Berita Kukar Terkini

Awal Tahun 2024, DP3A Kukar Catat Terjadi 30 Kasus KDRT dan Kekerasan Seksual pada Anak

Awal tahun 2024 ini, DP3A Kukar mencatat terjadinya 30 kasus KDRT dan kekerasan seksual pada anak. 

Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Diah Anggraeni
KOMPAS/TOTO SIHONO
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. DP3A Kukar mencatat terjadi 30 kasus KDRT dan kekerasan seksual pada anak sepanjang awal tahun 2024 ini.  

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Angka kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan kekerasan seksual pada anak di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, amat mengkhwatirkan pada awal tahun 2024 ini. 

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kukar mencatat, jumlah KDRT dan kekerasan seksual pada anak mencapai 30 kasus.

“Yang terbaru, kami tangani korban pelecehan seksual pada tiga anak di Sebulu yang dilakukan dua orang kakek,” ujar Sekretaris DP3A Kukar, Hero Suprayetno, Kamis (29/2/2024).

Untuk kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kecamatan Sebulu, Hero menjelaskan, DP3A Kukar bergerak cepat melakukan penanganan dengan mengirimkan tenaga khusus profesional untuk pendampingan terhadap korban.

“Sudah kita utus psikolog untuk penanganan kejiwaan atau trauma, dan kirim ahli hukum untuk tangani persoalan hukumnya,” sebut Hero.

Baca juga: Hasil Real Count KPU Hari Ini: Ganjar-Mahfud Terpuruk di Kaltim, Saat PDIP Rajai Kubar dan Kukar

Hero menyebut, kekerasan seksual terhadap anak dilakukan oleh orang terdekat korban dan dikenal dengan baik.

Seperti punya hubungan kekerabatan, saudara dan tetangga hingga orang tua kandung.

“Kalau tersangkanya orang jauh, atau tidak dikenal, belum tentu korban mau diimingi-imingi uang besaran Rp 50 ribu,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala UPT Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Faridah menambahkan, terjadinya kasus kekerasan seksual karena edukasi seksual minim. 

Masih banyak orangtua dilaporkan belum mengetahui cara menjaga dan mendidik buah hati dengan benar.

Padahal, pendidikan adalah kunci utama agar anak terhindar dari kejahatan seksual.

Baca juga: Puluhan Pedagang Serbu Undian Lapak Relokasi Pasar Tangga Arung Kukar

Ia pun meminta kepada masyarakat, khususnya para ibu, untuk memberikan pemahaman edukasi seks kepada anak.

Contohnya, memberi tahu kepada anak soal bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain. Dalam hal ini, peran ibu sangat vital karena paling dekat dengan anak.

“Bila anak paham soal bagian tubuh yang terlarang, dia bisa berontak. Dengan begitu, kejahatan asusila bisa terhindar,” jelasnya. 

Bila kekerasan seksual terjadi, Faridah menyerukan agar keluarga tidak ragu melaporkan kepada pihak berwajib sehingga penangannya bisa disegerakan.

Untuk meningkatkan pengawasan dan penanganan kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak, Pemkab Kukar membangun Satuan Tugas PPA di 193 desa sejak tahun 2022.

"Satgas ini adalah perpanjangan tangan kami untuk melindungi perempuan dan anak,” pungkasnya. (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved