IKN Gawat DBD

Curhat Pekerja IKN di Kaltim, Gaji Tidak Sesuai yang Dijanjikan, Kini Terkulai Lemas Akibat DBD

Nasib puluhan pekerja di Ibu Kota Nusantara (IKN), yang terkena penyakit demam berdarah atau DBD.

Tribun Kaltim
Muhibah (49), salah satu pekerja IKN yang harus terbaring lemas akibat DBD. (Tribun Kaltim) 

Lebih lanjut, Muhammad Rumadi menjelaskan dari data pasien yang ada di RSUD Sepaku pada 2024 mengalami penurunan pada akhir Oktober dan rata-rata yang terkena adalah para pekerja IKN yang dirawat di RSUD Sepaku dan relatif 3-5 hari dibutuhkan perawatan.

"Jadi yang ada di sini 93 orang di bulan Oktober ini mereka yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan. Nah, kalau dari bulan Januari itu memang ada itu 11 pasien, di Februari ada 5, Maret ada 1, di April itu ada 5 lagi, Mei itu ada 16, terus Juni itu terjadi peningkatan ada 40, di Juli itu ada 111 orang, Agustus ada 170, bulan September 113 dan Oktober ini 93 orang," paparnya.

Dari angka-angka itu, Muhammad Rumadi menilai terjadi peningkatan kasus di Agustus sekitar 170 orang yang terkena DBD.

"Namun di Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170, sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat, juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.

Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan, baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.

"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasiennya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium, kalau keadaan positif ya, misalnya dalam keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana, otomatis
bisanya kita rujuk, tapi selama ini ya kita tangani di sini saja di rumah sakit ini," ujarnya.

Muhammad Rumadi mengatakan, pasien yang positif DBD diperiksa dengan fasilitas laboratorium.

Ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo khusus untuk pemeriksaan DBD

"Di situ ada ns one dan penunjang IGM dan IGG-nya itu, jadi ada fungsi yang satu itu apabila panas atau demamnya di bawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang di IGM atau IGG itu akan terbaca positif, itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.

Ia menambahkan RSUD Sepaku belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan, namun pihaknya tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.

Baca juga: Cegah DBD, Dinkes Kutai Barat Luncurkan Inovasi Program Baru Bernama Mende Bendeng Apik

"Ya biasanya kita pisahkan pasiennya, dibedakan, karena ruangan bukan hanya cuma satu, ada lumayan banyak. Nah kalau untuk fasilitas kita belum mempuni juga, namanya rumah sakit kita juga baru berkembang ya, karena rumah sakit kami pratama naik ke tipe D, artinya berproseskan," katanya.

Ia juga mengaku kekurangan dalam hal sumber daya manusia.

"Masih banyak kekurangan tapi kita memaksimalkan yang ada," katanya.

Terkait banyaknya pasien pekerja IKN terkena DBD, Muhamad Rumadi menilai ada berbagai faktor, di antaranya kebersihan di lingkungan hingga over kapasitas di tempat tinggal, sehingga mudah terserang DBD.

"Mereka sedikit lengah, kurangnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di tempat mereka," pungkasnya. (*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved