Horizzon

Tribun Kaltim Mengeja Pilkada 2024 

Awalnya kita menganggap ini adalah agenda rutin yang sudah pernah kita lewati berulang kali sebagaimana Pilkada-pilkada sebelumnya.

Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Syaiful Syafar
DOK TRIBUNKALTIM.CO
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Oleh: Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim

TIDAK terasa, Pilkada Serentak 2024 sudah di depan mata.

Awalnya kita menganggap ini adalah agenda rutin yang sudah pernah kita lewati berulang kali sebagaimana Pilkada-pilkada sebelumnya. 

Namun rupanya Pilkada Serentak 2024 ini benar-benar berbeda, setidaknya perbedaan itu tampak nyata dari perspektif media. 

Sebagai pilar keempat demokrasi, media memiliki peran penting di dalam kontestasi Pilkada Serentak 2024 ini.

Termasuk harus diakui, media memiliki kepentingan terkait siapa yang bakal memenangkan hati pemilih dan melenggang menjadi kepala daerah di setiap kontestasi. 

Baca juga: Epilog Kekuasaan dalam Upacara 17-an di IKN

Siapapun yang memenangkan pemilihan di kontestasi ini adalah pemegang kebijakan di pemerintahan yang akan dipimpin, tak terkecuali pemegang kebijakan anggaran.

Dan tak perlu munafik, dengan segala tantangan yang ada, kue iklan pemerintahan menjadi revenue signifikan dalam bisnis media saat ini. 

Posisi ini sangat memengaruhi bagaimana media harus bersikap dalam kontestasi yang tone-nya sudah mulai terasa sejak masa pendaftaran pasangan calon.

Di sinilah, netralitas atau lebih tepatnya independensi media mutlak harus diambil sekaligus ditunjukkan kepada publik, terkhusus ke seluruh kontestan yang bertanding.

Memenuhi tanggung jawab profesi sekaligus memenuhi hak publik untuk tahu dan paham terkait segala sesuatu dalam kontestasi ini, maka memproduksi konten-konten Pilkada harus benar-benar ekstra hati-hati. 

Baca juga: Saat Jakarta Diserbu Pemburu Tiket

Rasanya memilih langkah aman untuk lebih memprioritaskan sisi positif dari kandidat sebagai bahan berita menjadi lebih elok di posisi saat ini. 

Memilih untuk mengesampingkan hal-hal yang berpotensi menampilkan sisi negatif dari kandidat manapun tampaknya menjadi lebih bijak. 

Menampilkan survei, mengutip pernyataan pengamat tampaknya juga harus dihindari, sebab kita semua juga tahu bahwa survei dan pengamat sama-sama memiliki afiliasi dan terkadang memang menjadi bagian dari tim sukses. 

Afiliasi pribadi 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Kaltim Bisa Menggugat!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved