Ibu Kota Negara
Dampak Fenomena Madden Julian Oscillation di IKN Kaltim hingga Menhub Minta Modifikasi Cuaca
IKN di Kaltim mengalami fenomena Madden Julian Oscillation yang menjadi kendala dalam pembangunan infrastruktur.
TRIBUNKALTIM.CO - IKN di Kaltim mengalami fenomena Madden Julian Oscillation yang menjadi kendala dalam pembangunan infrastruktur.
Adapun fenomena Madden Julian Oscillation terjadi di wilayah tropis dan meningkatkan intensitas hujan.
Ya, IKN di Kaltim dilanda hujan terus menerus.
Dari total 30 hari, hanya ada 8 hari cuaca cerah tanpa hujan di wilayah IKN.
Baca juga: Update Rencana Uji Coba Taksi Terbang di IKN Bulan Juli 2024, Ini Penjelasan Kemenhub
Akibatnya, 106 paket infrastruktur terkontrak yang dikerjakan kurun 2022-2024, terhambat.
Termasuk pembangunan Bandara VVIP atau Nusantara Airport IKN yang kini terus dikerjakan secara simultan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengakui, hujan terus menerus merupakan tantangan terbesar pembangunan infrastruktur IKN.
Oleh karena itu, Menhub menginstruksikan modifikasi cuaca untuk terus ditingkatkan dalam beberapa bulan ke depan, agar pembangunan bandara IKN menjadi optimal.

“Dari pembicaraan saat rapat dan pengalaman yang saya alami sendiri di lapangan, tantangan terbesar dalam pembangunan infrastruktur di IKN adalah cuaca. Oleh karena itu, teknologi modifikasi cuaca (TMC) menjadi keharusan," cetus Budi.
TMC terbukti bisa mengubah cuaca di IKN.
Contohnya, saat diterapkan TMC pada tanggal 14 Juni 2024 sampai tanggal 16 Juni 2024, praktis tidak ada hujan.
Padahal, sebelumnya pada tanggal 1 Juni 2024 hingga 12 Juni 2024 saat TMC belum diterapkan, hujan terus terjadi di IKN.
Akan tetapi, menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, sebenarnya pada tanggal 7 Juli 2024, sudah ada peringatan dini tentang fenomena Madden Julian Oscillation (MJO).
"Memang tampaknya dengan anomali yang sangat kuat, ini (hujan) tidak bisa ditanggulangi,” cetus Dwikorita.
Baca juga: Belum Semua Warga Sekitar IKN Nusantara Nikmati Air Bersih, PUPR Bangun WTP
Dikutip dari laman resmi BMKG, fenomena MJO merupakan aktivitas intra musiman yang terjadi di wilayah tropis.
Fenomena ini dapat dikenali berupa adanya pergerakan aktivitas konveksi ke arah timur dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.
Sementara menurut Climate.gov, fenomena MJO adalah gangguan awan, curah hujan, angin, dan tekanan yang bergerak ke arah timur yang melintasi planet di daerah tropis dan kembali ke titik awal rata-rata dalam 30 hingga 60 hari.
Gangguan atmosfer ini berbeda dengan El Niño Southern Oscillation (ENSO) yang pernah terjadi, dikaitkan dengan fitur persisten yang berlangsung selama beberapa musim atau lebih lama di cekungan Samudera Pasifik.
Terdapat beberapa peristiwa MJO dalam satu musim, sehingga MJO paling tepat digambarkan sebagai variabilitas iklim tropis intramusiman (yaitu bervariasi dari minggu ke minggu).
MJO pertama kali ditemukan pada awal tahun 1970-an oleh Dr Roland Madden dan Dr Paul Julian ketika mereka mempelajari pola angin dan tekanan tropis.
Mereka sering melihat osilasi angin yang teratur (didefinisikan berdasarkan penyimpangan rata-rata) antara Singapura dan Pulau Canton di bagian barat tengah khatulistiwa Pasifik (Madden dan Julian, 1971; 1972; Zhang, 2005).
MJO terdiri dari dua bagian, atau fase.
Bagian satu adalah fase peningkatan curah hujan (atau konvektif) dan yang lainnya adalah fase curah hujan yang ditekan.
Aktivitas MJO yang kuat sering kali membedah planet ini menjadi dua bagian: separuhnya berada dalam fase konvektif yang ditingkatkan dan separuhnya lagi berada dalam fase konvektif yang tertekan.
Kedua fase ini menghasilkan perubahan awan dan curah hujan yang berlawanan dan merambat ke arah timur.
Upacara HUT RI ke 79 Siap Digelar di IKN, Langkah BMKG Modifikasi Cuaca agar Tidak Hujan Terus

Pemerintah memastikan, lapangan di halaman Istana Negara Ibu Kota Nusantara (IKN) sudah siap digunakan untuk upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus mendatang.
Untuk diketahui, curah hujan memang cukup tinggi di Kalimantan Timur beberapa bulan terakhir ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan terus melakukan modifikasi cuaca untuk mengendalikan curah hujan yang menghambat proses pembangunan IKN.
Kendati masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaan modifikasi cuaca di IKN tersebut.
Baca juga: Basuki Ungkap Alasan Sepi Investor di IKN Kaltim, Cuma 5 Perusahaan yang Groundbreaking di Juli 2024
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menjelaskan bahwa dalam proses melakukan modifikasi cuaca tersebut, BMKG menggandeng sejumlah pihak.
"BMKG bekerja sama dengan Kementerian PUPR, TNI, melaksanakan rekayasa cuaca yang kita kenal dengan operasi modifikasi cuaca di sana. Tujuannya apa? Untuk mengurangi curah hujan supaya tidak menggangu pembangunan infrastruktur, targetnya agar segera selesai," ujar Seto saat ditemui di Kantor BMKG, Jakarta, pada Kamis (11/7/2024).
Wilayah IKN memang memiliki pola ekuatorial.
Hujan ekuatorial adalah pola curah hujan di wilayah yang memiliki batas tidak jelas antara musim kemarau dan hujan.
"Di IKN ini polanya ekuatorial, perbedaan musim kemarau dan hujan tidak jelas, hampir setiap hari ada hujan. Saat ini (juga) ada gelombang ekuator sehingga hujannya cukup banyak," imbuhnya.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga menjelaskan, IKN memiliki pola hujan ekuatorial.

Pola ini bisa disebut sebagai hujan sepanjang tahun dengan dua puncak curah hujan.
"Pola hujan ekuatorial itu adalah hujan yang turun sepanjang tahun, jadi setiap bulan apapun ya hujan terus, itu di IKN. Jadi isinya ya hujan terus, tidak ada musim kemarau atau musim hujan," jelasnya.
Kendala modifikasi cuaca di IKN
Kendati telah dilakukan, Seto mengakui masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaan modifikasi cuaca di IKN tersebut.
Unit kerja yang baru dibentuk tersebut belum memiliki infrastruktur, anggaran, maupun peralatan yang mumpuni.
Sehingga, dengan segala keterbatasan tersebut, BMKG masih harus bekerja sama dengan beberapa pihak lain dan memanfaatkan sumber daya milik mereka.
Di sisi lain, pesawat TNI yang digunakan untuk modifikasi cuaca juga terbatas.
Sebab, selain di IKN, pesawat juga digunakan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
"Dan saat ini kemampuan secara nasional tentang modifikasi cuaca masih cukup rendah," ungkap Seto.
Baca juga: Jika Prabowo Menambah Jumlah Kementerian, Rumah Menteri di IKN Kurang, Ini Penjelasan PUPR
Meski dengan keterbatasan, pihaknya menegaskan akan terus berupaya untuk melaksanakan operasi modifikasi cuaca secara maksimal.
"Bahwa kemudian pembangunan belum selesai, mudah-mudahan kita akan upayakan lagi supaya operasi modifikasi cuaca ke depan berjalan semakin baik, sampai dengan ini benar-benar mampu memberikan dukungan yang baik pada pembangunan infrastruktur," tuturnya.
Kendati begitu, Seto menilai dengan perkembangan yang ada saat ini, kondisi pembangunan di IKN sudah cukup baik.
Seperti dilaporkan Kompas.com (11/7/2024), pemerintah memastikan bahwa lapangan di halaman Istana Negara IKN sudah siap digunakan untuk upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus mendatang.
Hal itu disampaikan Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Imam S Ernawi.
"Lapangan upacara sudah pasti sudah bisa, podiumnya juga sudah selesai. Semua sudah berfungsi 100 persen dan siap digunakan untuk upacara," ujar Imam.
Ia mengatakan, lapangan tersebut memiliki kapasitas sekitar 8.000 orang. Namun, bukan berarti seluruh infrastruktur akan selesai dibangun pada 17 Agustus 2024.
"Artinya gini, 17-an itu bukan berarti bangunan-bangunan ini semua selesai di 17 Agustus. Tidak. Tetapi ini fungsional untuk bisa dilakukan kegiatan 17-an," terangnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "IKN Terkena Madden Julian Oscillation, dalam Sebulan Cuaca Cerah Hanya 8 Hari".
Ikuti berita populer lainnya di Google News Tribun Kaltim
Ikuti berita populer lainnya di saluran WhatsApp Tribun Kaltim
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.