Berita Berau Terkini
3 Orang di Berau Kaltim Meninggal Usai Kena Difteri, Ini 8 Gejala dan Penyebab Difteri Menyebar
Difteri merupakan penyakit menular dan berbahaya yang terjadi karena infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.
Penulis: Ata | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Difteri adalah penyakit yang menyerang system pernapasan atas dan tenggorokan yang terjadi karena Selembar materi tebal dan abu-abu menutupi bagian belakang tenggorokan, membuat sulit bernapas dan menelan.
Difteri merupakan penyakit menular dan berbahaya yang terjadi karena infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.
Difteri menyerang hidung dan tenggorokan yang biasanya ditandai dengan munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
Difteri ditularkan melalui udara atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Bakteri ini dilepaskan saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin, dan dapat masuk ke dalam tubuh orang lain melalui hidung atau mulut.
Baca juga: Penyebab Kasus Difteri di Berau karena Capaian IDL Belum 100 Persen
Orang yang terpapar dengan bakteri ini dapat menjadi penyakit tanpa gejala atau memberikan gejala seperti pilek ringan.
Gejala umum difteri termasuk demam, sakit tenggorokan, gangguan napas, suara serak, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, dan adanya lapisan berwarna abu-abu yang terbentuk di dalam tenggorokan atau amandel.
Lapisan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam menelan dan bernafas.
Ditemukan 4 kejadian luar biasa (KLB) Difteri di Kabupaten Berau. Sebanyak 3 diantaranya meninggal dunia, salah satunya merupakan orang dewasa.
Semua kasus ditemukan lantaran pasien belum pernah mendapatkan vaksinasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) sebelumnya.
Hal ini dibeberkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin kepada TribunKaltim.co pada Jumat (22/3/2024).
Dijelaskan Jaya Mualimin, berdasarkan surat dari Bupati Berau bahwa ada peningkatan kasus difteri di Kabupaten Berau.
Pihaknya langsung melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri, yakni pemberian imunisasi DPT untuk anak usia 1 sampai 5 tahun tanpa memandang status imunisasi sebelumnya yang akan dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu bulan 1, ke 2 dan 6 bulan kemudian.
Di Kalimantan Timur sendiri diungkapkannya, terdapat 16 kasus. Dan Kabupaten Berau tercatat sebagai kasus dengan kematian terbanyak hingga Maret 2024 ini.
Disebut KLB sebab peningkatan kasusnya cepat terjadi. Bahkan sampai mengakibatkan 3 kematian dari 4 kasus.
Artinya tingkat kematian terjadi sekitar 75 persen.
"Makanya kita harus cepat merespon dengan mempercepat imunisasi bagi masyarakat yang terdampak kematian akibat difteri," ungkapnya.
Kementerian Sosial (Kemensos) sendiri telah mengirimkan vaksin sebanyak 1.400 vial, di mana satu vial terdapat 8 sampai 10 dosis.
Selanjutnya, pihaknya akan menyerahkan kepada lintas sektor di Berau untuk melanjutkan sosialisasi. Seperti, BPBD, Kemenag, MUI, Dinkes, dan Disdik Berau.
"Dari dinkes akan melakukan sosialisasi berjenjeng, terutama kepada orangtua yang menjadi sasaran imunisasi. Mengingat ini termasuk KLB, jadi harus ada percepatan imunisasi," tegasnya.
Sebenarnya, kata Dia, imunisasi ini sudah dilakukan sejak lama. Namun, tidak semua orangtua mau anaknya divaksin. Dan cakupan vaksinasi DPT diakuinya masih kurang.
Bagi anak-anak yang sudah mendapat baksin saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), tidak perlu lagi diberi vaksin.
Sejak awal kasus Covid-19, sebetulnya banyak ditemukan kasus kliniknya. Walaupun ketika diperiksa awalnya negatif Difteri. Setelah itu muncul lagi di Samarinda.
"Karena pasien tidak ada riwayat pemberian vaksinasi. Begitu juga yang terjadi di Berau," jelasnya.
Jika bisa ditangani lebih cepat, tentunya pasien akan bisa sembuh.
Sementara, yang tidak tertolong karena pasien sudah mengalami bull neck atau pembesaran kelenjar getah bening dan pembengkakan jaringan lunak di leher. Terjadi sumbatan jalan napas karena tertutup selaput putih keabu-abuan, kerusakan otot pembungkus jantung, serta kelainan susunan saraf pusat dan ginjal.
"Diagnosanya tidak cepat dan datang terlambat untuk mendapat perawatan. Disitulah kesadaran masyarakat belum meningkat. Karena banyak dikira sebagai penyakit amandel biasa," terangnya.
Penyebab Difteri adalah bakteri yang juga disebut Difteri. Utamanya karena lingkungan yang tidak bersih. Makanya, salah satu pencegahan harys rajin cuci tangan pakai sabun (CTPS). Yang menjadi salah satu sosialisasi yang dilakukam lintas sektoral.
Perlu diwaspadai karena Difteri merupakan penyakit menular. Paling umum, akan tertular jika terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk
"Meskipun penulatannya tidak secepat Covid-19, jika sakit harus tetap memakai masker. Dan harus rajin cuci tangan," ucapnya.
Arahan Kemenkes dikatakannya sudah jelas, bahwa penyakit yang susah disembuhkan dan jika terjadi menimbulkan kematian, maka pencegahannya harus dilakukan vaksinasi. Atau biasa disebut Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Termasuk, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC hingga Hepatitis.
Menanggapi tingginya kasus kematian akibat Difteri, Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Berau, Muhammad Said menuturkan, Pemkab Berau berkomitmen penuh untuk penanganan kasus Difteri di Kabupaten Berau. Itu dibuktikan dengan rapat dan kesepakatan bersama lintas sektor untuk membahas penanganan Difteri.
Pihaknya juga telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Berau Nomor 23 Tahun 2024 perihal penetapan status kejadian luar biasa penyakit difteri. Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium pada UPTD Laboratorium Kesehatan Provinsi Kaltim terhadap 2 kasus di Kecamatan Teluk Bayur.
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan imunisasi yang menyasar kepada anak-anak dan itu sudah mulai dilakukan. Vaksinasi tersebut menyasar kepada empat kecamatan dengan kasus Difteri. Yakni, Kecamatan Gunung Tabur, Teluk Bayur, Pulau Derawan dan Kelay. Pihaknya yakin dengan kesiapan semua perangkat daerah untuk penanganan Difteri tersebut.
"Kami yakin kejadian ini bisa ditangani baik dari sisi personal, anggaran dan sebagainya," sebutnya.
Selama ini, diakuinya banyak orang yang tidak dengan bahayanya Difteri ini. Makanya, sosialisasi terkait Difteri gencar dilakukan sebagai upaya pihaknya untuk menekan kasus tersebut. "Kami harap para orangtua dapat bekerja sama agar mau anaknya divaksin," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Berau, Lamlay Sarie menyebut, sejak akhir 2023 lalu telah ditemukan 8 kasus Difteri.
Di antaranya 3 suspect atau dicurigai dan 2 masih konfirmasi yang ternyata hasilnya negatif. Sementara, tahun 2024 terdapat 3 kasus dengan 2 konfirmasi dan 1 klinis.
Maka, disimpulkan terdapat 11 kasus direntang 2023-2024. Dengan kasus meninggal dunia 3 orang dari 4 orang positif Difteri.
Adapun 1 orang meninggal dunia pada 2023 dengan usia 5 tahun. Dan dua orang lainnya meninggal pada 2024 dengan usia 3 tahun dan 22 tahun. Sebagai langkah pencegahan, pihaknya telah melakukan imunisasi DPT yang sudah berjalan di kampung yang memiliki kasus Difteri.
"Secara resmi untuk skala kecamatan mulai hari ini (kemarin) kita tetapkan sekaligus membentuk tim satgas Difteri," terangnya.
Meskipun vaksinasi baru menyadar kampung dan kelurahan yang memiliki kasus, tentu ke depan akan diperluas lagi.
Khususnya untuk anak usia dua bulan hingga 15 tahun. Apabila logistik vaksinasi mencukupi, maka akan dilanjutkan hingga umur tertinggi dari kasus yang ada, yakni 22 tahun.
"Karena vaksin ini menunggu pengadaan pusat. Kalau kebutuhan kita membuat usulan. Pusat juga mengirim berdasarkan stok mereka. Karena baru tersedia pertengahan Februari, makanya Berau juga baru dapat bagian," tuturnya.
"Insya Allah kasus Difteri di Kabupaten Berau masih bisa tertangani," pungkasnya.
Penyebab Difteri
Penyebab difteri adalah bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menghasilkan racun di dalam tubuh.
Bakteri ini dapat menyebarkan penyakit melalui air liur, udara, benda pribadi, serta permukaan benda lain yang terkontaminasi.
Berikut adalah ulasan lengkap mengenai bakteri penyebab difteri menyebar atau menular.
1. Partikel udara
Seseorang bisa tertular difteri jika menghirup partikel udara yang berasal dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi,kemungkinan ia dapat terkena difteri.
2. Permukaan barang pribadi yang terkontaminasi
Penyebab lainnya adalah kontak dengan benda-benda pribadi yang terkontaminasi.
Selain partikel udara, difteri juga dapat menular melalui sentuhan benda yang terkontaminasi bakteri.
3. Luka yang terinfeksi
Menyentuh luka terbuka yang telah terinfeksi bakteri juga bisa membuat Anda terpapar bakteri yang menjadi penyebab difteri.
Gejala Difteri
Gejala difteri ini akan muncul 2-5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Corynebacterium diphteriae.
Selanjutnya, bakteri akan menyebar ke aliran darah dan menimbulkan beberapa gejala, seperti:
1. Terdapat lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan
2. Batuk
3. Demam
4. Nyeri Tenggorokan
5. Kesulitan Bernapas
6. Suara menjadi serak
7. Kulit pucat, berkeringat dingin, dan jantung berdebar cepat
8. Lendir dari mulut atau hidung terkadang bercampur darah
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Apa Itu Difteri? Berikut Pengertian dan Penyebabnya,
Waspada Uang Palsu, Pertamina Minta SPBU Berau Tekankan Cashless untuk Keamanan Konsumen |
![]() |
---|
Jarak dan Lautan Tak Lagi Hambatan, Pegadaian Digital Mudahkan Keterbatasan dari Pulau Derawan |
![]() |
---|
Pastikan Kualitas BBM, Pertamina Gandeng DPRD Berau Uji QQ di Sambaliung |
![]() |
---|
Sekda Berau Ingatkan Perusahaan untuk Kurangi Menerima Tenaga atas Asas Keluarga |
![]() |
---|
Sajian Kuliner Ancur Paddas dan Puncak Rasul Dilombakan dalam HUT Berau |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.