Berita Nasional Terkini
Terjawab Alasan Eep Saefulloh Sebut Jokowi Sebagai Diktator, Kalahkan Soeharto, Singgung RUU DKJ
Terjawab alasan Eep Saefulloh sebut Jokowi sebagai diktator, kalahkan Soeharto, singgung RUU DKJ
TRIBUNKALTIM.CO - Kritik kepada Presiden Jokowi terus dilancarkan sejumlah pihak.
Terutama berkaitan dengan lolosnya Gibran ke Pilpres 2024.
Salah satu sosok yang gencar mengkritik Jokowi saat ini adalah Eep Saefulloh Fatah.
Konsultan Politik tersebut menilai kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai telah melampaui kediktatoran zaman Presiden ke-2 RI Soeharto.
Menurut Eep, Presiden Jokowi melakukan pelanggaran konstitusi dan undang-undang secara terus menerus.
Baca juga: Mahfud Bongkar Server Sirekap Pindah Sampai 10 Kali, Bandingkan dengan Kejanggalan Versi Roy Suryo
Baca juga: Segera Dipanggil Bareskrim, Nasib Roy Suryo Tersangkut Kasus Hukum Buntut Tuduh Gibran Pakai 3 Mic
Dari sejumlah hal, kata dia, Presiden Jokowi dinilai melampaui capaian kediktatoran zaman Soeharto.
"Jadi menurut saya bukan saja kita akan kembali ke reformasi 98 dalam beberapa hal jauh lebih mundur dibandingkan dengan capaian kediktatoran zaman Pak Soeharto dalam beberapa hal," kata Eep dalam diskusi Demos Festival di Hotel Akmani, Jakarta, Sabtu (9/4/2024).
Ia pun mengungkit Presiden Jokowi yang diduga telah mengumpulkan sejumlah sumber daya untuk dinikmati oleh keluarganya sendiri.
Hal ini justru dibekingi berbagai instrumen negara.
"Misalnya dalam pengumpulan resources, kenikmatan, keuntungan dalam satu keluarga yang dibackup oleh berbagai instrumen yang amat dahsyat," katanya.
Dijelaskan Eep, dirinya mengungkit putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka yang juga putra Presiden Jokowi menjadi cawapres.
Tak hanya itu, Eep juga mengungkit pembahasan RUU tentang Daerah Khusus Jakarta atau RUU DKJ yang memungkinkan pemilihan Gubernur Jakarta dari Presiden Jokowi.
Pembahasan regulasi itu diduga untuk menguntungkan keluarga Jokowi.
"Putusan MK nomor 90 tahun 2024 yang kelak kalau tidak dilawan sampai UU khusus DKI Jakarta yang suatu ketika kalau ini tidak dilawan mungkin Gubernur DKI Jakarta yang dipilih Presiden keluarga itu juga," katanya.
"Dan agloromasi yang kawasan ekonomi bisnis dan industri yang menyatukan Jabodetabek dipimpin dewan agloromasi yang ketuanya wakil presiden. Kalau ini tidak dilawan keluarga itu juga," sambungnya
Lebih lanjut, Eep menambahkan persoalan ini tidak boleh terus dibiarkan.
Karena itu, ia mendesak agar Presiden Jokowi harus dimakzulkan dari jabatannya.
Baca juga: Terjawab Alasan Refly Harun Pilih Parlemen Jalanan Lawan Kecurangan Pilpres, Teriak Makzulkan Jokowi
"Menurut saya ini tidak boleh dibiarkan, dengan segala resikonya sebagai warga negara kita harus bersikap. Dan sebagai warga negara sikap saya tidak berubah.
Saya bergeming dengan mengatakan presiden telah melanggar konstitusi dan undang-undang dan karena itu harus dimakzulkan," pungkasnya.
Video Menangis Eep Viral
Video menangis Eep Saefulloh ramai di X usai diunggah Mahfud MD.
Video tersebut lantas banjir nyinyiran warganet, beragam reaksi tercipta usai video tersebut jadi sorotan publik di X atau Twitter.
Sosok Eep Saefulloh Fatah dikenal sebagai konsultan politik.
Eep Saefulloh Fatah pernah beberapa kali menjadi konsultan dalam event pesta demokrasi, termasuk dalam upaya pemenangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Namun, kini Eep Saefulloh Fatah menjadi sasaran nyinyiran netizen.
Sejak video Eep menangis diunggah oleh Mahfud MD di akun X atau Twitternya pada Rabu (4/3/2024) pagi, beragam komentar menyasar suami dari Sandrina Malakiano itu.
Dalam unggahan di akun X Mahfud MD, Eep berbicara soal persatuan Tanah Air.
Ia juga sempat mengutip ucapan Mohammad Hatta ketika diadili di Belanda,
"Saya ingin mengajak semua orang untuk mengingat Mohammad Hatta.
Dalam pledoinya ketika ia diadili dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di negeri Belanda. Hatta mengutip seorang penyair, dan mengatakan, 'hanya ada satu Tanah Air Ku, dan ia tumbuh dengan amal ku. Saudara, hanya ada satu Tanah Air kita, Indonesia.
Dia akan terjaga, dia akan terawat, dia akan besar, karena kerja setiap kita. Mari kita kerjakan itu setidaknya hingga 2029 besok," kata Eep dalam video tersebut berurai air mata.
Baca juga: Bukan Prabowo, Terjawab Kenapa Feri Amsari Berani Tunjuk Hidung Jokowi Aktor Kecurangan Pilpres 2024
Tak pelak, video itu dibanjiri komentar warganet.
Beberapa warganet bahkan menyinggung soal tindakan Eep saat Pilkada DKI Jakarta.
"Waktu eep di pilkada DKI membuat strategi yg membuat anak bangsa saling memaki, saling menghujan dll, apakah waktu itu dia menangis atau tertawa?," tulis akun @hadidj.
"Sepertinya beliau sangat menyesal karena beliau yg menjadi konsultan politiknya saat maju jadi DKI 1 kemudian maju jadi presiden yg pertama kalinya..Secara langsung menjadi salah satu bagian yg mengantarkan kesemrawutan ini," tulis akun @writerfreax.
"Edede...negeri ini km yg buat terbelah dgan politik identitasmu d jakarta...sadar ko anuu," tulis @asmansahari.
"Waktu Jkw maju jadi gub. Jakarta dia konsultan politiknya, 2014 Jkw maju Pilpres dia Juga konsultan Politiknya, yang memoles seolah2 Jkw org yang baik, sederhana merakyat, sempurna sebagai calon dll.. sekarang Tebus dosa mu bung eep," tulis @TitikGaris1.
Sosok Eep Saefulloh Fatah
Dikutip dari Wikipedia, Eep Saefulloh Fatah lahir pada 3 November 1967.
Ia merupakan konsultan politik pendiri sekaligus pemimpin di PolMark Indonesia.
Eep berasal dari sebuah kampung yang berbatasan dengan Jonggol, yang bernama Kampung Babakan, Cibarusah.
Saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, Eep Saefulloh Fatah pernah menjadi konsultan politik pasangan Anies-Sandi yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ia juga pernah menjadi orang yang ada di belakang kemenangan pasangan Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.
Baca juga: Hak Angket Berportensi Ambyar, Pengamat Sebut Jokowi Tak akan Tinggal Diam, Ada Operasi Senyap
Eep juga memiliki peran besar dalam kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla saat mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014.
Ia juga menjadi tim sukses pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Pilkada DKI 2012.
Saat itu, Jokowi-Ahok mengalahkan pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang sebelumnya memiliki popularitas tinggi. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Eep Saefulloh Nilai Presiden Jokowi Telah Lampaui Kediktatoran Zaman Soeharto
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
| Prabowo Janji Pakai Uang Rampasan Koruptor untuk Pendidikan, Kampung Nelayan hingga Utang Whoosh |
|
|---|
| RKUHAP Disahkan DPR Hari Ini, Ini 14 Poin Perubahan Besar dalam Hukum Acara Pidana |
|
|---|
| Hakim MK Arsul Sani Pamerkan Ijazah Asli dan Foto Wisuda, Enggan Laporkan Balik Penuduh Ijazah Palsu |
|
|---|
| Sosok Syamsul Jahidin yang Gugat UU Polri, 8 Jenderal Kini Terancam Dicopot dari Jabatan Sipil |
|
|---|
| Kapan Kenaikan Gaji Pensiunan PNS Cair? Update Klarifikasi Resmi dan Besaran yang Cair November 2025 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20240127_Jokowi_Eep-Saefulloh-Fatah_presiden-memihak_boleh-kampanye.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.