Berita Nasional Terkini
Dilema APBN 2025, Terbebani Program Jokowi, IKN Kaltim hingga Janji Prabowo Makan Siang Gratis
Dilema APBN 2025, ekonom prediksi bakal terbebani program Jokowi, IKN Kaltim hingga janji Prabowo makan siang gratis.
TRIBUNKALTIM.CO - Di ujung pemerintahan Jokowi menuju pergantian kepemipinan Prabowo Subianto, kondisi APBN menjadi sorotan mengingat ada dua proyek dengan dana besar yakni IKN Kaltim dan makan siang gratis.
Dua mega proyek tersebut yakni IKN Kaltim yang digagas Jokowi dan makan siang gratis yang merupakan janji Prabowo di Pilpres 2024 diprediksi bakal menjadi beban APBN 2025.
Ekonom menilai APBN 2024 masih akan kembali terbebani program Jokowi yakni IKN Kaltim dan sederet proyek lainnya dan janji kampanye presiden terpilih Prabowo.
Pasalnya masih banyak mega proyek peninggalan Jokowi yang tetap harus dilanjutkan dan juga akan ditambah dengan berbagai program janji kampanye Prabowo.
Baca juga: Dampak Buruk Bila Prabowo-Gibran Tak Berkantor di IKN Nusantara di Kaltim, Investor Bisa Angkat Kaki
Baca juga: Nasib Kelanjutan Pembangunan IKN Nusantara, Pemerintah Prabowo-Gibran Pangkas Banyak Anggaran PUPR
Baca juga: Terbaru Opini Prabowo di Media Asing, sebut Jokowi, tapi tak Bahas IKN Kaltim, Penjelasan Gerindra
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai, tahun depan defisit fiskal harus dikelola secara ketat. Sebab ada banyak proyek jumbo pemerintahan Jokowi yang tak mungkin diberhentikan begitu saja.
Akan tetapi, di saat yang bersamaan, pemerintahan Prabowo juga mempunyai program tersendiri yang sudah dirancang dan ditawarkan saat berkampanye.
“Di sinilah letak dari dilemanya, artinya kan harus ada program dari Prabowo yang mungkin tidak akan langsung dijalankan, pada tahun pertama.
Karena dengan meneruskan program Jokowi, seperti IKN, jalan tol, dan hirilisasi, nah inikan membutuhkan biaya besar.
Jadi Prabowo harus menghitung ke depan, apakah programnya akan dijalankan semua atau parsial,” tutur Bhima kepada Kontan, Selasa (18/6/2024) seperti dikutip TribunKaltim.co dari kontan.co.id.
Ia mencontohkan seperti program makan siang gratis alias makan bergizi gratis yang diusung Prabowo, sebaiknya tidak dijalankan pada seluruh wilayah Indonesia mengingat membutuhkan anggaran yang sangat besar.
Menurutnya, program tersebut bisa diprioritaskan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) terlebih dahulu.
Dengan disiplin fiskal tersebut lanjutnya, akan membuat defisit APBN pada 2025 tidak melebar.

(HO via Tribunnews)
Di samping itu, jika defisit melebar, maka penerbitan surat utang semakin banyak, dan APBN tahun selanjutnya akan semakin terbebani.
“Selain itu yang harus diperhatikan juga utang jatuh tempo yang nilainya Rp 800 triliun di 2025.
Baca juga: Demi Makan Siang Gratis dan IKN Kaltim, Ekonom Senior sebut Prabowo harus Genjot Pendapatan
Ini juga harus dikelola dan ini pastinya akan membuat defisit APBN ikut melebar,” ungkapnya.
Bhima juga menyebut, penerbitan utang ke depan juga tidak akan mudah utamanya dalam menerbitkan SBN valuta asing (valas).
Sebab, kondisi perekonomian global juga masih penuh ketidakpastian.
Namun, jika penerbitan utang tidak terserap dengan maksimal, maka opsi lain adalah dengan mengandalkan penerimaan pajak untuk memenuhi kebutuhan anggaran.
Namun, Bhima menyebut, jika hal ini dilakukan maka akan menimbulkan masalah baru.
Sebab jika penerimaan pajak didorong lebih besar lagi, artinya masyarakat kelas menengah akan menjadi tertekan, dan membuat konsumsinya menurun.
Jika konsumsi menurun, maka dunia usaha akan terkena imbasnya karena omzet yang turun.
“Karena akan menerima beban pajak lebih besar lagi untuk menutup defisit, itu akan berakibat pada kontraksi ekonomi, atau perlambatan ekonomi yang tidak diharapkan banyak pihak,” kata Bhima.
Maka dari itu, Bhima menilai opsi terbaik yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengelola anggaran belanja seefisien mungkin.
Misalnya dengan rasionalisasi belanja kementerian/lembaga (K/L), agar tidak semua K/L yang meminta tambahan anggaran disetujui.
Baca juga: Fakta Terbaru Makan Siang Gratis dan Contoh Menu, Apa Prabowo Tolak IKN Kaltim demi Program Andalan?
Kemudian, pemerintahan selanjutnya juga disarankan agar lebih mendahulukan program yang dibutuhkan, ketimbang memaksakan semua program dalam dengan anggaran jumbo tanpa memperhitungkan kondisi fiskal ke depan.
“Yang perlu dilakukan bukan memperlebar defisit, atau menaikkan utang, tapi yang dibutuhkan adalah menjaga kredibilitas dalam fase transisi,” tandasnya.
Untuk diketahui, Defisit RAPBN 2025 ditetapkan pada kisaran 2,45 persen hingga 2,82 persen dari produk domestik bruto (PDB), alias lebih tinggi dari defisit dalam APBN 2024 yakni sebesar 2,29 persen dari PDB.
Defisit yang melebar ini lantaran porsi belanja tahun depan dirancang sebesar 14,59 persen - 15,18 persen dari PDB, atau naik dari tahun ini sebesar 14,56 persen dari PDB.
Di sisi lain, penerimaan negara juga tidak bisa diandalkan sepenuhnya untuk menutup beban belanja tahun depan.
Dengan melebarnya defisit tersebut, sejumlah pihak khawatir, karena jika ketidakpastian ekonomi tak kunjung membaik hingga tahun depan, maka pemerintah selanjutnya tidak memiliki keleluasaan ruang fiskal, jika akan menambah anggaran untuk meredam ketidakpastian tersebut.
Bantahan Luhut
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan membantah tudingan bahwa negara tidak mampu membiayai program makan siang gratis yang merupakan program kampanye presiden terpilih Prabowo Subianto.
Padahal menurutnya, anggaran yang dimiliki negara bisa saja mencukupi biaya program tersebut lantaran dianggarkan secara bertahap.
Baca juga: Alasan Ekonom Senior sebut Program Makan Siang Gratis Lebih Penting dari Bangun IKN Nusantara
"Orang takut nanti anggaran belanja kita enggak kuat, sebenarnya bertahap enggak ada masalahnya," ujarnya dalam acara MINDialogue di Hotel Bidakara, Jakarta, (20/6/2024).
Luhut bilang, nantinya pada permulaan akan dianggarkan sebesar Rp 20 triliun.
Dengan demikian, anggaran program makan siang gratis tidak langsung sebesar Rp 250 triliun seperti yang selama ini diisukan.
"Apanya yang Rp 250 triliun? Itu angka kita mulai mungkin dengan Rp 20 triliun untuk bertahap sambil jalan," kata Luhut seperti dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com.
Menurutnya, program makan siang gratis ini justru menjadi kesempatan yang bagus mengingat banyak anak Indonesia yang tidak berkesempatan mendapatkan gizi dari daging dan telur menjadi bisa makan makanan yang bergizi.
"Dan program itu sudah dijalankan di 93 negara, bukan hal yang aneh," imbuhnya.
Selain itu, pemerintah juga telah membuat sekenario ekonomi terkait hal ini.
Didapati dengan defisit anggaran 2,5 persen, Indonesia dapat menganggarkan sebesar Rp 612 triliun.
Anggaran tersebut tidak hanya bisa untuk merealisasikan program makan siang gratis tetapi juga bisa untuk membangun jalan tol Sumatera dan meneruskan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Jadi negara ini menurut saya kita tidak perlu khawatir. Asal kita kelola dengan baik, asal kita kurangin kebocoran-kebocoran (anggaran).
Dengan digitalisasi kita akan bisa mengurangi secara signifikan jadi kita bisa membaik lagi," tuturnya.
Baca juga: Soal Investor Asing di IKN Kaltim, Dulu Bahlil sebut sudah Ada Deal Rp 50 T, Kini Akui Belum Ada
(*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim
DPRD Soroti Langkah Pemkot yang Bakal Membuat Kereta Layang Skytrain Samarinda-IKN Nusantara |
![]() |
---|
Demi Pejabat Negara dan Tamu Penting Bisa Langsung Terbang ke IKN, Pemerintah 'Pindahkan Hujan' |
![]() |
---|
Terjawab Sudah Siapa yang Salah Sampai Tak Satupun Investor Asing Minati IKN Kaltim? Ini Kata Ahli |
![]() |
---|
Komitmen Prabowo Lanjutkan Pembangunan IKN Nusantara Dipertanyakan, Gerindra Beri Penjelasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.