Berita Mahulu Terkini

Kisah Pilu Warga Mahulu Kaltim Belum Merdeka Listrik, Andalkan Genset yang Nyala Cuma 6 Jam Sehari

Kisah pahit warga Kabupaten Mahulu di Kalimantan Timur yang belum merdeka listrik. Andalkan genset yang menyala cuma 6 jam sehari.

Penulis: Kristiani Tandi Rani | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
Kolase Tribun Kaltim
Mahulu krisis listrik - Kisah pahit warga Kabupaten Mahulu di Kalimantan Timur yang belum merdeka listrik. Andalkan genset yang menyala cuma 6 jam sehari. 

Jarak dari rumah warga ke puskesmas pun terbilang cukup jauh karena harus menempuh perjalanan 10 - 15 menit menggunakan sepeda motor.

Mirisnya, masyarakat seolah tidak diberi kesempatan untuk menikmati indahnya kemudahan teknologi.

"Jadi butuh waktu kalau dari rumah saya itu sekitar 10 - 15 menit. Kebetulan juga karena dirumah itu pakai kulkas kan pokoknya ngak bisalah," ujarnya.

Ia mengaku kondisi ini membuat masyarakat Laham tidak bisa untuk berkutik.

Utamanya, Julika sebagai salah satu pengusaha es batu.

Ia mengaku jika listrik tidak menyala maka kulkas tidak bisa untuk menyediakan es batu untuk Ia jual.

Masyarakat pun harus bertahan untuk mencuci manual menggunakan tangan karena tidak bisa menggunakan mesin cuci.

"Dalam artian ngapa-ngapain ini ngak bisa buat es batu karena kulkas butuh listrik. Terus nyuci itu ya nyucinya di sungai karena mesin cuci ngak bisa dipakai," sebutnya.

Ia berkisah tentang pilunya hidup di Mahulu saat listrik sama sekali belum ada di daerahnya.

Untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari, Ia mengaku harus mengalkon air menggunakan genset kecil seadanya yang kekuatannya tidak seberapa.

Gelap gulita dan minimnya peradaban sebenarnya masih sangat terasa bagi masyarakat Mahulu.

"Itupun kekuatannya ngak sekuat mesin genset yang dari Pemkab. Selama lampunya ngak ada itu kami merasa kembali ke masa yang dulu," tuturnya.

Pasalnya, jika sewaktu-waktu mesin genset mereka mengalami masalah maka dengan sangat terpaksa harus mengandalkan pelita bak kehidupan di zaman 80-an.

Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya solar juga kadang menambah masalah bagi mereka.

"Solar kebutuhan waktu itu juga keknya lagi susah-susahnya. Nah kan pelita inikan butuh solar, jadi kami irit-irit pakainya," sebutnya. 

Warga Kesulitan Air Gegara Listrik

Sebagian masyarakat di daerah yang tidak teraliri listrik menggunakan lampu tenaga surya seperti LED.

Lampu tenaga surya adalah sebuah lampu yang menggunakan tenaga matahari dan terdiri dari lampu LED, sebuah panel surya fotovoltaik, dan sebuah baterai isi ulang.

Mengingat keterbatasan yang dirasakan oleh masyarakat Mahulu ini, Ia sangat berharap kedepannya pemerintah pusat dapat memperhatikan nasib masyarakat.

"Jadi LED itu di cas siang hari malamnya baru dipakai, itu bisa dipakai semalaman. Pemerintah pusat harapannya sih pembangunan di Mahulu itu diperhatikan lagi terutama disini itu pelosok dan masyarakat juga butuh pembangunan yang memadai," harapnya.

Utamanya kebutuhan listrik yang belum memadai sampai saat ini.

Masyarakat Mahulu mengaku meski bukan hanya listrik yang terbatas di daerah ini, namun Ia sangat berharap pemerintah bisa mewujudkan kebutuhan primer mereka berupa listrik.

"Meskipun disini memang belum ada air bersih tapi setidaknya listrik. Kalau listrik ada ya pasti masyarakat juga bisa mengupayakan untuk penyediaan air bersih untuk keluarganya masing-masing,"   ujar Julika masyarakat asli Laham.

Seperti saat ini, kebanyakan masyarakat mengandalkan kebutuhan air bersihnya menggunakan mesin Alkon.

Mesin Alkon membutuhkan tenaga listrik yang memadai.

Untuk air sebenarnya Ia mengaku masyarakat tidak terlalu kesulitan karena di daerah ini ada sungai Mahakam yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari meski telah sedikit tercemar.

"Kan sudah ada sungai Mahakam bahkan mereka pintar-pintar buat sumur sendiri jadi gali sendiri buat sumur sendiri. Tinggal media pendukungnya ini saja," tuturnya.

Namun, listrik menjadi kebutuhan paling utama masyarakat karena tidak ada yang bisa dikerjakan ditengah kegelapan.

"Juga kalau ngak bisa pakai listrik ya sungai Mahakam kan ada bisa. Tapi sekarang sungai Mahakam sudah tercemar banyak sampah-sampahnya," ucapnya dengan pilu. 

Baca juga: Pelatih Cabor di Mahulu Kaltim Harap Ada Peta Jalan Desain Olahraga Daerah

Harap Uluran Tangan Pemerintah Pusat

Masyarakat Mahulu sangat mengharapkan belas kasihan pemerintah pusat utamanya mengenai ketersediaan listrik 24 jam.

Pasalnya Indonesia sudah merdeka namun Mahulu belum bisa merasakan kemerdekaan yang sebenarnya melihat dari fasilitas yang ada di kabupaten paling hulu ini.

"Selain itu pemerintah pusat bantulah Pemkab Mahulu gimana penyaluran listrik 24 jamnya di kampung-kampung disini yang belum ada," pintanya.

Kondisi geografis yang cukup jauh dari kota dan cukup terpencil juga menjadi sebuah kendala tersendiri untuk kelancaran pembangunan di Mahulu.

Meski Pemkab telah berupaya semaksimal mungkin namun nyatanya perjuangan itu tak kunjung membuahkan hasil.

"Karena kan disini itu kondisi geografis masih menjadi kendala. Jadi pemerintah pusat bantulah Pemkab, Pemkab sudah mengupayakan tapi sampai sekarang kayaknya mereka belum berhasil," imbuhnya.

Sampai saat ini di Mahulu belum sepenuhnya daerah yang bisa untuk merasakan aliran listrik selama 24 jam.

Masyarakat Mahulu sangat mengharapkan keadilan pembangunan di daerahnya, sama seperti daerah lain.

"Setidaknya masyarakat yang di daerah lain itu diperhatikan. Setidaknya di Mahulu juga diperhatikan," tegasnya.

Berdasarkan data, sampai saat ini masih ada 29 kampung dari total 50 kampung yang tidak teraliri listrik.

Utamanya daerah yang ada di Kecamatan Long Apari dan Long Pahangai, perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

"Disini bukan hanya satu kampung saja yang listriknya enam jam, masih banyak. Ditambah dua kecamatan yang ada di dua kecamatan perbatasan," imbuhnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved