Demo Orangtua Murid di Samarinda
Orangtua Murid di Samarinda Demo Lagi, Seragam dan Buku Mahal hingga Anak Diancam tak Naik Kelas
Orangtua di Samarinda demo lagi. Seragam dan buku mahal hingga anak diancam tidak naik kelas jadi sederet keluhan yang disampaikan orangtua,
Penulis: Aro | Editor: Heriani AM
Pada pukul 17.10 Wita, dibantu mobil operasional Satpol PP Samarinda, belasan ibu-ibu ini akhirnya bergeser ke Taman Samarendah untuk melanjutkan orasi mereka di sana.
Jika satu minggu ke depan belum mendapatkan jawaban pasti atas keluhan orangtua di Samarinda, Nina mengatakan akan berdemo di IKN Kaltim.
"Tanggal 10 Agustus, kami akan ke IKN kalau tidak ada jawaban. Kami demo pake daster di depan presiden," tegasnya.
"Kami tidak takut mau diadang atau bagaimana. Kami punya kuyang (makhluk mitos di Kalimantan).
Kami kirimkan kuyang ke presiden dan menteri pendidikan, mau apa?" Imbuhnya dengan sungguh.
Bisa Dicicil
Sebelumnya, usai demo orangtua murid yang pertama, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda Asli Nuryadin menyampaikan penjelasannya.
Dirinya mengaku bahwa persoalan keluhan tersebut tak jarang terjadi, apalagi saat memasuki tahun ajaran pendidikan.
Sebab itu, Kadisdik Samarinda ini menekankan pentingnya transparansi dan komunikasi yang baik antara orangtua dan pihak sekolah.
"Bisa disampaikan kepada pihak sekolah. Kalau di sekolah tidak merespon, bisa dilaporkan ke Disdikbud," kata Asli, Rabu (24/7/2024).
Asli menjelaskan, Disdikbud memiliki beberapa solusi untuk membantu orang tua murid yang tidak mampu.
Di antaranya, melalui pengurangan harga buku. Kemudian, dirinya mempersilakan bagi sekolah untuk menerapkan kebijakan pembayaran cicilan kepada orangtua yang merasa keberatan.
Selain itu, Asli mengingatkan kepada orang tua siswa agar dapat mengajukan keringanan kepada RT setempat melalui program unggulan Pemkot Samarinda yakni Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Probebaya).
"Itu program hebat dari pemerintah kota kita. Sebenarnya banyak jalan agar kebutuhan anak-anak kita itu bisa terpenuhi. Selain itu, kita juga memikirkan solusi lain seperti beasiswa," ujarnya.
Di samping itu, Asli menegaskan bahwa sesuai edaran, buku wajib memang tidak boleh diperjualbelikan.
Namun, buku referensi pengayaan boleh saja digunakan, tetapi bersifat tidak boleh memaksakan orang tua untuk membelinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.