IKN Gawat DBD
Demam Berdarah Hantui Pekerja IKN di Kaltim, Puluhan Pekerja Harus Dirawat di RSUD Sepaku
Kasus demam berdarah menghantui pekerja IKN di Kaltim, puluhan pekerja harus dirawat di RSUD Sepaku.
Ia juga mengaku kekurangan dalam hal sumber daya manusia.
"Masih banyak kekurangan tapi kita memaksimalkan yang ada," katanya.
Terkait banyaknya pasien pekerja IKN terkena DBD, Muhamad Rumadi menilai ada berbagai faktor, di antaranya kebersihan di lingkungan hingga over kapasitas di tempat tinggal, sehingga mudah terserang DBD.
"Mereka sedikit lengah, kurangnya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di tempat mereka," pungkasnya.
Jumlah Pasien DBD di RSUD Sepaku
Januari: 11 pasien
Februari: 5 pasien
Maret: 1 pasien
April: 5 pasien
Mei: 16 pasien
Juni: 40 pasien
Juli: 111 pasien
Agustus: 170 pasien
September: 113 pasien
Oktober: 93 pasien.
Kaltim Tembus 8.000 Kasus DBD per November 2024, Soroti PPU yang Sumbang Kasus Terbanyak
Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) merilis, sejak Januari sampai Oktober 2024 terjadi 11.184 kasus demam berdarah Dengue (DBD).
Dari laporan itu juga terungkap bahwa 50 persen menimpa pekerja konstruksi di Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan rata-rata 50 pasien per bulannya.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kalimantan Timur, dr. Jaya Mualimin juga membenarkan adanya tren peningkatan DBD di Kecamatan Sepaku, PPU.
Kendati demikian pihaknya mengapresiasi sebab Dinkes PPU telah melakukan penanganan dengan baik sehingga Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian karena DBD lebih rendah.
"Memang kasus terjangkit DBD meningkat. Tapi CFR-nya hanya 0,18 persen, di bawah 0,5 persen. Artinya penanganannya baik," kata dr. Jaya saat dikonfirmasi Tribunkaltim.co, Jumat (1/11).
Baca juga: Puluhan Pekerja IKN di Kaltim Jibaku Lawan DBD, Angka Demam Berdarah di PPU Tertinggi Kedua Nasional
Namun ungkapnya, sebenarnya peningkatan DBD karena gigitan nyamuk aedes aegypti di sepanjang 2024 ini tidak hanya terjadi di PPU, melainkan se-Kalimantan Timur.
Dinkes Kaltim mencatat, sepanjang 2023 lalu terjadi 6.000 kasus DBD.
Namun tahun ini, baru memasuki November kasus DBD di 2024 sudah hampir menyentuh angka 8.000.
"Tapi kita berhasil menurunkan CFR-nya (tingkat kematian karena DBD). Tahun lalu (2023) 0,38 persen. Tahun ini kita bisa tekan sampai 0,23 persen. Semoga tidak meningkat lagi," ungkapnya.
Lalu apa penyebabnya?
Dokter Jaya Mualimin mengungkap bahwa sepanjang 2024 ini Kaltim sedang dilanda curah hujan yang cukup tinggi.
Hal itu memberi ruang bagi nyamuk dengan ciri khas corak hitam putih itu leluasa berkembang biak.
Terlebih terkhusus daerah PPU kini menjadi area pembangunan IKN yang memungkinkan cukup meningkatnya tempat bertelur nyamuk aedes aegypti.
"Nyamuk pembawa virus dengue ini hanya membutuhkan 10-14 hari dari bertelur sampai menjadi dewasa. Dengan musim penghujan yang belum berhenti dan pembangunan di IKN maka ruang berkembang biak mereka semakin terbuka," bebernya.
Dokter Jaya juga menegaskan seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Provinsi Kalimantan Timur merupakan tempat endemic bagi nyamuk aides aegypti.
"Yang perlu dicegah, walaupun endemic, jangan sampai terjadi KLB (kejadian luar biasa) atau wabah," ungkapnya.
Guna mencegah itu Dinkes Kaltim tengah mengelola manajemen pengobatan agar setiap warga sedari demam dan punya gejala mendapat penanganan dan pemeriksaan yang akurat.
Setiap virus tinggi akan dilakukan pemeriksaan laboratorium secara serial agar anak-anak ataupun penderita DBD tidak kekurangan cairan plasma darah.
"Kita antisipasi jangan sampai penderita kekurangan plasma. Karena bisa menyebabkan komplikasi pada jantung hingga menyebabkan kematian," jelasnya.
Selain itu, Pemprov Kaltim melalui Dinkes juga tengah memesan vaksin DBD untuk segera dikirim ke Kabupaten PPU.
"Karena anggaran terbatas saat ini kita akan dropping 3.000 vaksin dulu. Bertahap agar semua bisa dapat," imbuhnya.
Segala upaya telah dilakukan Pemprov Kaltim guna menekan penyebaran DBD. Namun dr. Jaya menegaskan sangat diperlukan kesadaran masyarakat untuk memutus rantai penyebaran yang dimulai dari menghambat perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti dengan metode menguras, menutup dan mengubur (3M).
"Rajin menguras bak atau tempat penampungan air, tutup semua tempat penampungan air dan kubur barang-barang yang bisa menjadi wadah air namun tidak terpakai agar tidak menjadi sarang nyamuk bertelur," sarannya. (*)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.