Berita Kaltim Terkini

Awal Tahun 2024 DBD di Kaltim Ditangani dengan Vaksinasi dan Nyamuk Wolbachia

Beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Timur mengalami lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2024

TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD FAIROUSSANIY
DBD- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, dr. Jaya Mualimin menegaskan awal tahun 2024 ini pihaknya menggencarkan vaksinasi DBD serta melanjutkan program nyamuk wolbachia untuk upaya penanganan DBD di Bumi Etam.TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD FAIROUSSANIY 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Timur mengalami lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2024.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, dr. Jaya Mualimin mengakui masih terjadi lonjakan kasus DBD di beberapa daerah seperti Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Barat.

"Baru-baru ini di Bontang ada satu (kasus) yang meninggal," sebutnya, Rabu (7/2/2024).

Melihat kondisi ini, pihaknya berupaya untuk lebih gencar lagi melakukan vaksinasi DBD khususnya kepada anak umur 6 hingga 12 tahun.

"Jadi dalam waktu dekat kita akan mulai melakukan suntik vaksin DBD bagi siswa sekolah dasar yang akan dilaksanakan di Balikpapan, sehingga dengan adanya vaksin tersebut dapat meminimalisir terjangkitnya virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti," jelasnya.

Baca juga: Dinkes Kaltim Vaksinasi DBD di SDIT Al Auliya 2 Balikpapan, jadi Sorotan Pewarta Eropa

Baca juga: Dinas Kesehatan Berau Temukan Total 60 Kasus Demam Berdarah, Masuk Zona Merah DBD

Selain vaksinasi, penyebaran nyamuk Wolbachia yang dilakukan di Kota Bontang merupakan upaya menekan atau mengurangi kuantitas nyamuk aedes aegypti.

Dinkes Kaltim berharap dengan beberapa upaya yang dilakukan bisa menekan jumlah kasus terkait DBD di Kaltim, sehingga jumlah kasus yang sebelumnya telah mencapai 5000-an kasus berangsur-angsur berkurang.

"Yang terpenting tidak ada lagi kasus meninggal akibat DBD di Kaltim," ujar dr. Jaya.

Jika melihat ke belakang, Dinkes Provinsi Kaltim mencatat sepanjang tahun 2023 kasus DBD di Kaltim mencapai 5.616 kasus.

DBD di Kaltim masih menjadi perhatian serius yang harus diwaspadai masyarakat.

"Memang di tahun 2023 lalu ada penurunan sedikit dibandingkan tahun 2022 yang jumlah kasusnya 5.841 kasus," kata dr. Jaya.

Dari jumlah yang dijelaskannya di tahun 2023, daerah yang paling tertinggi kasusnya ada di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan 1.118 kasus, kemudian Kota Balikpapan dengan 1.019 kasus serta Kota Samarinda dengan 868 kasus.

dr. Jaya mengatakan, dari jumlah tersebut tentu kekhawatiran terkait angka kesakitan DBD masih tinggi dan melebihi batas normal.

Angka kesakitan DBD di Kaltim ini di atas 150 per 100.000 penduduk, sedangkan seharusnya angka kesakitan itu normalnya 10 per 100.000 penduduk.

"Maka dari itu kita ingin menurunkan angka tersebut minimal menjadi 10 per penduduk,” tegasnya.

Baca juga: Vaksinasi DBD di Balikpapan Diberikan 2 Kali, Sasar Anak SD Kelas 3-6, Belum Ada Keluhan

Terkait kasus kematian akibat DBD di Kaltim di tahun 2023 diklaimnya sudah mengalami penurunan dibanding tahun 2022.

"Jika dipresentasikan dari 0,66 persen jumlah kasus kematian di Kaltim kini menjadi 0,44 persen, sesuai data terakhir, pada tahun 2022 terdapat 39 kasus kematian pada DBD dan di tahun 2023 turun menjadi 23 orang," pungkasnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved