur kesehatan seperti yang direkomendasikan WHO dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk menurunkan risiko penyakit pernapasan. 

Rekomendasi itu di antaranya melakukan vaksinasi terutama pada anak-anak, menjaga jarak dengan orang sakit, tidak bepergian saat sakit, pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan, memakai masker, memastikan kualitas ventilasi baik dan rutin cuci tangan.

“Kita harus waspada dan terapkan PHBS serta jangan panik,” ujarnya.

Mycoplasma pneumoniae adalah salah satu jenis kuman penyebab pneumoniae yang kerap menyerang.

Baca juga: Kenali 3 Gejala Pneumonia, Bahaya Bagi Organ Paru-paru

Apa itu bakteri Mycoplasma pneumoniae? 

Melansir Healthline, bakteri Mycoplasma pneumoniae adalah salah satu bakteri yang paling dikenal dari semua patogen manusia, dengan lebih dari 200 spesies yang berbeda.

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com di artikel berjudul Mengenal Bakteri Mycoplasma Pneumoniae, Kuman Penyebab Pneumonia, bakteri ini dapat menginfeksi siapa saja tanpa mengenal umur.

Tetapi lebih sering menyerang bayi, anak-anak, atau orang dewasa yang daya tahan tubuhnya lemah.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae biasa terjadi secara sporadis sepanjang tahun, sehingga bisa meluas melalui wabah komunitas yang dapat terjadi setiap 3 hingga 7 tahun.

Melansir Central for Disease Control and Prevention (CDC), MP atau Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan meliputi hidung, tenggorokan dan paru-paru.

Seseorang dapat terinfeksi bakteri ini di bagian hidung atau tenggorokan tanpa merasakan gejala sakit.

Untuk itu, infeksi bakteri ini kerap dikenal dengan pneumonia berjalan karena terkadang gejalanya cukup ringan dan penderita tidak memerlukan perawatan medis di rumah sakit.  

Meskipun relatif ringan, tapi bakteri ini termasuk salah satu penyebab terbanyak kasus pneumonia yang menyerang masyarakat.

Selain itu, terkadang infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae pada orang dengan daya tahan tubuh lemah atau lansia bisa menyebabkan komplikasi parah, seperti ensefalitis, gangguan ginjal, atau anemia hemolitik.

Selain menjadi penyebab pneumonia, bakteri MP juga dapat menimbulkan penyakit trakeobronkitis, sakit tenggorokan, dan infeksi telinga tengah.

Penularan Mycoplasma pneumoniae penyebab pneumonia

Melansir Central For Health Protection, bakteri Mycoplasma pneumoniae dapat menulari dari orang ke orang melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet) ketika penderita batuk atau bersin.

Baca juga: Imunisasi Dasar Lengkap di Berau Bertambah, Ada Vaksinasi Pneumonia

Bakteri ini juga dapat disebarkan melalui kontak langsung dengan lendir dari hidung, dahak dari tenggorokan orang yang terinfeksi, atau secara tidak langsung melalui kontak dengan barang-barang yang terkontaminasi droplet penderita.

Ketika penderita batuk atau bersin, percikan cairan pernapasan tersebut akan mengandung bakteri Mycoplasma pneumoniae, sehingga orang lain dapat terinfeksi saat menghirup tetesan tersebut.

Begitu berada di dalam tubuh, bakteri dapat menempel pada jaringan paru-paru dan berkembang biak sampai infeksi berkembang.

Masa inkubasi bakteri Mycoplasma pneumoniae berkisar antara 2 hingga 3 minggu.

Bakteri sering menyebar di antara orang-orang yang tinggal bersama karena mereka cenderung menghabiskan banyak waktu bersama.

Kebanyakan orang dapat sembuh dari infeksi ringan secara spontan atau tanpa perlu pertolongan medis.

Namun untuk kondisi pneumonia atau infeksi parah, pasien mungkin dapat diobati dengan antibiotik seperti eritromisin, klaritromisin atau azitromisin sesuai anjuran dokter.

Namun, karena infeksi mikoplasma biasanya sembuh dengan sendirinya, pengobatan antibiotik untuk gejala ringan terkadang tidak direkomendasikan.

Gejala pneumonia karena bakteri Mycoplasma pneumoniae

Gejala infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae sedikit berbeda dari gejala pneumonia khas yang disebabkan oleh bakteri umum, seperti Streptococcus atau Haemophilus.

Bakteri Mycoplasma pneumonia dapat menyebabkan banyak gejala yang bisa dirasakan oleh pasien yang terinfeksi, termasuk:

- Batuk kering

- Demam ringan

- Sesak napas ringan saat beraktivitas mudah kelelahan

- Sakit tenggorokan

- Sakit kepala

Gejala pneumonia karena infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae ini lebih mirip dengan gejala infeksi pernapasan atas atau flu biasa dibandingkan infeksi pernapasan bawah atau pneumonia.

Tapi, dalam kasus infeksi parah yang jarang terjadi, penyakit ini terkadang bisa berbahaya dan merusak jantung atau sistem saraf pusat.

Contoh dari gangguan tersebut termasuk memicu radang sendi, perikarditis atau peradangan pada perikardium yang melapisi jantung, sindrom Guillain-Barre atau gangguan neurologis yang dapat menyebabkan kelumpuhan, ensefalitis atau radang otak, atau gagal ginjal.

Gejala infeksi umumnya dimulai dua hingga tiga minggu setelah terpapar, tetapi dapat berkisar dari satu hingga empat minggu.

Gejalanya bertahan selama beberapa hari hingga lebih dari sebulan.

Demikian pemaparan artikel mengenai bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Tingkatkan kewaspadaan jika ada orang terdekat atau sekitar yang merasakan gejala penyakit ini.

Selalu jaga kebersihan dan gunakan masker sebagai pencegahan infeksi bakteri ini.

Baca juga: Covid-19 Naik Lagi di Indonesia, Kemenkes Mengimbau Tunda Bepergian ke Negara yang Kasusnya Naik

(*)

Update Kesehatan

Berita pneumonia

Ikuti saluran Tribun Kaltim di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaAdSxwHVvTbruIloW3H

Ikuti kami di Google Berita untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved