Breaking News

Idul Adha 2024

22 Teks Khutbah Idul Adha Menyentuh Hati, Ajarkan Soal Kesabaran, Kerendahan Hati, hingga Ikhlas

Berikut contoh teks khutbah Idul Adha menyentuh hati singkat tema memaknai soal berkurban dan kemanusiaan.

Editor: Heriani AM
Pinterest.com
IDUL ADHA 2024 - Berikut contoh teks khutbah Idul Adha menyentuh hati singkat tema memaknai soal berkurban dan kemanusiaan. 

1. Ketaatan dan Keikhlasan dalam Beribadah Kurban mengajarkan kita tentang pentingnya ketaatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS menunjukkan keteladanan yang luar biasa dalam menjalankan perintah Allah tanpa ragu dan tanpa syarat. Ketaatan ini harus kita teladani dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam menjalankan ibadah maupun dalam aktivitas lainnya.

2. Pengorbanan sebagai Bentuk Pengabdian kepada Allah Kurban juga mengajarkan kita tentang arti pengorbanan. Mengorbankan hewan kurban adalah simbol dari kesediaan kita untuk mengorbankan sebagian harta demi mendekatkan diri kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa cinta kita kepada Allah lebih besar daripada cinta kita terhadap harta benda.

3. Kepedulian Sosial dan Solidaritas Melalui kurban, kita diajarkan untuk peduli terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung. Daging kurban yang kita bagikan kepada fakir miskin adalah bentuk nyata dari solidaritas sosial dalam Islam. Ini mengajarkan kita untuk selalu berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan, sehingga tercipta masyarakat yang lebih harmonis dan sejahtera.

4. Mengingatkan Kita akan Keberkahan Rezeki dari Allah Dengan berkurban, kita diingatkan bahwa segala rezeki yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bersyukur dan menggunakan rezeki tersebut untuk hal-hal yang diridhai-Nya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan ini, marilah kita niatkan dalam hati untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Mari kita jadikan ibadah kurban sebagai momentum untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketaatan, serta mempererat silaturahmi dan kepedulian sosial di antara kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd.

Semoga Allah menerima ibadah kurban kita dan menjadikannya sebagai amal yang membawa berkah. Marilah kita berdoa semoga kita selalu diberikan kekuatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah-Nya serta dijauhkan dari segala bentuk keburukan.

Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Baca juga: 10 Teks Khutbah Idul Adha 2024 yang Mengharukan/Inspiratif soal Berkurban dan Berbagi ke Sesama

Contoh 5

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ibadah kurban memiliki makna dan simbolisme yang mendalam dalam Islam.

Dalam melakukan kurban, umat Muslim menunjukkan ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan diri kepada Allah.

Kurban juga mengingatkan kita tentang nilai-nilai seperti kesederhanaan, berbagi, dan kepedulian sosial.

Selain itu, kurban mengajarkan kita tentang arti penting memberikan yang terbaik dari yang kita miliki untuk kepentingan umat manusia dan menghormati nilai-nilai kasih sayang dan belas kasihan.

Ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh Wahbah az-Zuhaili, dalam Kitab Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid III, halaman 595;

والحكمة من تشريعها: هو شكر الله على نعمه المتعددة, وعلى بقاء الإنسان من عام لعام, ولتكفير السيئات عنه: إما بارتكاب المخالفة, أو نقص المأمورات, وللتوسعة على أسرة المضحي وغيرهم Artinya:

“Hikmah disyariatkan kurban ialah sebagai upaya mensyukuri nikmat Allah atas limpahan banyaknya nikmat, dan juga untuk rasa syukur manusia karena masih dianugerahkan umur yang panjang sabn tahun, dan untuk melebur dosa dari orang yang berkurban, ada kalanya dosa tersebut karena melaksanakan larangan Allah atau lalai dalam melakukan ketaatan, serta bertujuan untuk melapangkan rezeki atas keluarga orang yang berkurban dan selainnya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selanjutnya ibadah kurban merupakan bentuk solidaritas sosial yang kuat terhadap sesama umat manusia.

Saat seseorang melaksanakan kurban, mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi juga berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. Hewan kurban yang disembelih akan dibagikan pada yang membutuhkan, termasuk fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang yang terpinggirkan dalam masyarakat.

Melalui tindakan ini, ibadah kurban memperkuat ikatan sosial antara sesama manusia dan membantu mengurangi kesenjangan sosial.

Selanjutnya, ibadah kurban mengajarkan nilai kebersamaan dan berbagi. Saat umat Muslim melaksanakan ibadah kurban, mereka melakukan tindakan tersebut bersama-sama sebagai komunitas.

Ini menciptakan ikatan sosial yang erat dan memperkuat rasa persaudaraan antara sesama Muslim.

Tidak hanya itu, melalui pembagian daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan, ibadah kurban juga mengajarkan pentingnya berbagi dan membantu mereka yang kurang beruntung.
Hal ini mengingatkan kita untuk tidak egois dan memperhatikan kebutuhan orang lain di sekitar kita, sehingga mampu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan adil.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Di sisi lain, pelbagai nilai empati dan perhatian, bukan saja pada manusia, tetapi juga hewan.

Dalam Islam ditanamkan doktrin untuk menghormati hewan.

Pasalnya, ada adab yang harus dijaga dan diamalkan.

Saat kita mengikuti ibadah kurban, kita harus memahami bahwa hewan kurban tersebut adalah makhluk ciptaan Allah yang juga memiliki hak-haknya.

Islam mengajarkan bahwa hewan harus diperlakukan dengan baik dan disembelih dengan cara yang humanis.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam tataran ini, melalui ibadah kurban, manusia belajar untuk memahami rasa sakit dan penderitaan makhluk lain, sehingga dapat merasakan kebutuhan dan kepedulian terhadap mereka.

Ini mengembangkan sifat empati dalam diri kita dan mendorong kita untuk berperilaku dengan bijaksana terhadap lingkungan dan makhluk di sekitar kita.

Simak hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang bersumber dari Abu Ya’la, Rasulullah bersabda;

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدَكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik dan hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Terakhir, ibadah kurban memiliki dimensi spiritual yang mendalam.

Selain tujuan sosial dan humanisnya, ibadah kurban juga bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketakwaan.

Ia mengingatkan kita tentang kewajiban kita untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki sebagai ungkapan syukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah.

Dalam kurban, kita mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan kita pada Allah.

Dengan melakukan ibadah kurban dengan niat yang tulus dan ikhlas, kita memperoleh pahala dan mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Saw dalam sabda;

مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، إِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا، وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ، فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Artinya: "Tidak ada amalan yang dilakukan oleh manusia pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah selain daripada mengucurkan darah (hewan kurban). Sesungguhnya, ia (hewan kurban) akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kukunya."

Baca juga: 3 Teks Khutbah Idul Adha 2024 yang Singkat dan Menyentuh Hati Tentang Keutamaan Kurban

Contoh 6

Perayaan Idul Adha selalu menjadi momen spesial bagi umat Islam sedunia. Setidaknya ada dua hal pokok yang selalu menonjol dalam momen tersebut; pertama, ibadah haji.

Jutaan Mulim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci untuk memenuhi rukun Islam yang kelima.

Kedua, pelaksanaan kurban atau penyembelihan sejumlah binatang ternak. Kesempatan ini sebagai bentuk solidaritas pelaksana kurban kepada kaum fakir, miskin, kerabat, dan tetangga sekitar dengan berbagi daging sesembelihan.

Kedua pelaksanaan ibadah tersebut tak bisa dilepaskan dari sejarah dan ajaran Nabi Ibrahim dan keluarganya. Meski tiap tahun Idul Adha dirayakan, sepertinya hanya sebagian kecil saja dari kita meneladani Nabi Ibrahim dalam kehidupan sehari-hari.

Kita seperti selalu baru ingat keteladanan tersebut menjelang Idul Adha. Sehingga ajarannya pun dilaksanakan hanya tiap tahun. Padahal, esensi ajaran beliau, terutama soal berkurban, memiliki makna yang luas dan bisa diterapkan dalam jangka waktu tak terbatas.

Seperti sering diceramahkan di panggung-panggung dakwah dan mimbar-mimbar khutbah, peristiwa hari raya kurban merujuk pada kisah diperintahkannya Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra semata wayangnya, Ismail.

Bisa dibayangkan seandainya Nabi Ibrahim seperti ayah-ayah kebanyakan di dunia ini, betapa pedih dan teririsnya hati beliau saat hendak menggorok sang buah hati yang sekian lama ia damba-dambakan.

Bagi Ibrahim, Ismail tentu adalah anugerah paling mahal. Lebih dari sekadar menghapus dugaan kemandulan istri beliau selama ini, melainkan sang putra adalah pribadi yang cerdas, sabar juga bijaksana.

Ada masa depan gemilang dari dalam diri Ismail ‘alaihis salâm. Tapi, Nabi Ibrahim bukan seperti ayah-ayah kebanyakan. Kecintaannya kepada Allah subhânahu wata‘âlâ yang memuncak mengalahkan segalanya.

Melalui musyawarah dan persetujuan (tanpa paksaan) putranya itu, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah penyembelihan itu, meskipun pada akhirnya ritual itu batal ditunaikan atas kehendak Allah.

Larangan Allah terhadap penyembelihan darah manusia (Ismail) oleh Nabi Ibrahim membuktikan bahwa perintah yang didapat dari mimpin tersebut sebatas ujian dan bahwa ritual pengorbanan nyawa manusia—sebagaimana tradisi biadab sejumlah kaum terhadulu—adalah hal yang dikecam keras.

Nabi Ibrahim lulus dari ujian super berat, dan objek penyembelihan pun digantikan dengan domba yang besar.

Ada pesan menarik dalam kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya ini. Cerita tersebut menunjukkan bahwa tak ada harta paling sejati dan paling mahal disbanding ketundukan secara total kepada Allah subhâahu wata‘âlâ.

Nabi Ibrahim mampu meruntuhkan seluruh cara pandang hidup yang mengatakan kekayaan duniawi, termasuk anak, adalah hal yang paling utama. Dalam Al-Qur’an sendiri dikatakan:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS at-Taghabun: 15)

Kurban berasal dari bahasa Arab qurbân yang artinya “pendekatan diri”. Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam ajaran formal Islam, kurban dilaksanakan tiap tahun dengan menyembelih sejumlah hewan ternak tertentu.

Oleh karenanya, kurban berhubungan erat dengan korban (pakai ‘o') dalam bahasa Indonesia. Sebab, seorang pelaksana kurban tengah mengorbankan sebagian hartanya berupa hewan ternak untuk dibagikan kepada sesama.

Nabi Ibrahim yang menjadi teladan dalam ritual tahunan tersebut mengajarkan bahwa seorang hamba janganlah tertipu daya dengan kekayaan yang sifatnya sesaat saja.

Ada kehidupan yang lebih hakiki dan perlu diperjuangkan ketimbang kehidupan dunia yang fana. Karena itu, mengorbankan sebagian harta lillâhi ta‘âlâ tidak akan ada ruginya. Sikap semacam inilah yang ditunjukkan Nabi Ibrahim, yang juga diikuti putranya, Ismail, yang begitu patuh dan saleh.

Dengan bahasa lain, pengorbanan adalah bentuk cara pandang manusia yang jauh ke depan menuju kehidupan bahagia di akhirat kelak secara abadi.

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah bermain-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An'am: 32)

Kita yang sering mengaku meneladani Nabi Ibrahim dengan berkurban, sudahkah sebanding dengan pengorbanan beliau? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan Ismail yang masih bocah? Sebandingkah dengan semangat pengorbanan istri beliau, Siti Hajar?

Untuk membeli hewan kurban saja, kita kadang masih bersiasat untuk mendapatkan harga paling murah, jika perlu membelinya jauh pada bulan-bulan sebelumnya. Kita masih memilih uang paling kecil ketika kotak amal lewat di hadapan kita.

Kita juga, misalnya, sering tak sudi berkorban sedikit tempat saat menaiki kendaaan umum, berkorban sedikit tenaga untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di manakah semangat kurban yang mewujud dalam kehidupan sehari-hari?

Kadang pula, karena kita mendapat sedikit pengetahuan agama, kita tak mau berkorban mendengarkan pendapat kelompok lain. Karena dianugerahi sedikit kedudukan, kita ogah mendengarkan unek-unek dan aspirasi orang lain.

Berkurban adalah tentang melawan kecenderungan materialisme untuk senantiasa mendekatkan diri dan bertakwa kepada Allah, serta meraih kebahagiaan yang lebih hakiki.

Semoga al-faqir dan jamaah sekalian dapat menghayati dan menerjemahkan pesan kurban dalam kehidupan sehari-hari secara maksimal. Wallahu a’lam bish-shawâb.

Contoh 7

Judul: "Bertauhid, Berkurban dan Ibadah Haji"

اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُاَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ اللهُ اَكْبَرْ ماتحرك متحرك وارتـج. ولبى محرم وعـج. وقصد الحرم من كل فـج. وأقيمت فى هذا الأيام مناسك الحج. اللهُ اَكْبَرْ (x٣) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jama'ah Idul Adha as’adakumullah,

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka'at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci.

Baca juga: Kumpulan Ucapan Idul Adha Terbaru 2023 yang Menyentuh Hati, Cocok Jadi Caption Instagram

Marilah kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta'atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah,

Hari ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya.

Karena hari ini merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ketuhidan dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha penting di jagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para saintis dan ilmuwan.

Karena berkat konsep ketauhidan yang ditemukan Nabi Allah Ibrahim, manusia dapat menguasai alam dengan menjadi khalifah 'fil ardh.

Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah swt adalah The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu dan alam.

Ini artinya manusia telah memosisikan dirinya di atas alam. Ajaran keesaan yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.

Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya.

Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah swt.

Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebatinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa.

Bukankah itu hal yang amat sangat rumit? Apalagi jika kita membandingkan posisi manusia sebagai makhluk yang hidup dalam dunia kebendaan, sedangkan Allah Tuhan Yang Maha Sirr berada ditempat yang tidak dapat dicapai dengan indera? Bagaimana Nabi Allah Ibrahim bisa menemukan-Nya? Tentunya melalui berbagai jalan thariqah yang panjang.

Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An'am ayat 75-79

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76)فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ(78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79)

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.(75)

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (77)

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78)

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)

Para hadirin yang dimuliakan Allah,

Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur'an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim as sangatlah berat.

Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam.

Tuhan yang senantiasa berada sangat dekat dengan manusia baik ketika terpejam maupun ketika terjaga.

Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.

Selain sebagai orang yang menemukan konsep Ketuhaan. Beliau juga salah satu hamba tersukses di dunia yang mampu menaklukkan nafsu dunyawi demi memenangkan kecintaannya kepada Allah Sang Maha Suci.

Fragmen ketaatan dan keikhlasannya untuk menyembelih Ismail sebagai anak tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah swt.

Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah swt.

Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas keesaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim as. hidup adalah garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan.

Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen).

Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah swt sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail dengan seekor kambing.

Baca juga: Frame Twibbon Idul Adha 2023, Desain Simple untuk Foto Profil Media Sosial

Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim as. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan meneladani apa yang dilakukannya.

Oleh karenanya di setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah seorang muslim dianjurkan untuk berkorban, mengorbankan sedikit kekayaannya guna membuktikan cinta kepada Allah swt.

Bukti cinta itu harus kita berikan dengan seksama dengan hati yang tulus, semata-mata karena-Nya. Bukankah korban yang kita berikan hanyalah sebagian dari rizqi-Nya yang dititipkan kita? bukankah yang kita korbankan hanyalah harta (kambing/sapi) bukan anak kita, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim? Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seoerang hamba sebagai rasa ssyukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya.

Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin:

خِيَارُ اُمتِى يُضَحونَ وَشِرَارُ اُمتِى لاَ يُضَحونَ

"Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelek-jelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban."

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizqi yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban.

Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib. Demikian itu terbsersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal:

و عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Barang siapa yang memiliki kelonggaran (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati majidku. Seperti itulah anacaman bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban.

Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kaki seperlu membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda. Sebagaimana keterangan Sayyidina Ali Karramallahu wajahah:

"Barang siapa hendak berkurban, maka setiap langkah menuju tempat pembelian kurban akan diimbali dengan sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkatan. Dan ketika berbicara tawar-menawar maka omongannya dianggap sebagai tasbih. Dan ketika membayar setiap satu dirham (satu rupiah) imbalannya sama dengan tujuh ratus kebaikan. Dan beberapa saat ketika hewan itu telah dirobohkan hendak disembelih, semua makhluk yang berada ditempat penyembelihan hingga langit ketujuh memintakan pengampunan untuknya. Dan ketika darah telah mengalir dari hewan kurban, setiap tetesnya akan menjelma sepuluh malaikat yang memohonkan ampunan kepadanya hingga hari akhir. Dan ketika daging itu dibagi-bagikan, maka setiap satu suap daging yang dimakan orang, setimpal dengan memerdekakan satu budak dari keturunan Nabi Islamail"

Hal ini haruslah diyakini dengan benar oleh kita semua, agar menjadi semangat bagi yang belum berkorban dan menjadi pahala nyata bagi mereka yang telah berkurban.

Sehubungan dengan kurban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang selama ini mungkin banyak disalah pahami.

Pertama, Apapun alasannya tidak dibenarkan menjual bagian dari kurban entah itu kulit, kepala, ataupun tanduk hewan kurban.

Walaupun dengan tujuan membiayai proses pemotongan, sungguh itu tidak dibenarkan. Karena semua yang terdapat dalam hewan kurban adalah milik Allah swt, semua yag terdapat dalam hewan kurban adalah benda sedekah yang harus dibagikan dan dinikmati dengan seksama.

Tidak ada yang diperjual belikan atau ditukar gulingkan dengan benda lain. Andaikan memang proses pemotongan itu membutuhkan biaya, hendaknya biaya itu diminta tersendiri tidak diambil dari hewan kurban.

Kedua, hendaklah orang yang berkurban merasakan sebagian daging kurbannya. Sebagaimana Rasulullah saw memakan sebagian dari kurban yang disembelihnya. Kecuali bila kurban itu telah dinadzarkan sebelumnya, maka tidak dibolehkan memakan daging hewan kurbannya.

Ketiga, setelah kurban diembelih disunnahkan bagi orang yang berkurban menjalankan shalat dua rekaat dan setelahnya berdo'a yang makudnya "ya Allah bahwa halatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik-Mu, dan tidak ada yang berekutu dengan-Mu.

Ya Allah semoga kami diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta'atan dan rizqi yang makin berkah.

Semoga orang-orang muslim yang hari ini berkurban benar-benar berkurban untuk-Mu, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang. begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang.

Semoga kita semua mendengarkan panggilannya berziarah ke Baitullah dan maqam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Demikianlah doa itu dipanjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan untuk pergi haji. Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim.

Para Jama'ah idhul adha yang berbahagia,

Haji meupakan salah satu ibadah yang sarat dengan simbol dan perlambang. Oleh karena itu, jikalau ibadah haji dilaksanakan tanpa mengerti makna yang tersimpan didalamnya sangatlah percuma, karena yang demikian itu hanya menyisakan kelelahan belaka. Kelelahan yang kerontang tanpa kesadaran.

Kaum muslimin dan muslimat, meskipun saat ini kita berada di sini, jauh dari tanah Haram, tidak berarti kita tidak bisa meneladani Nabi Ibrahim. Karena keteladanan itu tidaklah bersifat fisik.

Namun sejatinya keteladanan itu berada dalam semangat yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan atas ibadah haji dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat manusia pada umumnya.

Saudara-saudaraku seiman,

Bila kita tengok bahwa haji dimulai dengan niat yang dibarengi dengan menanggalkan pakaian sehari-hari untuk digantikan dengan dua helai kain putih yang disebut dengan busana ihram.

Maka ketahuilah dibalik keseragaman ini tersimpan beragam makna.

Pertama bahawa pakaian yang selama ini kita pakai sehari-hari sangat menunjukkan derajat dan status sosil manusia.

Oleh karena itu, ketika seorang muslim telah berniat untuk haji dan berniat menghadap-Nya maka segeralah tanggalkan pakaian itu dan gantilah dengan busana Ihram yang serba putih, karena manusia di hadapan Ilahi Rabbi sejatinya tidak berbeda.

Kedua, Pakaian itu tidak hanya apa yang kita pakai namun juga identitas yang menyelimuti diri manusia hendaknya segera diluluhkan ketika menghadap-Nya.

Allah tidak akan pernah membedakan antara peabat dan rakyat, antar penguasa dan hamba, antara pedagang dan nelayan.

Semua itu dimata Allah swt adalah sama. Seperti putihnya seragam yang membalut raga.

المسلمون إخوة لافضل لأحد على أحد إلابالتقوى (رواه الطبرانى)

Artinya, "orang-orang Islam itu satu sama lain bersaudara, tiada yang lebih utama seorangpun dari seorang yang lain, melainkan karena taqwanya (HR. Tabhrani)"

Ketiga, Pakaian itu adalah sifat manusia. Ketika seorang muslim telah berniat menghadap Allah Sang Maha Kuasa, hendaklah ia mencopot segala identitasnya.

Baca juga: Apakah Muslim Harus Mandi Besar Sebelum Melaksanakan Sholat Idul Adha 2023? Ini Penjelasannya

Baik identitas sebagai tikus, buaya, serigala ataupun identitas sebagai kupu-kupu, merpati ataupu kasuwari. Artinya, segala macam sifat yang melekat baik negative maupun positif sebaiknya dihilangkan.

Jangan pernah merasa sebagai apa-apa jikalau engkau menghadap-Nya.

Keempat, pakaian itu mengingatkan manusia akan ketakberdayaannya.

Nanti ketika menghadap Ilahi Rabbi manusia tidak membawa apa-apa kecuali kain putih yang menemaninya.

Sebagai pertanda bahwa sebaiknya manusia hidup dengan sederhana, karena semua akan ditinggalkannya.
Ma'asyiral Muslimin as’adakumullah,

Selanjutnya Thowaf mengelilingi ka'bah tujuh kali putaran adalah perlambang kedekatan manusia dengan Sang Khaliq.

Kemudian sa'i berlari kecil dari shofa ke marwah. Ini merupakan rangkaian setelah Thowaf yang dapat diartikan sesuai perspketif sejarah.

Jika thowaf menggambarkan hubungan dan kemanunggalan manusia dengan Sang Khaliq, maka sa'i menunjukkan bahwa kehidupan haruslah dijalani sesuai dengan hukum kemanusiaan.

Berinteraksi, berhubungan dan berkomunikasi dengan sesame. Maka kehidupan ini haruslah menyeimbangkan antara keilahiyahan dan keinsaniyahan.

Ma'asyiral Muslimin yang berbahagia

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima.

Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amin

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Contoh 8

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang mulia ini, kita berkumpul untuk merayakan Idul Adha, hari besar umat Islam yang dipenuhi dengan makna keikhlasan dan pengorbanan. Saat ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tentang keikhlasan dalam berkurban.

Berkurban bukanlah sekadar memotong hewan semata, namun lebih dari itu, ia merupakan bentuk pengabdian kepada Allah SWT dengan tulus ikhlas.

Dalam melakukan kurban, kita harus meneladani keikhlasan Nabi Ibrahim AS yang siap menjalankan perintah Allah meskipun sulit dan menyakitkan hati.

Keikhlasan dalam berkurban terletak pada kesediaan kita untuk mengorbankan sebagian harta yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Ini adalah ujian bagi ketulusan iman dan kesetiaan kita kepada-Nya. Dalam kurban, kita diajarkan untuk mengutamakan keridhaan Allah di atas segala-galanya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Mari kita renungkan bahwa keikhlasan dalam berkurban juga mengandung pesan sosial yang sangat dalam. Daging kurban yang kita bagi-bagikan kepada fakir miskin adalah bukti konkret dari kepedulian dan solidaritas kita sebagai umat Islam. Dengan demikian, kurban bukanlah sekadar ritual ibadah, tetapi juga merupakan wujud nyata dari cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama.

Oleh karena itu, pada hari yang penuh berkah ini, mari kita perbarui niat kita untuk berkurban dengan penuh keikhlasan. Mari kita jadikan ibadah kurban sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki diri, dan juga sebagai bentuk nyata dari kepedulian sosial kita kepada sesama.

Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 9

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pujian bagi Allah, Tuhan semesta alam, serta shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Hari ini, dalam suasana Idul Adha yang penuh berkah, mari kita peringati momen penting dalam sejarah umat manusia, ketika Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Nabi Ismail AS, meneguhkan ketundukan mereka kepada Allah SWT.

Salah satu ajaran yang kita ambil dari kisah ini adalah tentang keikhlasan dalam berkurban. Berkurban bukanlah sekadar menyembelih hewan, namun lebih dari itu, ia adalah bentuk pengorbanan yang tulus karena Allah. Ketulusan dalam berkurban mengajarkan kita untuk mengutamakan ridha Allah di atas segala-galanya, bahkan di atas kepentingan diri sendiri.

Keikhlasan dalam berkurban juga mengajarkan kita tentang sikap rela berbagi dan peduli terhadap sesama. Ketika kita berkurban, kita tidak hanya mengorbankan hewan, namun juga sebagian rezeki kita untuk berbagi dengan yang membutuhkan. Hal ini mengingatkan kita bahwa keberkahan hidup bukan hanya didapat dari menumpuk harta, namun juga dari berbagi kepada sesama.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita jadikan momen berkurban ini sebagai ajang untuk merenungkan kembali makna keikhlasan dalam hidup. Semoga kita semua dapat menjalani ibadah kurban dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada Allah SWT. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, dan semoga kita semua senantiasa diberkahi-Nya dalam setiap langkah hidup kita.

Akhirul kalam, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 10

Pujian tertinggi bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang memberikan kita nikmat iman dan memberi kesempatan untuk berkurban dalam Idul Adha yang mulia. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan Allah yang membawa petunjuk bagi umat manusia.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada momen yang penuh berkah ini, kita diberikan kesempatan untuk merenungkan keutamaan berkurban dalam Idul Adha. Berkurban adalah ibadah yang dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, serta meneladani keteguhan hati Nabi Ibrahim AS dalam melaksanakan perintah-Nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Hajj (22:37): "Dan (demikian pula) untuk setiap umat telah Kami tetapkan penyembelihan, agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang telah diberikan-Nya kepada mereka dari binatang ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka berserah dirilah kepada-Nya. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."

Dari ayat ini, kita memahami bahwa berkurban merupakan wujud pengakuan atas nikmat Allah, serta bentuk pengabdian dan ketaatan kita kepada-Nya. Setiap hewan yang kita korbankan adalah simbol dari rasa syukur kita akan rezeki yang telah diberikan-Nya.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Dalam berkurban terdapat pelajaran mendalam yang bisa kita ambil. Pertama, berkurban mengajarkan kita tentang pengorbanan. Seperti Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan anaknya karena perintah Allah, kita pun diajarkan untuk rela melepaskan sesuatu yang kita cintai demi ketaatan kepada-Nya.

Kedua, berkurban mengajarkan kita tentang berbagi. Daging kurban tidak hanya untuk kita sendiri, tapi juga untuk diberikan kepada fakir miskin, janda, yatim piatu, dan kaum yang membutuhkan. Ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap sesama, mengingat bahwa kita semua adalah bagian dari satu umat.

Ketiga, berkurban mengajarkan kita tentang kesederhanaan. Ketika kita melihat Nabi Ibrahim AS bersama anaknya Ismail AS, meskipun memiliki kekayaan yang cukup, mereka rela hidup sederhana demi meraih keridhaan Allah.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Marilah kita manfaatkan momentum Idul Adha ini untuk merefleksikan nilai-nilai keutamaan berkurban dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita bisa menjadi hamba yang senantiasa bersyukur, peduli terhadap sesama, dan hidup dengan sederhana dalam mengikuti jejak teladan para nabi.

Akhir kata, mari kita lanjutkan ibadah berkurban ini dengan niat yang tulus, semata-mata mengharap ridha Allah SWT. Semoga Allah menerima amal ibadah kita, menjadikan kita hamba yang taat, dan memperkenankan doa-doa kita. Amin ya rabbal alamin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Contoh 11: Pentingnya Berbagi dalam Kehidupan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat dan karunia-Nya sehingga kita bisa berkumpul di hari yang mulia ini, Idul Adha. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Jamaah Idul Adha yang berbahagia,

Idul Adha mengingatkan kita akan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Kisah ini mengajarkan kita tentang keikhlasan, ketaatan, dan pengorbanan. Namun, ada satu lagi pelajaran penting yang bisa kita ambil dari Idul Adha, yaitu pentingnya berbagi kepada sesama.

Dalam surah Al-Hajj ayat 37, Allah SWT berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya...”

Ayat ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah bentuk fisik dari kurban yang kita berikan, melainkan ketakwaan dan keikhlasan kita dalam berbagi dengan sesama. Ketika kita berkurban, kita bukan hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Berbagi bukan hanya tentang memberi materi. Ini juga tentang memberi perhatian, dukungan, dan kasih sayang kepada mereka yang memerlukan. Saat kita berbagi, kita mengikis sifat egois dalam diri dan menumbuhkan rasa empati serta solidaritas sosial.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjadi umat yang peduli dan saling membantu. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللَّهُ

“Barang siapa yang tidak mengasihi manusia, maka dia tidak akan dikasihi oleh Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mari kita jadikan Idul Adha ini sebagai momentum untuk memperkuat tali persaudaraan kita dengan berbagi kepada sesama. Semoga setiap kurban yang kita lakukan menjadi amal sholeh yang diterima oleh Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 12: Nilai-Nilai Sosial dalam Ibadah Kurban

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk merayakan Idul Adha di tahun ini. Shalawat serta salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Jamaah yang berbahagia,

Idul Adha adalah momen yang sangat spesial bagi kita semua. Hari ini kita memperingati ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS kepada Allah SWT. Namun, Idul Adha juga merupakan saat yang tepat untuk mengingatkan diri kita tentang pentingnya berbagi kepada sesama.

Dalam Al-Quran surah Al-Ma’un ayat 1-3, Allah SWT berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”

Ayat ini menegaskan bahwa salah satu bentuk keimanan kita adalah dengan memperhatikan kesejahteraan orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Berbagi dalam bentuk kurban adalah salah satu cara kita menunaikan tanggung jawab sosial tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah,

Kurban bukan hanya sekedar menyembelih hewan dan membagikan dagingnya. Lebih dari itu, kurban adalah simbol dari pengorbanan kita untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu. Dalam setiap potongan daging yang kita bagikan, ada harapan dan kebahagiaan bagi mereka yang menerimanya. Rasulullah SAW bersabda:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dalam kesulitan). Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mari kita manfaatkan momen Idul Adha ini untuk mempererat tali persaudaraan kita dengan berbagi kepada sesama. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa peduli dan berbagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 13: Keutamaan Berbagi di Hari Raya Kurban
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam sehingga kita dapat merayakan Idul Adha pada hari ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua sebagai umatnya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Pada hari ini kita merayakan Idul Adha, hari raya yang penuh dengan makna dan pelajaran berharga. Salah satu pelajaran penting yang dapat kita ambil adalah pentingnya berbagi kepada sesama. Ibadah kurban yang kita laksanakan bukan hanya sekedar ritual, tetapi juga bentuk nyata dari kepedulian sosial.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Ayat ini menggambarkan betapa besar pahala yang Allah berikan bagi mereka yang gemar berbagi. Berkurban adalah salah satu bentuk nafkah yang kita keluarkan di jalan Allah, yang pahalanya akan dilipatgandakan oleh-Nya.

Jamaah yang berbahagia,

Dalam pelaksanaan kurban, ada hikmah besar di baliknya, yaitu memperkuat tali silaturahmi dan kebersamaan. Rasulullah SAW bersabda:

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Berilah hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai” (HR. Bukhari).

Kurban yang kita bagikan adalah hadiah istimewa bagi saudara-saudara kita yang membutuhkan. Dengan berbagi, kita menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang di antara sesama muslim. Kita menyadari bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika kita bisa membuat orang lain bahagia.

Marilah kita jadikan momen Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah melalui berbagi kepada sesama. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu peduli terhadap sesama.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 14: Pengorbanan dan Ketaatan dalam Kisah Nabi Ibrahim
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Jama'ah Idul Adha yang dirahmati Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pada hari ini, kita berkumpul untuk merayakan Idul Adha, sebuah hari yang penuh dengan makna pengorbanan dan ketaatan.

Jama'ah yang dirahmati Allah,

Idul Adha mengingatkan kita pada kisah Nabi Ibrahim AS yang mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk mengorbankan putranya, Ismail AS. Ini adalah ujian yang sangat berat bagi Nabi Ibrahim AS, namun dengan penuh keimanan dan ketaatan, beliau siap melaksanakan perintah tersebut.

Ketika Nabi Ibrahim AS mengungkapkan perintah Allah kepada Ismail AS, sang anak menjawab dengan penuh ketaatan, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. As-Saffat: 102).

Dalam ketaatan mereka, kita melihat contoh yang luar biasa tentang keimanan dan ketundukan kepada Allah SWT. Pada saat yang kritis itu, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba, sebagai bentuk rahmat dan penghargaan atas ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail.

Jama'ah yang berbahagia,

Dari kisah ini, kita belajar dua hal utama:

Pengorbanan: Nabi Ibrahim AS menunjukkan bahwa keimanan yang kuat memerlukan pengorbanan. Bukan hanya harta benda, tetapi juga hal-hal yang sangat kita cintai. Pengorbanan dalam hidup kita bisa berwujud dalam bentuk memberikan waktu, tenaga, dan bahkan perasaan kita untuk kepentingan yang lebih besar.
Ketaatan: Ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada Allah SWT adalah teladan bagi kita semua. Dalam menjalani kehidupan ini, kita harus selalu menempatkan perintah Allah di atas segalanya, walaupun terkadang hal tersebut terasa berat.

Marilah kita menjadikan Idul Adha ini sebagai momentum untuk memperkuat keimanan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS dalam mengamalkan nilai-nilai pengorbanan dan ketaatan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Contoh 15: Ketaatan Nabi Ibrahim dan Pengorbanan sebagai Wujud Cinta kepada Allah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd.

Jama'ah Idul Adha yang berbahagia,

Pada hari yang penuh berkah ini, marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Pada hari ini kita memperingati Idul Adha, hari yang penuh dengan pelajaran tentang pengorbanan dan ketaatan.

Jama'ah yang dirahmati Allah,

Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS adalah kisah yang penuh dengan hikmah. Ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putra kesayangannya, Ismail, itu adalah ujian yang sangat berat. Namun, karena kecintaan dan ketaatannya kepada Allah, Nabi Ibrahim AS bersedia melaksanakan perintah tersebut.

Ismail AS, yang pada saat itu masih sangat muda, juga menunjukkan ketaatan yang luar biasa. Ia menerima perintah Allah dengan penuh keikhlasan dan kesiapan. Dalam Al-Qur'an, Ismail berkata, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. As-Saffat: 102).

Pada saat pelaksanaan pengorbanan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor domba. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak ingin manusia disakiti, melainkan ingin melihat sejauh mana ketaatan dan keikhlasan mereka dalam menjalankan perintah-Nya.

Jama'ah yang dirahmati Allah,

Ada beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini:

Ketaatan Mutlak kepada Allah: Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah hal yang utama, bahkan ketika perintah tersebut terasa sangat berat. Sebagai umat Islam, kita harus selalu menempatkan ketaatan kepada Allah di atas segala sesuatu.
Pengorbanan sebagai Bukti Cinta kepada Allah: Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail adalah bukti cinta mereka kepada Allah SWT. Dalam kehidupan kita, kita mungkin tidak diminta untuk mengorbankan hal-hal yang besar, tetapi kita diminta untuk berkorban dalam bentuk waktu, tenaga, dan harta untuk kebaikan dan untuk menunjukkan cinta kita kepada Allah.
Keikhlasan dalam Beramal: Setiap amal yang kita lakukan harus didasari oleh keikhlasan. Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan keikhlasan yang luar biasa dalam menjalankan perintah Allah, dan kita harus mencontohnya dalam setiap amal ibadah kita.
Jama'ah yang berbahagia,

Marilah kita mengambil hikmah dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS dalam perayaan Idul Adha ini. Semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk meneladani ketaatan dan keikhlasan mereka dalam menjalankan perintah Allah SWT. Semoga pengorbanan kita, sekecil apapun, selalu diterima oleh Allah SWT sebagai bukti cinta dan keimanan kita kepada-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd

Contoh 16

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pada khutbah kedua ini, marilah kita lanjutkan pembahasan mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan ibadah kurban dan bagaimana pelaksanaannya.

1. Keutamaan Berkurban

Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berkurban. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ وَجَدَ سَعَةً وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

"Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR. Ahmad dan Ibn Majah)

Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya berkurban bagi mereka yang mampu. Berkurban adalah wujud syukur kita kepada Allah atas nikmat rezeki yang diberikan.

2. Pelaksanaan Kurban

Dalam pelaksanaan kurban, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar kurban kita sah dan diterima oleh Allah SWT. Di antaranya:

Niat: Sebelum menyembelih hewan kurban, niatkan dalam hati bahwa kurban ini semata-mata karena Allah SWT.
Jenis Hewan: Hewan yang dapat dijadikan kurban adalah kambing, domba, sapi, atau unta. Hewan tersebut harus sehat dan tidak cacat.
Waktu: Kurban dilakukan pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, setelah shalat Idul Adha.
3. Berbagi Daging Kurban

Salah satu hikmah dari berkurban adalah berbagi kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda:

لِيَكْفِ كُلُّ أَهْلِ بَيْتٍ أَضْحِيَّةً

"Hendaklah setiap keluarga berkurban." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Daging kurban dibagikan kepada yang berkurban, keluarga, tetangga, dan fakir miskin. Hal ini untuk memastikan bahwa kebahagiaan Idul Adha dirasakan oleh seluruh umat, terutama mereka yang kurang mampu.

Penutup

Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, dan mempererat silaturahmi serta kepedulian sosial di antara kita. Semoga Allah SWT menerima kurban kita dan memberkahi kehidupan kita.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Contoh 17

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita renungkan kembali makna dan manfaat dari ibadah kurban yang kita laksanakan. Berkurban merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam. Ibadah ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga sosial.

1. Manfaat Spiritual

Manfaat pertama dari berkurban adalah mempererat hubungan kita dengan Allah SWT. Ibadah kurban adalah bentuk ketaatan kita kepada-Nya. Dalam surah Al-Kautsar ayat 2, Allah SWT berfirman:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."

Dengan berkurban, kita meneladani Nabi Ibrahim AS yang dengan ikhlas dan penuh keimanan bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT. Meskipun akhirnya Allah menggantinya dengan seekor domba, keteguhan iman dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS menjadi teladan bagi kita semua.

2. Manfaat Sosial

Manfaat kedua adalah manfaat sosial. Daging kurban yang kita bagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dapat meringankan beban mereka. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ

"Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah daripada menumpahkan darah (hewan kurban)." (HR. Tirmidzi)

Selain itu, ibadah kurban juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Dengan berbagi daging kurban, kita mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan rasa kebersamaan di antara kita.

3. Manfaat Ekonomi

Manfaat ketiga adalah manfaat ekonomi. Ibadah kurban dapat membantu meningkatkan perekonomian umat Islam, khususnya para peternak. Permintaan yang meningkat pada masa Idul Adha memberikan dampak positif terhadap sektor peternakan dan perdagangan hewan kurban.

Contoh 18

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah, kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, kesehatan, dan kesempatan sehingga kita dapat berkumpul di sini untuk melaksanakan ibadah sholat Idul Adha. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita renungkan kembali makna dan manfaat dari ibadah kurban yang kita laksanakan. Berkurban merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan bagi umat Islam. Ibadah ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga sosial.

Manfaat pertama dari berkurban adalah mempererat hubungan kita dengan Allah SWT. Ibadah kurban adalah bentuk ketaatan kita kepada-Nya. Dalam surah Al-Kautsar ayat 2, Allah SWT berfirman: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." Dengan berkurban, kita meneladani Nabi Ibrahim AS yang dengan ikhlas dan penuh keimanan bersedia mengorbankan putranya, Ismail AS, atas perintah Allah SWT. Meskipun akhirnya Allah menggantinya dengan seekor domba, keteguhan iman dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS menjadi teladan bagi kita semua. Ibadah ini juga mengajarkan kita untuk ikhlas dalam beramal. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak ada amal yang dilakukan oleh anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai oleh Allah daripada menumpahkan darah (hewan kurban)." (HR. Tirmidzi). Dengan berkurban, kita berlatih untuk melepaskan diri dari sifat kikir dan memperkuat rasa tawakal kepada Allah.

Contoh 19

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pada khutbah kedua ini, marilah kita lanjutkan pembahasan mengenai manfaat sosial dari ibadah kurban. Daging kurban yang kita bagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dapat meringankan beban mereka. Selain itu, ibadah kurban juga mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Dengan berbagi daging kurban, kita mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan rasa kebersamaan di antara kita. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berkurban. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) tetapi tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR. Ahmad dan Ibn Majah). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya berkurban bagi mereka yang mampu. Berkurban adalah wujud syukur kita kepada Allah atas nikmat rezeki yang diberikan.

Selain itu, pelaksanaan ibadah kurban juga membantu mengurangi ketimpangan sosial dan menumbuhkan rasa empati terhadap saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Dengan membagikan daging kurban, kita ikut serta dalam usaha mengurangi kemiskinan dan kelaparan, serta memberikan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkannya. Dalam Islam, berbagi adalah salah satu prinsip dasar yang harus kita pegang teguh, dan berkurban adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk mempererat silaturahmi dan meningkatkan kepedulian sosial di antara kita. Semoga Allah SWT menerima kurban kita dan memberkahi kehidupan kita.

Contoh 20

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pada khutbah ketiga ini, marilah kita renungkan manfaat ekonomi dari ibadah kurban. Ibadah kurban dapat membantu meningkatkan perekonomian umat Islam, khususnya para peternak. Permintaan yang meningkat pada masa Idul Adha memberikan dampak positif terhadap sektor peternakan dan perdagangan hewan kurban. Dengan meningkatnya permintaan hewan kurban, para peternak mendapatkan keuntungan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan keluarganya. Selain itu, perputaran ekonomi yang terjadi selama masa Idul Adha juga memberikan dampak positif bagi berbagai sektor lainnya, seperti transportasi, perdagangan, dan jasa.

Ibadah kurban juga mengajarkan kita untuk memberdayakan ekonomi umat. Dengan membeli hewan kurban dari peternak lokal, kita ikut serta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dan membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Rasulullah SAW bersabda: "Hendaklah setiap keluarga berkurban." (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Hadits ini menunjukkan pentingnya berkurban sebagai bagian dari upaya kita untuk berbagi rezeki dan memberdayakan ekonomi umat. Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai kesempatan untuk mendukung perekonomian umat dan meningkatkan kesejahteraan bersama.

Contoh 21

Tema: Ketaatan dan Ketabahan Nabi Ibrahim AS

اللهُ اَكْبَرْ (٣×) اللهُاَكْبَرْ (٣×) اللهُ اَكبَرْ (٣×) اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ اللهُ اَكْبَرْ ماتحرك متحرك وارتـج. ولبى محرم وعـج. وقصد الحرم من كل فـج. وأقيمت فى هذا الأيام مناسك الحج. اللهُ اَكْبَرْ (x٣) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبع دين محمد. وسلم تسليما كثيرا. فياايها المسلمون الكرام. اوصيكم ونفسى بتقوى الله. واعلموا أن هذا الشهر شهر عظيم. وأن هذاليوم يوم عيد المؤمين. يوم خليل الله إبراهيم أبو ألانبياء والمرسلين. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


 Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, 

Alhamdulillah pagi ini kita dapat berkumpul menikmati indahnya matahari, sejuknya hawa pagi sembari mengumandangkan takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai dengan dua raka'at Idul Adha sebagai upaya mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci.

Marilah kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah swt dengan sepenuh hati. Kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai perjalanan diri mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam keta'atan dan ketabahan Nabi Allah Ibrahim as menjalani cobaan dari Allah Yang Maha Tinggi.

Muslimin dan Muslimat yang dimuliakan Allah,

Hari ini adalah hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi umat beragama di seluruh penjuru dunia, dan bagi umat muslim pada khususnya.

Baca juga: 20 Contoh Poster Idul Adha 2024 yang Keren dan Terkini, Cocok untuk Digunakan dalam Berbagai Lomba

Karena hari ini merupakan hari kemenangan seorang Nabi penemu konsep ketuhidan dalam berketuhanan. Sebuah penemuan maha penting di jagad raya, tak tertandingi nilainya dibandingkan dengan penemuan para saintis dan ilmuwan.

Setelah Nabi Allah Ibrahim as menyadari bahwa Allah SWT adalah The Absolute One, Dzat yang paling Esa, maka semenjak itu juga umat manusia tidak dibenarkan menyembah matahari, menyembah bintang, menyembah binatang, menyembah batu dan alam.

Ini artinya manusia telah memosisikan dirinya di atas alam. Ajaran keesaan yang diprakarsai oleh Nabi Allah Ibrahim telah mengangkat derajat manusia atas alam se-isinya.

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, 

Sesungguhnya tidak berlebihan jika hari ini kita jadikan sebagai salah satu hari besar kemanusiaan internasional yang harus diperingati oleh manusia se-jagad raya.

Oleh karena itu hari ini adalah momen yang tepat untuk mengenang perjuangan Nabi Allah Ibrahim as dan upayanya menemukan Allah swt.

Bagaimana beliau bersusah payah melatih alam kebatinannya untuk mengenal Tuhan Allah Yang Paling Berkuasa.

Melalui latihan dan penempaan jiwa yang berat. Untuk itulah mari kita lihat rekaman tersebut dalam surat Al-An'am ayat 75-79

وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ(75) فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ (76)فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ (77)فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ(78) إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (79)

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.(75)

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." (77).

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78).

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (79)

Para hadirin yang dimuliakan Allah,

Jika kita lihat dokumen sejarah yang termaktub dalam al-Qur'an di atas, hal ini menunjukkan betapa proses pencarian yang dilakukan Nabi Allah Ibrahim AS sangatlah berat.

Meskipun pada akhirnya Nabi Ibrahim berhasil menemukan Tuhan Allah Rabbil Alamin, bukan tuhan suku dan bangsa tertentu, tapi Tuhan seru sekalian alam.

Itulah sejarah terbesar yang dipahatkan oleh Nabi Allah Ibrahim di sepanjang relief kehidupan umat manusia yang seharusnya selalu dikenang oleh umat beragama.

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, 

Ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS menyembelih Ismail sebagai anak tercinta yang diidam-idamkannya, adalah bukti kepasrahan total kepada Allah SWT.

Bayangkan saudara-saudara, Ismail adalah anak yang telah lama dinanti dan diidamkan, Ismail adalah anak tercintanya namun demikian semua itu ditundukkan oleh Nabi Ibrahim as demi memenangkan cintanya kepada Allah SWT.

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, 

Dua hal di atas yaitu penemuan Ibrahim atas keesaan Allah dan perintah penyembelihan terhadap anak tercinta merupakan satu perlambang bahwa ruang di mana Nabi Allah Ibrahim AS. hidup adalah garis batas yang memisahkan antara kehidupan brutal dan kehidupan berpri-kemanusiaan.

Penyembelihan terhadap Ismail yang kemudian diganti dengan kambing merupakan tanda bahwa semenjak itu tidak ada lagi proses penyembahan dengan cara pengorbanan manusia (sesajen).

Karena manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikorbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan suka rela. Allah SWT sendiri yang tidak memperbolehkannya, dengan Kuasa-Nya ia ganti Ismail dengan seekor kambing.

Itulah beberapa hal yang harus dikenang dari Nabi Allah Ibrahim AS. Sebagai umat manusia yang beriman dan beragama sudah sewajibnya kita mengenang dan meneladani apa yang dilakukannya.

Oleh karenanya di setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah seorang muslim dianjurkan untuk berkorban, mengorbankan sedikit kekayaannya guna membuktikan cinta kepada Allah swt.

Bukti cinta itu harus kita berikan dengan seksama dengan hati yang tulus, semata-mata karena-Nya.

Bukankah korban yang kita berikan hanyalah sebagian dari rizqi-Nya yang dititipkan kita? bukankah yang kita korbankan hanyalah harta (kambing/sapi) bukan anak kita, sebagaimana kisah Nabi Ibrahim?

Sungguh berkurban adalah suatu tindakan yang layak dilakukan seoerang hamba sebagai rasa ssyukur atas karunia-Nya selama ini, sebagai bukti ketundukan dan penghambaan kepada-Nya.

Demikian pentingnya berkorban hingga Rasulullah saw berabda, sebagaimana terdapat dalam kitab Durratun Nasihin:

خِيَارُ اُمتِى يُضَحونَ وَشِرَارُ اُمتِى لاَ يُضَحونَ

"Sebaik-baik umatku adalah mereka yang berkurban, dan sejelek-jelek umatku adalah mereka yang tidak mau berkurban."

Artinya jikalau seorang muslim memiliki rizqi yang berlimpah dan sudah ada kelebihan untuk keperluan sehari-hari pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka dianjurkan atas mereka untuk berkurban.

Anjuran ini bukanlah anjuran biasa, tetapi anjuran yang amat-sangat, sehingga mendekati pada anjuran wajib. Demikian itu terbsersit dalam hadits Rasulullah saw yang terkenal:

و عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Barang siapa yang memiliki kelonggaran (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah mendekati majidku. Seperti itulah anacaman bagi mereka yang mampu berkorban tetapi tidak mau mengeluarkan hartanya untuk berkorban.

Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang telah berniat untuk berkurban maka semenjak ia melangkahkan kaki seperlu membeli hewan kurban Allah telah menyediakan pahala berlipat ganda. Sebagaimana keterangan Sayyidina Ali Karramallahu wajahah:

"Barang siapa hendak berkurban, maka setiap langkah menuju tempat pembelian kurban akan diimbali dengan sepuluh kebaikan, dihapus sepuluh kesalahan dan diangkat derajatnya sepuluh tingkatan. Dan ketika berbicara tawar-menawar maka omongannya dianggap sebagai tasbih.

Dan ketika membayar setiap satu dirham (satu rupiah) imbalannya sama dengan tujuh ratus kebaikan. Dan beberapa saat ketika hewan itu telah dirobohkan hendak disembelih, semua makhluk yang berada ditempat penyembelihan hingga langit ketujuh memintakan pengampunan untuknya.

Dan ketika darah telah mengalir dari hewan kurban, setiap tetesnya akan menjelma sepuluh malaikat yang memohonkan ampunan kepadanya hingga hari akhir.

Dan ketika daging itu dibagi-bagikan, maka setiap satu suap daging yang dimakan orang, setimpal dengan memerdekakan satu budak dari keturunan Nabi Ismail"

Hal ini haruslah diyakini dengan benar oleh kita semua, agar menjadi semangat bagi yang belum berkorban dan menjadi pahala nyata bagi mereka yang telah berkurban.

Sehubungan dengan kurban, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Yang selama ini mungkin banyak disalah pahami.

Pertama, Apapun alasannya tidak dibenarkan menjual bagian dari kurban entah itu kulit, kepala, ataupun tanduk hewan kurban.

Walaupun dengan tujuan membiayai proses pemotongan, sungguh itu tidak dibenarkan. Karena semua yang terdapat dalam hewan kurban adalah milik Allah swt, semua yag terdapat dalam hewan kurban adalah benda sedekah yang harus dibagikan dan dinikmati dengan seksama.

Kedua, hendaklah orang yang berkurban merasakan sebagian daging kurbannya. Sebagaimana Rasulullah saw memakan sebagian dari kurban yang disembelihnya. Kecuali bila kurban itu telah dinadzarkan sebelumnya, maka tidak dibolehkan memakan daging hewan kurbannya.

Ketiga, setelah kurban diembelih disunnahkan bagi orang yang berkurban menjalankan shalat dua rekaat dan setelahnya berdo'a yang makudnya "ya Allah bahwa halatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik-Mu, dan tidak ada yang berekutu dengan-Mu.

Ya Allah semoga kami diberikan panjang umur hingga menikmati kembali idul adha tahun yang akan datang dengan penuh keta'atan dan rizqi yang makin berkah.

Semoga orang-orang muslim yang hari ini berkurban benar-benar berkurban untuk-Mu, tidak karena yang lain sehingga mereka akan dapat berkurban kembali tahun mendatang. begitu pula semoga kaum muslim yang tahun ini belum mampu berkurban diberikan Allah kemampuan berkorban tahun mendatang.

Semoga kita semua mendengarkan panggilannya berziarah ke Baitullah dan maqam Rasulullah saw, dan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Demikianlah doa itu dipanjatkan dengan seksama dan diakhiri dengan permohonan untuk pergi haji. Karena berhaji merupakan ibadah penyempurna bagi seorang muslim.

Para Jama'ah idul adha yang berbahagia,

Kaum muslimin dan muslimat, meskipun saat ini kita berada di sini, jauh dari tanah Haram, tidak berarti kita tidak bisa meneladani Nabi Ibrahim. Karena keteladanan itu tidaklah bersifat fisik.

Namun sejatinya keteladanan itu berada dalam semangat yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan atas ibadah haji dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari ketika kita berinteraksi dengan tetangga, teman, saudara dan umat manusia pada umumnya.

Jamaah Shalat Idul Adha rahimakumullah, 

Demikianlah uraian dalam khutbah ini semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Dan amrilah kita berdoa kepada Allah swt semoga amal ibadah kita diterima.

Semoga kita yang disini diberikan kesempatan mengunjungi tanah haram di lain waktu, seperti cita-cita kita semua. Dan semoga mereka yang berada di sana diberi keselamatan semua. Amin

أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Contoh 22

1. Mendulang Pelajaran Dari Dzulhijjah


Jama’ah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Kita bertakbir di hari yang mulia ini dengan memperbanyak mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ

Baca juga: Butuh tenaga kerja terbaik untuk bisnismu? Cari di sini!

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan para makhluknya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih di antara makhluknya ada yang lebih mulia dibandingkan dengan yang lain. Maka sebagaimana ada tempat yang lebih mulia dibandingkan dengan di dataran bumi lainnya. Seperti tanah haram, Kota Mekkah dan Madinah, dan Masjidil Aqsha.

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih sebagian waktu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan lebih mulia dibandingkan dengan waktu yang lain. Di antaranya adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

 
وَالْفَجْرِ. وَلَيَالٍ عَشْرٍ

“Demi fajar, dan malam yang sepuluh,” (QS. Al-Fajr[89]: 1-2)

Yang dimaksud dengan malam yang sepuluh adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, menurut sebagian ahli tafsir.

Dan bagian dari bentuk takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah memuliakan dan mengagungkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dan agungkan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan barang siapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj[22]: 32)

Karena itulah, bagi seorang mukmin yang mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sudah seharusnya kita mengagungkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala agungkan.

Jangan jadikan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana hari-hari biasanya. Tidak ada perubahan apapun yang kita lakukan dalam amal kita sehari-hari.

Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan motivasi, beliau bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” (HR. Bukhari)

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ

Jama’ah shalat idul adhha yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Kita perhatikan ada banyak sekali praktek amalan yang kaum muslimin lakukan di bulan Dzulhijjah, yang itu merupakan napak tilas dari peninggalan yang keluarganya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam lakukan.

Bagi mereka yang sedang melakukan ibadah haji, mereka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan thawaf, sa’i, dan ibadah lainnya yang mereka lakukan di tanah suci.

Bagi mereka yang berada di tempat lain selain tanah suci, mereka mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan banyak bertakbir dan salah satunya adalah ibadah yang besar, yaitu menyembelih qurban. Dan itu semua merupakan bagian dari kegiatan yang dulu Nabi Ibrahim ‘alaihissalam laksanakan.

Seperti yang kita tahu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dengan banyak ujian. Dan oleh sebab itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan beliau pemimpin bagi seluruh umat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. (QS. Al-Baqarah[2]: 124)

Karena ketika seseorang ingin menjadi orang yang berprestasi, tentu saja tidak bisa sebatas mengandalkan nasab, harta, posisi, maupun jabatannya. Manusia yang berprestasi di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia harus berusaha. Dan bagian dari usaha itu adalah dia harus berjuang ketika menghadapi ujian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan banyak sekali ujian kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Dan beliau berhasil menyempurnakannya. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan beliau sebagai imam bagi seluruh umat manusia.

Kaum muslimin, siapapun berpeluang menjadi imam bagi generasi setelahnya. Terutama bagi anak keturunannya. Karena itulah, bagian dari doa ‘ibadurrahman;

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan[25]: 74)

Mujahid bin Jabar menafsirkan ayat ini. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadi imam bagi orang yang bertakwa. Artinya adalah kita bermakmum kepada orang yang bertakwa sebelum kita, yaitu generasi orang-orang shalih sebelum kita. Dan seterusnya hingga sampai kepada sahabatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Puncaknya adalah bermakmum kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Ketika orang bermakmum dengan orang-orang shalih yang sebelumnya, maka dia akan tertular menjadi shalih. Lalu nanti generasi setelahnya akan mengikutinya. Sehingga di saat itulah dia menjadi imam untu keshalihan bagi generasi setelahnya. Itulah makna dari doa di atas.

Saya, Anda, Bapak, dan Ibu semuanya memiliki peluang yang sama untuk menjadi imam bagi orang yang bertakwa dengan berusaha memperbaiki diri, meniru jejak para salafush shalih. Jejak para sahabat, tabi’in, dan ulama yang shalih. Dan dengan demikian kita akan menjadi shalih, lalu diikuti anak keturunan kita dalam keshalihan. Sehingga kita menjadi imam bagi orang yang bertakwa.

Dan tentu saja, dalam menempuh perjalanan yang semacam ini kita akan menjumpai banyak sekali ujian. Baik ujian di keluarga, lingkungan, dan termasuk ujian dari diri kita sendiri.

Mungkin ada sebagian dari kita yang tidak semangat dalam menjalankan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak semangat dalam beribadah. Sehingga ketika kita berusaha untuk melawan hawa nafsu kita, mengikuti apa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,di antara buahnya adalah nama kita akan dijadikan sebagai imam bagi para generasi setelah kita.

Jama’ah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Pelajaran lain dari kondisi keluarga Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam, banyak sekali rutinitas dan amalan yang beliau dan keluarganya lakukan, itu Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan agar kaum muslimin melaksanakannya sampai akhir zaman.

Anda bisa bayangkan, setiap orang yang melakukan sa’i, antara Shafa dan Marwah, yang jumlahnya jutaan bahkan tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka setiap orang yang sa’i, Ibunda Hajar Ummu Ismail Radhiyallahu ‘Anha turut mendapatkan pahalanya. Karena beliaulah yang pertama kali mempraktekkannya.

Sehingga siapapun yang mempraktekkan kebaikan lalu generasi masyarakat setelahnya mengikutinya, in syaa Allah pahala yang mereka laksanakan akan diberikan kepada orang yang pertama kali melakukannya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْر أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ

“Barang siapa membuat satu sunnah (cara atau jalan) yang baik di dalam Islam maka dia mendapat pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

Dan untuk bisa semacam ini, butuh perjuangan ikhlas yang besar. Karena amalan yang ikhlas, itulah yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan.

Pada waktu Imam Malik menulis kitab Al Muwatho’, ada sebagian orang yang memberi masukan kepada beliau, “Wahai Imam Malik, kitab Al Muwatho’ sudah banyak. Mengapa engkau menulis Al Muwatho‘?”

Kemudian Imam Malik menjawab, “Amal yang dilakukan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dialah yang akan abadi.”

Sekarang Anda bisa bayangkan. Kalau di zaman dahulu di zaman Imam Malik ada yang mengatakan bahwa kitab Al Muwatho’ sudah banyak, sekarang mana kitab Al Muwatho’ selain kitab Al Muwatho’nya Imam Malik?

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan kitab Al Muwatho’ karya Imam Malik, sementara Al Muwatho’ karya yang lainnya tidak terlihat. Karena amal yang dilakukan ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti diabadikan oleh-Nya.

Teruslah beramal shalih, berjuang untuk ikhlas. Karena kita tidak tahu dari sekian banyak amal yang kita lakukan itu mana yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala terima dan mana yang akan Dia abadikan, maka sebaiknya kita terus berjuang mengukir sebuah prestasi, yaitu mendapatkan aliran pahala di saat kita meninggal dunia.

Itulah umur yang kedua, pada waktu kita sudah meninggal, namun pahala kita terus mengalir. Dan itulah harapan yang bisa seorang mukmin lakukan. Sebab ternyata amalannya tidak terhenti hanya dengan hembusan nafas terakhir, namun amalannya bisa terus berlanjut dengan amalan-amalan shalih yang dia lakukan dengan ikhlas dan diikuti oleh generasi setelahnya.

Selanjutnya jama’ah, barangkali bagian dari pelajaran yang bisa kita jumpai beberapa hari terakhir ini.

Banyak dari kaum muslimin yang menghendaki untuk bisa berangkat haji. Namun karena keterbatasan, baik biaya maupun jumlah quota, sehingga banyak dari mereka yang tidak bisa melaksanakan. Mereka yang kaya yang sudah berusaha untuk mendaftar, ternyata harus mengantre dalam kurun waktu yang sangat lama. Bahkan di antara kita ada yang sampai putus asa.

Kalau daftar sekarang, kemudian harus antre hingga 30 bahkan 40 tahun ke depan. Kapan kita bisa berangkat? Demikian pula mereka yang antre di furoda/ haji plus, ternyata harus menunggu juga dalam waktu yang lama. Ribuan jama’ah pada waktu kemarin, tidak jadi berangkat.

Namun apapun itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala itu Maha Adil. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesempatan bagi siapapun untuk mendapatkan nilai pahala.

Sebagaimana orang yang beramal, apabila ia mempunyai semangat untuk melakukan amal itu namun tidak bisa mewujudkannya karena udzur yang dia alami.

Sehingga mungkin ada di antara kita yang ingin sekali dan semangat untuk berangkat haji, namun kita membayangkan dengan keterbatasan dana. Kita merasa tidak bisa mendaftar haji yang mahal, hanya bisa mendaftar yang reguler dan itu pun antrenya sangat panjang. Dan kita tidak tahu, tawakkal ‘alallah, kapan akan berangkat.

Jama’ah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan,

Bisa jadi kita berangkat haji dengan ruh kita. Dalam arti, kita mempunyai semangat untuk memperbaiki diri dan beramal shalih meskipun kita tidak berada di tanah suci.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sewaktu kembali dari Perang Tabuk, sebagaimana diceritakan oleh sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau mengatakan,

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ لَرِجَالاً مَا سِرْتُمْ مَسِيرًا وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِيًا إِلاَّ كَانُوا مَعَكُمْ حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ

“Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang tidak ikut melakukan perjalanan perang, juga tidak menyeberangi suatu lembah, namun mereka bersama kalian (dalam pahala). Padahal mereka tidak ikut berperang karena kedapatan udzur sakit.” (HR. Muslim no. 1911)

Maa syaa Allah, orang-orang ini tinggal di Madinah dan tidak ikut berangkat menuju Perang Tabuk. Namun kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Apapun yang kalian alami, perjalanan yang kalian tempuh, naik ke atas bukit dan turun ke lembah, kelelahan yang kalian alami, mereka yang berada di Madinah turut mendapatkan pahalanya.”

Orang seperti ini mengapa mendapat pahala? Karena mereka memiliki semangat namun mereka tidak bisa melaksanakannya sebab tertahan dengan kondisi sakit yang mereka alami.

Bisa jadi di antara kita mempunyai udzur karena tidak mampu atau tidak mendapatkan quota haji. Namun mereka yang memiliki semangat untuk melaksanakan ibadah haji, in syaa Allah ketika dia melakukan amal shalih di tempatnya, semoga dia mendapatkan pahala sebagaimana mereka yang berada di sana.

Inilah orang-orang yang menempuh perjalanan dengan ruhnya. Mereka mempunyai semangat untuk melakukan amal shalih, meskipun mereka tidak bisa karena memiliki udzur.

Selanjutnya, sebagai khutbah yang terakhir. Kami sampaikan kepada ummahat, para ibu, sebagaimana pesan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ

“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)[1]

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada mereka untuk memperbanyak sedekah.

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ

“Wahai para wanita, bersedekahlah.” (HR. Muslim)

Sehingga ketika beliau mengingatkan tentang bahayanya neraka, beliau mengingatkan mereka untuk bersedekah. Karena sedekah merupakan salah satu di antara tameng bagi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dari panasnya neraka.

Salah seorang bertanya karena ingin tahu penyebabnya, “Mengapa (para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka), ya Rasulullah?”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ

“Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami.” (HR. Muslim)

Nilai kesabaran yang ringan, itulah yang menyebabkan wanita menjadi mudah untuk mengeluh, mengumpat, mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai, dan tidak bisa berterima kasih kepada suaminya.

Sehingga kebaikan suami yang banyak barangkali mereka lupakan hanya karena satu kesalahan/ kekeliruan dalam pandangan matanya. Perlu untuk bersabar dalam menghadapi semua ini.

Alhamdulillah, ibu-ibu yang sudah mengenal Al-Qur’an dan sunnah dengan baik sesuai pemahaman para sahabat, syaa Allah nasihat semacam ini sangat ringan untuk diterima. Meskipun bagi sebagian orang ini terasa berat.

Karena sesungguhnya surga yang Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan bagi para wanita itu cara menempuhnya berbeda dengan lelaki. Jihadnya wanita bisa jadi dilakukan di dalam rumah. Namun jihadnya lelaki adalah perjuangan ketika dia menghadapi lingkungannya.

Karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad)

Selanjutnya kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang mempunyai semangat untuk mengukir amalan yang bisa kita tinggalkan untuk generasi setelahnya. Dan kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga menjadikan kita imam bagi orang-orang yang baik dan bertakwa, serta imam dalam ketaatan.

Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang istiqamah di atas jalan yang lurus.

(*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 1444 H/2023 Penuh Khidmat, Beserta Link PDF Disini.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Contoh Teks Khutbah Idul Adha 2023 Singkat dan Inspiratif, Tentang Makna Kurban dan Kemanusiaan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved