Berita Nasional Terkini
Sivitas Akademika UGM Ungkap Rasa Kecewa, Minta Pratikno dan Ari Dwipayana Kembali pada Demokrasi
Sivitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan UGM ungkap rasa kecewa. Minta Pratikno dan Ari Dwipayana kembali pada demokrasi
Tradisi tersebut ditandai beberapa hal, mulai dari penarikan angkatan bersenjata dari politik, liberalisasi sistem kepartaian, pemilu yang jurdil, kebebasan berbicara hingga kebebasan pers.
Rubiansyah menyampaikan, semua itu tidaklah mudah dilakukan di negara dengan masyarakat majemuk yang saat ini sedang berjuang untuk pulih dari dampak krisis keuangan.
Namun, sayangnya, lebih dari 20 tahun sejak datangnya berkah tersebut, demokrasi Indonesia justru mengalami kemunduran.
"Melihat situasi perpolitikan Indonesia saat ini, rasanya kami semakin resah, sama seperti Mas Ari yang khawatir dengan harga tinggi demokrasi atau seperti Pak Tik yang resah dengan otoritarianisme Orde Baru seperti yang disampaikan dalam beberapa tulisan di masa lalu," ungkap dia.
Keresahan ini sudah muncul sejak 2019.
Saat itu sudah turun ke jalan untuk memprotes banyak hal yang dirasa mengancam demokrasi, mulai dari revisi UU KPK, terbitnya Ciptakerja, revisi UU ITE dan lainya.
"Justru hari ini di tengah perhelatan Pemilu 2024 kita menyaksikan demokrasi sedang menuju kematianya," ucap dia.
Kekuasaan telah merusak pagar yang menjaga agar demokrasi tetap hidup dan terus dirayakan.
Jika akhirnya demokrasi ini mati, lanjut Rubiansyah, maka sejarah akan mengingat siapa saja pembunuhnya.
Baca juga: Susul UGM, Guru Besar dan Dosen Universitas Hasanuddin Deklarasikan Unhas Bergerak Untuk Demokrasi
Karenanya, seluruh pihak harus menyadarkan kekuasaan atas perbuatanya.
"Tolong bantu kami mengingat, bukankah peran Pak Tik dan Mas Ari ambil dalam pusaran kekuasaan adalah bentuk upaya menjawab tantangan tersebut?" ungkapnya.
Pemikir yang sering dikutip oleh Ari Dwipayana yakni Antonio Gramsci membedakan kaum intelektual menjadi dua jenis, intelektual tradisional dan intelektual organik.
Intelektual tradisional adalah kelompok intelektual yang membantu melegitimasi kekuasaan kelas penguasa.
Para intelektual tradisional ini menjadi alat para penguasa dalam mengokohkan konsolidasi mereka atas kekuasaan dan dalam konteks saat ini intelektual hanya menjadi instrumen penjustifikasi bagi penguasa dalam melegitimasi lebijakan yang cenderung mendorong mundurnya demokrasi.
Sedangkan intelektual organik didefinisikan sebagai intelektual kritis pada kekuasaan, berpikir bebas dan berlandaskan nilai kemanusiaan.
Usai Guru Besar dan Alumni Unair Kecam Pelemahan Demokrasi, Massa Tandingan Buat Pernyataan Sikap |
![]() |
---|
Isi Maklumat Rektor soal Aksi Unhas Bergerak untuk Demokrasi Disorot hingga Trending, Reaksi Alumni |
![]() |
---|
Koalisi Dosen Unmul Samarinda Nyatakan Sikap Selamatkan Demokrasi |
![]() |
---|
Susul UGM, Guru Besar dan Dosen Universitas Hasanuddin Deklarasikan Unhas Bergerak Untuk Demokrasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.