Tribun Kaltim Hari Ini
18 Orang Meninggal Akibat DBD, hingga Oktober 2024 Tembus 8.262 Kasus di Kaltim
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kaltim mencatat per awal November 2024 ini kasus DBD sudah tembus di angka 8.262 kasus.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO - Menjelang akhir 2024, Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus mengalami peningkatan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kaltim mencatat per awal November 2024 ini kasus DBD sudah tembus di angka 8.262 kasus.
Padahal sampai akhir 2023 lalu angka DBD Kaltim hanya menyentuh 6.000 insiden.
Penjabat Gubernur Kaltim, Akmal Malik pun mengatakan sudah mendengar terkait meningkatnya kasus DBD.
Baca juga: Kadinkes PPU Sebut Fogging tak bisa Hilangkan DBD, Grace: Kebersihan Lingkungan yang Utama
Hal ini menurutnya disebabkan oleh anomali pancaroba atau perubahan iklim.
Oleh sebab itu, ia bersama Sekretaris Daerah Kaltim, Sri Wahyuni akan segera mengadakan rapat bersama Dinkes untuk mengajak masyarakat mendeteksi genangan-genangan air di 10 kabupaten kota.
"Terutama daerah-daerah cekungan seperti bekas tambang dan banyak wadah menjadi sarang nyamuk. Saya dengar daerah Sepaku (Kabupaten PPU) sudah banyak muncul (DBD). Itu sebabnya kita akan segera rapat, apa hal-hal baik yang harus dilakukan untuk memitigasi itu," singkat Pj Akmal Malik.
Dikonfirmasi di lokasi berbeda, Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Setyo Budi Basuki menyebutkan per Oktober 2024, kasus penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti itu telah menyentuh angka 8.262 insiden.
Dari 10 kabupaten dan kota di Kaltim, kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang menembus 2.339 kasus dan terendah di Kabupaten Mahulu sebanyak 36 kasus.
Untuk Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sendiri, diakuinya memang mengalami peningkatan cukup signifikan.
Di mana di 2023 lalu hanya menembus angka 118 kasus, namun per Oktober 2024 ini telah mencapai 1.125 kasus.
"Kasus meninggal dunia karena DBD di 2024 ini ada 18 orang. Rata-rata kematian tertinggi di (Kabupaten) Kutai Barat (Kubar) disusul Paser dan Kota Samarinda masing-masing 4 kasus. Semoga tidak bertambah," sebut Setyo Budi Basuki.

Setyo, sapaan akrabnya menjelaskan, sebenarnya penyebab insiden demam berdarah di Kaltim bukanlah karena perubahan iklim.
Sebab, berbeda dengan provinsi lain yang punya musim hujan dan kemarau, Kaltim memiliki iklim yang selalu basah.
"Karena wilayah ekuator (berada di garis khatulistiwa). Jadi walaupun wilayah lain sedang musim panas, di Kaltim tetap akan turun hujan," bebernya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.