IKN Gawat DBD

5 Faktor Penyebab DBD yang Perlu Diwaspadai Menurut Epidemiolog Universitas Mulawarman Samarinda

Dr. Irfansyah Baharuddin Pakki, S.KM., M.Kes., menjelaskan beberapa faktor penyebab DBD selain gigitan nyamuk yang perlu diwaspadai

Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Nur Pratama
Kolase TribunKaltim.co/ Sumber Foto: Puskesmas Kuta Selatan/TribunKaltim Zainul
Kasus DBD di IKN. 

4. Daya tahan tubuh yang lemah cenderung mudah sakit dan dapat meningkatkan risiko terkena DBD.

Individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau gangguan kekebalan tubuh lebih rentan terhadap infeksi virus dengue yang lebih parah. 

Sistem kekebalan yang lemah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk malnutrisi, penyakit kronis, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang menurunkan daya tahan tubuh. 

Pada individu dengan kekebalan tubuh yang rendah, gejala DBD dapat menjadi lebih parah dan membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif apalagi pernah terinfeksi salah satu serotipe virus dengue memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami DBD yang parah jika terinfeksi serotipe lain. 

5. Kurangnya kesadaran masyarakat, seperti perilaku menggantung pakaian, beberapa hasil penelitian menyatakan kebiasaan menggantung pakaian merupakan faktor risiko DBD dengan nilai OR: 6,29

Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami cara mencegah perkembangbiakan nyamuk dan mengenali gejala awal DBD

Dr. Irfansyah pun menyarankan untuk mengerem laju peningkatan kasus baru dengan memberi edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan DBD juga menjadi faktor penting dalam penyebaran penyakit ini. 

Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami cara mencegah perkembangbiakan nyamuk dan mengenali gejala awal DBD

“Mengontrol keberadaan nyamuk dewasa dan jentik aedes aegepty, dengan dengan melakukan fooging dan memusnahkan barang bekas yang berpotensi sebagai media perindukan nyamuk. Mengajak masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal ini menggerakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M+,” jelasnya.

Terkait fenomenan DBD di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan dan berdampak ke pekerja proyek hingga menjalani perawatan di RSUD Sepaku.

Ia pun menanggapi bisa jadi ini merupakan puncak kasus DBD terutama diwilayah Kaltim karena memang musim penghujan di wilayah Kaltim yang biasanya terjadi pada periode bulan November–Desember, bahkan bisa sampai Januari tahun depan.

“Bukan hanya di Sepaku, Kaltim, di Indonesia Penyakit DBD merupakan penyakit endemik dimana setiap tahunnya ada kasus baru yang muncul di setiap wilayah negeri. Sehingga pihak terkait terutama Dinas kesehatan perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus yang lebih tajam,” pungkasnya.(*)

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved