IKN Gawat DBD
5 Faktor Penyebab DBD yang Perlu Diwaspadai Menurut Epidemiolog Universitas Mulawarman Samarinda
Dr. Irfansyah Baharuddin Pakki, S.KM., M.Kes., menjelaskan beberapa faktor penyebab DBD selain gigitan nyamuk yang perlu diwaspadai
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Berikut faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) selain gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus dengue.
Ada beberapa beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko dan keparahan infeksi DBD.
Epidemiolog Universitas Mulawarman (Unmul), Dr. Irfansyah Baharuddin Pakki, S.KM., M.Kes., menjelaskan beberapa faktor penyebab DBD selain gigitan nyamuk yang perlu diwaspadai.
“Terjadinya lonjakan kasus DBD terutama di PPU dan juga IKN dipengaruhi oleh beberapa faktor,” sebutnya.
Baca juga: Pekerja IKN Ternyata Jarang Mandi, Dinkes PPU Ungkap Penyebab Melonjaknya Kasus DBD di Ibu Kota Baru
Berikut beberapa faktor tersebut:
1. Urbanisasi, mobilisasi penduduk dan kepadatan peduduk disuatu wilayah mempercepat transmisi penyakti DBD.
Daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terutama di perkotaan, memiliki risiko lebih besar untuk terjadi wabah DBD.
Kepadatan penduduk meningkatkan peluang nyamuk yang terinfeksi untuk menggigit dan menularkan virus ke lebih banyak orang dalam waktu singkat.
2. Sanitasi, lingkungan yang buruk atau kotor dan sistem sanitasi buruk juga dapat menjadi faktor yang memicu penyebaran DBD.
Sampah yang tidak terkelola dengan baik, seperti wadah plastik atau ban bekas, dapat menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk.
Sampah yang dapat sebagai media perkembang biakan nyamuk aedes aegepty, biasanya pada sampah botol pelastik dan kaleng bekas banyak ditemukan jentik nyamuk.
3. Perubahan iklim yang drastis dan musim hujan dapat menyebabkan peningkatan jumlah nyamuk di suatu wilayah.
Musim hujan menciptakan banyak genangan air yang ideal untuk tempat berkembang biak nyamuk aedes aegepty
Curah hujan, disaat musim hujan perkembangbiakan nyamuk lebih cepat dikarenakan curah hujan yang meningkat mengakibatkan banyaknya genangan-genangan air.
Selain itu, kenaikan suhu akibat perubahan iklim dapat memperpendek siklus hidup nyamuk, membuat mereka berkembang biak lebih cepat dan meningkatkan jumlah populasi nyamuk yang berpotensi menyebarkan virus dengue.
4. Daya tahan tubuh yang lemah cenderung mudah sakit dan dapat meningkatkan risiko terkena DBD.
Individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau gangguan kekebalan tubuh lebih rentan terhadap infeksi virus dengue yang lebih parah.
Sistem kekebalan yang lemah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk malnutrisi, penyakit kronis, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang menurunkan daya tahan tubuh.
Pada individu dengan kekebalan tubuh yang rendah, gejala DBD dapat menjadi lebih parah dan membutuhkan perawatan medis yang lebih intensif apalagi pernah terinfeksi salah satu serotipe virus dengue memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami DBD yang parah jika terinfeksi serotipe lain.
5. Kurangnya kesadaran masyarakat, seperti perilaku menggantung pakaian, beberapa hasil penelitian menyatakan kebiasaan menggantung pakaian merupakan faktor risiko DBD dengan nilai OR: 6,29
Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami cara mencegah perkembangbiakan nyamuk dan mengenali gejala awal DBD.
Dr. Irfansyah pun menyarankan untuk mengerem laju peningkatan kasus baru dengan memberi edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pencegahan DBD juga menjadi faktor penting dalam penyebaran penyakit ini.
Banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami cara mencegah perkembangbiakan nyamuk dan mengenali gejala awal DBD.
“Mengontrol keberadaan nyamuk dewasa dan jentik aedes aegepty, dengan dengan melakukan fooging dan memusnahkan barang bekas yang berpotensi sebagai media perindukan nyamuk. Mengajak masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal ini menggerakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M+,” jelasnya.
Terkait fenomenan DBD di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan dan berdampak ke pekerja proyek hingga menjalani perawatan di RSUD Sepaku.
Ia pun menanggapi bisa jadi ini merupakan puncak kasus DBD terutama diwilayah Kaltim karena memang musim penghujan di wilayah Kaltim yang biasanya terjadi pada periode bulan November–Desember, bahkan bisa sampai Januari tahun depan.
“Bukan hanya di Sepaku, Kaltim, di Indonesia Penyakit DBD merupakan penyakit endemik dimana setiap tahunnya ada kasus baru yang muncul di setiap wilayah negeri. Sehingga pihak terkait terutama Dinas kesehatan perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus yang lebih tajam,” pungkasnya.(*)
Otorita Siapkan Pemangsa Jentik, Tabur Ikan di Seluruh Embung IKN untuk Tekan Jumlah Kasus DBD |
![]() |
---|
Perkuat Upaya Mencegah Penyebaran Kasus DBD di IKN, OIKN Gandeng IAKMI |
![]() |
---|
Minimalisasi Risiko DBD di Kalangan Pekerja Konstruksi, OIKN Perkuat Penanganan Kesehatan di HPK |
![]() |
---|
Pekerja IKN Ternyata Jarang Mandi, Dinkes PPU Ungkap Penyebab Melonjaknya Kasus DBD di Ibu Kota Baru |
![]() |
---|
Otorita Sebut Kasus DBD yang Jangkit Pekerja IKN Sudah Alami Penurunan, Ini Langkah Khusus OIKN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.