Berita Regional Terkini

Sultan HB X Ajak Pemuda Lintas Agama ke Merapi, Tanam Pohon dan Ngobrol Lingkungan

Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X bersama para ketua umum organisasi pemuda lintas agama melawat ke Gunung Merapi tepatnya di Nawang Jagad, Kaliurang

Editor: Syaiful Syafar
IST
Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X bersama para ketua umum organisasi pemuda lintas agama melawat ke Gunung Merapi tepatnya di Nawang Jagad, Kaliurang, Pakembinangun, Sleman, Yogyakarta pada Senin (20/01/2025). Pada kesempatan ini digelar penanaman pohon dan obrol-obrol santai soal alam dan lingkungan. 

GKR Mangkubumi menginginkan lebih banyak lagi pohon yang ditanam, karena sejak erupsi Merapi 2010 lalu, banyak sekali alur sungai yang tertutup. 

"Dengan penanaman yang semakin banyak ini akan kembali menimbulkan air. Mudah-mudahan teman-teman lintas agama bisa mengajak OKP yang lain untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi," imbuhnya.

Filosofi Tanam

Menurut Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Asat Gusma, penanaman 100 pohon antara keraton Yogyakarta bersama organisasi kepemudaan lintas agama, menjadi bukti nyata kolaborasi lintas iman dan generasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. 

Gusma menekankan pentingnya aksi nyata untuk merawat lingkungan, yang ia kaitkan dengan filosofi memayu hayuning bawana dari Keraton Yogyakarta serta ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si tentang merawat rumah bersama, yakni bumi.

Gusma juga menegaskan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian tak terpisahkan dari menjaga Indonesia dan dunia dari ancaman bencana. 

"Ketika alam kita rawat, ia akan bersahabat dengan kita. Demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, kami menyerukan kepada para pemuda untuk mengambil peran lebih besar dalam isu lingkungan," katanya. 

Sementara, Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin melihat hubungan filosofis antara pohon dan Indonesia.

Ia mengibaratkan pohon dengan Negara Indonesia. 

Tumbuhnya dahan, ranting, daun, dan bunga dari satu pohon merupakan cerminan Indonesia. 

Pohon Indonesia harusnya tumbuh mekar dan menghasilkan buah  kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan bagi para penduduknya. Sementara akar pohon adalah kerajaan-kerajaan nusantara yang telah membentuk perlintasan agama, budaya, dan tradisi, dan melahirkan Republik Indonesia.

"Kita harus melihat sejarah di mana Indonesia berasal dari kumpulan kerajaan-kerajaan. Oleh karena itu, Indonesia jangan dipisahkan dari akarnya, yakni kerajaan-kerajaan yang dulu membangun negara Indonesia.

"Tugas bangsa Indonesia adalah memupuk dan merawatnya  dengan menyiram, memberi pupuk, membersihkan dari rumput ilalang dan memberi jalan sinar matahari untuk terus bisa hidup sehat tumbuh berkembang dan maju," ujarnya.

Menurut Addin, nilai luhur yang berasal dari kerajaan-kerajaan merupakan kearifan lokal.

Oleh karenanya membangun Indonesia  Emas harus menggunakan kearifan lokal sebagai akar pembangunan. 

"Kearifan lokal harus menjadi akar yang akan menguatkan pohon ke-Indonesiaan. Pohon ini akan dirawat oleh dahan dan ranting ke-Bhinnekaan. Ia akan menghasilkan buah dan bungan persatuan, kesejahteraan, kemajuan, serta ketahanan bangsa dan negara," tuturnya.

Pemuda Aktif Berperan

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved