Sejarah

Sejarah 26 April: Hari Wafatnya Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara, atau yang dikenal dengan julukan Bapak Pendidikan Nasional ini sangat berjasa dalam memberikan akses pendidikan.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Nisa Zakiyah
Intisari
Sejarah 26 April - Ilustrasi. Hari wafatnya Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional. 

Sebagai figur dari keluarga bangsawan Pakualaman, Soewardi Soerjaningrat memiliki kepribadian yang sederhana dan sangat dekat dengan rakyat (kawula).

Jiwanya menyatu melalui Pendidikan dan budaya lokal (Jawa) guna mencapai kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat kolonial.

Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi dasar Soewardi Soerjaningrat dalam memperjuangkan kesatuan dan persamaan lewat nasionalisme kultural sampai dengan nasionalisme politik.

3. Tidak Tamat Sekolah

Sebagai bangsawan Jawa, Soewardi Soerjaningrat mengenyam Pendidikan Europeesche Lagere School (ELS), sekolah rendah untuk anak-anak Eropa.

Kemudian ia mendapatkan kesempatan untuk masuk School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA) atau yang sering disebut Sekolah Dokter Jawa.

Namun, karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan, membuat Soewardi Soerjaningrat tidak tamat dari sekolah ini.

Baca juga: Sejarah 16 April: Berdirinya Kopassus, Prajurit Garuda Simbol dari Kekuatan Militer Indonesia

4. Wartawan yang Berani

Meski tidak sempat menyelesaikan pendidikannya di STOVIA karena sakit, namun ia memaksimalkan masa pendidikannya dengan banyak membaca buku.

Kegemarannya membaca berbagai buku sastra, politik dan ekonomi memberinya pengetahuan dan pemikiran yang luas tentang dunia luar.

Dari situlah minatnya menjadi seorang wartawan muncul.

Selepas keluar dari STOVIA, Ki Hadjar Dewantara menjadi wartawan di sejumlah surat kabar terkemuka, di antaranya Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Tulisannya yang kritis menjadikannya sebagai wartawan yang terkenal pada masa itu.

Salah satu tulisannya yang kontroversi berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”.

Dalam tulisan ini ia menyampaikan banyak kritikan terhadap pejabat Hindia Belanda.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved