Breaking News

Berita Samarinda Terkini

Sekda Sri Wahyuni Imbau Masyarakat Kaltim Tidak Panic Buying, Ini Pengertian Panic Buying

Masyarakat diminta mendukung dan bisa bekerja sama untuk berbelanja secukupnya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Penulis: Ata | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO/kompas.com
Sri Wahyuni Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kalimantan Timur dan ilustrasi Panic Buying. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Sri Wahyuni berharap kepada masyarakat Kaltim tidak panic buying.

Terlebih kebutuhan pokok untuk kebutuhan menjelang hari besar keagamaan yaitu bulan suci Ramadhan 2024.

Masyarakat diminta mendukung dan bisa bekerja sama untuk berbelanja secukupnya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

"Saya minta dukungan kerja sama untuk tidak belanja yang berlebihan, tidak boros dalam mengkonsumsi makanan, tidak panic buying, tidak lapar mata, tidak menyetok bahan pangan yang berlebihan," ucapnya, Rabu (6/4/2024).

Baca juga: Wawali Samarinda Rusmadi Wongso Menghimbau Agar Masyarakat Bijak saat Belanja Bahan Pangan

Sri Wahyuni menambahkan, saat ini banyak publikasi akan berharganya sebutir nasi yang ditinggalkan di piring nasi.

Tentunya, ini juga menjadi bagian dari kampanye Pemprov Kaltim, yakni gerakan efisiensi.

"Bukan berarti kita tidak mengabaikan B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman)," harapnya.

Gerakan Pangan Murah yang digelar pemerintah diharap tidak hanya dilaksanakan sekali saja, tetapi juga secara rutin dalam waktu tertentu.

Ia juga menyinggung tingkat inflasi masih di atas rata-rata nasional, meski diklaimnya telah terjadi penurunan yang signifikan.

Pemprov Kaltim telah membuka kios Siap Jaga Harga dan Pasokan (Sigap) di Pasar Segiri.

Di kios tersebut tersedia komoditas seperti beras, cabai, daging, dan bawang merah dengan harga terjangkau.

Selain itu, pemerintah berencana untuk memperluas Gerakan Pangan Murah ini secara rutin dan merata ke seluruh kabupaten dan kota.

Hal ini diharapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat secara keseluruhan.

"Kios penyeimbang kita berharap nanti hadir di pasar-pasar induk yang ada di semua Kabupaten dan kota di Kaltim," tandasnya. 


Di Indonesia, fenomena panic buying sempat terjadi saat pandemi virus Corona (Covid-19) melanda.

Saat itu, masyarakat di Indonesia ramai memborong beli masker, hand sanitizer, hingga susu cap beruang.

Lantas apa itu panic buying?

Berikut arti kata panic buying dan mengapa fenomena itu terjadi.

Arti kata panic buying

Melansir dari laman resmi Kompas.com, arti kata panic buying merupakan tindakan membeli sejumlah besar produk atau komoditas tertentu, karena ketakutan tiba-tiba akan kekurangan atau terjadi kenaikan harga di waktu yang akan datang.

Faktanya, mentalitas panic buying kerap terjadi saat kita berada di bawah tekanan atau kepanikan, khususnya ketika kita mengantisipasi bencana atau kejadian buruk yang mungkin bakal melanda kita di masa mendatang.

Yuk, kepoin alasan orang-orang bisa sampai panic buying dalam situasi tertentu!

Faktor Emosional

Salah satu pemicu panic buying adalah pengambilan keputusan secara emosional, alih-alih logis.

Biasanya, kita cenderung mengambil keputusan secara logis dan mempertimbangkan berbagai faktor dulu sebelum berbelanja atau melakukan sesuatu.

Nah, sementara itu, dalam kondisi panik dan emosional, kita enggak dapat berpikir sejernih itu dan merasa enggak punya waktu untuk memikirkan kebutuhan kita atau penting enggaknya sesuatu yang akan kita lakukan tersebut.

Dalam hal panic buying, bisa jadi kita terdorong untuk impulsif ketika melihat orang lain kepanikan saat membeli sesuatu, lalu tersugesti untuk melakukan hal serupa agar kita juga enggak kehabisan stok barang yang diincar banyak orang.

Kecemasan Dini

Faktor lain penyebab panic buying adalah kecemasan antisipatif atau kecemasan dini.

Kecemasan yang dimaksud adalah ketakutan akibat sesuatu yang bahkan belum terjadi.Iklan untuk Anda: Warga Jawa Timur Yang Sakit Lutut dan Pinggul Wajib Membaca Ini!

Terkait panic buying selama pandemi, mungkin kita dihantui perasaan takut kalau suatu hari nanti kita enggak bakal kebagian masker medis, hand sanitizer, hingga susu beruang.

Padahal sebetulnya produksi barang-barang tersebut juga masih berlangsung seperti biasa.

Mentalitas Kelompok

Bukan enggak mungkin ada orang yang melakukan panic buying gara-gara pengaruh orang-orang di sekitarnya.

Naluri yang muncul ketika kita tersugesti oleh aksi orang lain, apa lagi dalam bentuk kelompok, membuat kita melakukan hal yang sama dengan mereka.

Akibatnya, kita jadi cenderung ikut-ikutan ketika sekelompok orang panik hendak memborong barang-barang yang dipercayai esensial untuk diri kita.

Mungkin juga kita mengenalnya sebagai fenomena fear of missing out (FOMO).

Hal ini pun kerap dimanfaatkan oleh oknum 'jahat' untuk mengambil untung di tengah kepanikan banyak orang, misalnya mereka menyediakan stok barang tapi dengan harga yang sangat mahal.

Mereka paham, orang yang dalam kondisi panic buying bakal lebih sedikit mempertimbangkan perbandingan harga yang disediakan dengan harga normalnya.

Sehingga pada akhirnya barang tersebut tetap laku.

Inilah makanya kita jangan sampai panic buying ya, girls!

Untuk apapun itu, selalu pertimbangkan kebutuhan dan kemampuan kita dalam memiliki barang tersebut.

Yuk, jaga pikiran agar tetap logis di tengah situasi seperti sekarang ini.

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Arti Kata Panic Buying, Viral Panic Buying Air Mineral di Negara Ini, Indonesia Pernah Mengalami, 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved