Berita Samarinda Terkini
BPBD Samarinda Siaga Bencana Hidrometeorologi, Gelar Simulasi Lokasi Rawan Longsor di Selili
Sekitar 500 personel gabungan dari berbagai instansi turut ambil bagian, termasuk TNI, Polri, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Nur Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi.
Mengingat berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), potensi curah hujan diperkirakan meningkat pada bulan November dan Desember.
Minggu ini (24/11) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda menggelar Apel Siaga dan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana di Lapangan Distrik Navigasi Tipe A Kelas I Samarinda.
Sekitar 500 personel gabungan dari berbagai instansi turut ambil bagian, termasuk TNI, Polri, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta relawan lokal.
Baca juga: Pemkot Samarinda Gelar Apel Siaga dan Simulasi Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
Puncak acara ini berupa simulasi penanganan bencana di daerah Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, yang dikenal sebagai salah satu kawasan rawan longsor di kota Samarinda ini.
Kepala BPBD Kota Samarinda, Suwarso, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan personel dalam menangani bencana, terutama di wilayah yang memiliki risiko longsor tinggi.
“Ini bagian dari mitigasi dan pencegahan supaya masyarakat dan pelaku penanggulangan bencana memahami tentang teknik apa yang dilakukan dalam wilayah tersebut.,” ungkap Suwarso (24/11).
Ia menambahkan bahwa tema utama dari kegiatan ini adalah pengurangan risiko bencana, dengan fokus meminimalkan jumlah korban jiwa dan kerugian lainnya.
BPBD Kota Samarinda juga telah menyusun dokumen rencana kontingensi untuk bencana longsor pada tahun ini.
Sebelumnya, gladi ruang sudah dilakukan sebagai simulasi skenario bencana. Hari ini, gladi lapangan dilaksanakan untuk menguji penerapan dokumen tersebut di situasi nyata.
“Dokumen ini harus bisa diaplikasikan. Jika ada kekurangan dalam dokumen, pelaksanaan simulasi seperti ini menjadi kesempatan untuk memperbaikinya,” jelas Suwarso.
Meskipun Kota Samarinda sendiri berada dalam kategori kebencanaan rendah hingga sedang, namun Suwarso menekankan pentingnya pencegahan dibandingkan dengan penanganan.
Seperti adanya pencegahan atau mitigasi melalui infrastruktur yang harus dirancang berdasarkan dokumen kajian risiko bencana.
“Banyak yang harus kita selamatkan dalam mitigasi, termasuk pembangunan dalam infrastruktur itu idealnya disandingkan dengan dokumen kajian resiko bencana. Sehingga kita bisa melakukan pencegahan terlebih dahulu.
Sehingga Investasi yang kita lakukan bisa menjadi baik dan gampang rusak,” pungkasnya.(*)
Penumpang dan Pengelola Bus Anggap Terminal Bayangan Samarinda Mudahkan Akses, Harga Tiket Sama |
![]() |
---|
Sistem Tilang ETLE di Samarinda Belum Berfungsi, Ribuan Pengendara Masih Melanggar Lalulintas |
![]() |
---|
Alasan Penumpang Pilih Terminal Bayangan Samarinda: Langsung Berangkat, Lebih Cepat |
![]() |
---|
PUPR Samarinda Hanya Fokus Bangun Insinerator dan Pengelolaan Diserahkan ke DLH |
![]() |
---|
Terminal Bayangan Samarinda tak Langgar Lalulintas Malah Mudahkan Akses Penumpang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.