Berita Samarinda Terkini
Dampak Banjir di Samarinda, Pedagang di Kawasan Bengkuring Rugi Jutaan Rupiah
Salah satu dampak banjir di Samarinda dirasakan para pedagang. Ya, pedagang di kawasan Bengkuring mengakui rugi jutaan rupiah lantaran bencana banjir.
Penulis: Kun | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO - Salah satu dampak banjir di Samarinda dirasakan para pedagang.
Ya, pedagang di kawasan Bengkuring mengakui rugi jutaan rupiah lantaran bencana banjir.
Curah hujan yang cukup tinggi hingga mengakibatkan banjir yang sejak (28/1) di wilayah Bengkuring, Sempaja Timur Kota Samarinda sehingga puluhan ratusan rumah, warung dan jenis usaha lainnya harus ditutup total.
Genangan airnya yang cukup tinggi yang masuk kedalam rumah warga di wilayah Bengkuring membuat sebagian rumah harus tutup dan terpaksa mengungsi.
Baca juga: Imbas Banjir di 9 Kelurahan di 6 wilayah Kecamatan Samarinda, Pemkot Cek Aktivitas Pembukaan Lahan
Sepanjang jalan Bengkuring raya atau dari depan Puskesmas Bengkuring hingga hingga wilayah ujung Bengkuring jalan Terong RT 37 puluhan warung dan rumah harus ditutup dan tidak bisa menjalankan aktivitas.
Sunardi (54) pelaku usaha ayam goreng menyampaikan sejak banjir yang melanda di wilayah Bengkuring dirinya harus menutup secara total usahakan sehingga Ia pun mengalami kerugian yang tidak dapat dihitung.
"Kalau pendapatan tidak tentu sih, ni kan empat hari kita tidak jualan banyak lah.ya capek lah dengan kondisi ini sekarang, tentu tidak bisa jualan, tutup total karena air masuk dalam rumah hampir satu lutut kita orang dewasa, Kemarin datang air mendadak jadi kompor itu kena air semua, terpaksa dibaiki," katanya kepada TribunKaltim.Co jumat, (31/1) sore.
Tidak hanya Sunardi hal serupa juga dirasakan oleh Widia pelaku usah yang terdampak banjir menyampaikan harus kehilangan pendapatan sejak empat hari dirinya tidak berjualan.
"Kalau untuk pendapatan biasanya itu satu hari satu setengah juta, ini kita empat hari ini sudah tidak jual kita hitungkan saja itu, rugi banyak," ucapnya.
Saat kodisi banjir di wilayah tersebut dirinya menyampaikan tidak harus mengungsi dan tetap berada didalam rumah.
"Ini kan lantai dua ya, sehingga tidak mengisi lah, tapi itu tadi tidak jalan aktivitas kita seperti biasa," pungkasnya.
Dari Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda untuk wilayah Bengkuring saja ada 29 RT dengan 1.270 KK atau 4.309 dan 1.189 bangunan yang terdampak banjir.
Dari Pantauan Tribunkaltim.co Jumat, (31/1) hingga sore hari, ketinggian air di wilayah Bengkuring mengalami penurunan hingga 30 sampai 40 centimeter, wargapun sudah mulia membersihkan rumah yang air, namun sebagi tetap masih dalam rendam banjir hingga 150 centimeter.
Baca juga: Banjir di Sangatta Mulai Surut, Bupati Kutai Timur Belum Tetapkan Status Darurat Bencana
Langkah Pemerintah
Berdasarkan data BPBD Kota Samarinda, banjir di ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) ini melanda 9 kelurahan yang tersebar di 6 wilayah di Samarinda.
Dari data BPBD hingga Kamis (30/1/2025) ada 4.042 kk atau 13.586 jiwa dan 3.681 bangunan yang terdampak banjir.
Banjir tak hanya mengganggu aktivitas warga, tetapi juga menimbulkan dampak signifikan di berbagai wilayah yang sebelumnya jarang terdampak banjir seperti di Loa Bakung.
Baca juga: Penanganan Banjir di Kaltim, Akmal Malik: Duduk Bersama dan Sampingkan Ego Sektoral
Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda pun intens menggelar rapat koordinasi terkait penanganan banjir.
Dalam rapat yang dipimpin langsung oleh Wali Kota Samarinda, Andi Harun belum lama ini, dibahaslah berbagai langkah teknis untuk mengatasi permasalahan banjir secara komprehensif.
Andi Harun menyampaikan bahwa pihaknya telah mengidentifikasi berbagai penyebab banjir sebagai bahan penjelasan kepada masyarakat.
Menurutnya, permasalahan banjir tidak bisa dijelaskan secara sederhana tanpa penelusuran mendalam.
"Ada tiga poin penting yang kami sepakati dalam rapat kemarin.
Pertama, kami sepakat untuk melanjutkan pembangunan tanggul guna menahan aliran air di kawasan rawan banjir," ujar Andi Harun.
Selain pembangunan tanggul, Pemkot Samarinda juga akan mengalokasikan anggaran rutin untuk pemeliharaan saluran air dan pengangkatan sedimentasi di bendungan serta drainase kota.
"Anggaran pemeliharaan sedimentasi tidak boleh kosong karena lumpur yang terbawa air akan terus memenuhi saluran meski telah dibersihkan," tambahnya.
Langkah ketiga yang menjadi perhatian pihaknya adalah pengawasan terhadap bukaan lahan, yang diidentifikasi sebagai salah satu penyebab utama banjir, khususnya di wilayah Loa Bakung.
Sebab itu tak heran jika kawasan ini juga terdampak setelah diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Baca juga: Anggota DPR RI Nabil Husein Serahkan 387 Paket Sembako ke Korban Banjir di Samarinda
"Kami telah menugaskan dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan BPBD untuk meninjau aktivitas di lahan yang terbuka.
Jika diperlukan, kami siap berkoordinasi dengan Polresta Samarinda dan Kejaksaan untuk penanganan hukum," tegas Andi Harun.
Wali Kota Samarinda juga mengungkapkan bahwa bukaan lahan menjadi salah satu penyebab utama banjir di kawasan Loa Bakung, Juanda, dan D.I. Panjaitan.
"Di Loa Bakung sudah teridentifikasi adanya bukaan lahan yang signifikan.
Begitu juga di Juanda dan Panjaitan, meski kami masih menyelidiki kegiatan apa yang dilakukan di sana," jelasnya.
Andi Harun berharap para pelaku usaha yang membuka lahan di Samarinda memiliki kesadaran kolektif untuk tidak menyebabkan dampak lingkungan yang merugikan masyarakat.
Selain faktor bukaan lahan, kelancaran saluran air juga menjadi perhatian Pemkot Samarinda.
“Perbaikan saluran air akan dilakukan secara bertahap untuk memastikan aliran air berjalan dengan baik,” kata Andi Harun.
Baca juga: Banjir Melanda Sejumlah Wilayah di Samarinda, Pemkot Identifikasi Penyebabnya
Data BPBD: Wilayah dan Warga Terdampak Banjir
Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda Suwarso menyampaikan hingga Kamis (30/1/2025) hanya terdapat dua wilayah warga mengungsi dan yang lain tegap berada di rumah.
"Gunung Lingai ada 4 kk di rumah warga, kalau di Bengkuring itu ada 46 jiwa terbagi di masjid Al Muhajirin 26 kk di bangunan RKM yang di dalam itu 20 jiwa," ujarnya kepada TribunKaltim.Co Kamis, (30/1/2025) sore.
Dari ribuan warga terdampak dan puluhan masyarakat yang mengungsi pihaknya menjelaskan, telah melakukan berbagi upaya seperti memberi bantuan sembako hingga mendirikan dapur umum dilokasi yang terdampak.
Dapur umum tersebut atas kerjasama dari Pemerintah melalui BPBD Provinsi Kalimantan Timur, BPBD Kota Samarinda, Dinsos, Kodim 0901 dan Polresta Samarinda serta sejumlah relawan baik dari masyarakat hingga mahasiswa yang turut membantu di lokasi.
Berikut rincian 9 Kelurahan di 6 wilayah Kecamatan, Kota Samarinda yang terdampak banjir sejak Selasa-Kamis (28-30/1) berdasarkan data BPBD Samarinda.
- Kelurahan Sempaja Timur terdapat di 29 RT dengan 1.270 KK atau 4.309 jiwa yang terdampak dan ada 1.189 Bangunan.
- Kelurahan Sempaja Barat terdapat dengan 496 KK atau 1.651 jiwa terdampak serta 497 Bangunan terdampak
- Kelurahan Gunung Lingai terdapat di 8 RT dengan 373 KK atau 1.628 jiwa serta 363 Bangunan terdampak.
- Kelurahan Temindung Permai 39 RT dengan 809 KK atau 2.432 jiwa serta 673 Bangunan terdampak.
- Kelurahan Bukuan terdampak 14 RT dengan 534 KK atau 1.747 jiwa serta Bangunan 534 yang terdampak.
- Kelurahan Handil Bakti, 6 RT terdampak dengan 6 KK atau 20 jiwa dan 6 bangunan.
- Kelurahan Tani Aman terdampak di 4 RT dengan 237 KK atau 936 jiwa dan 237 Bangunan.
- Kelurahan Sidodadi terdampak di 10 RT dengan 231 KK atau 631 jiwa dan 182 Bangunan.
- Kelurahan Selili terdampak 10 RT dengan 86 KK Atau 232 jiwa.
Dengan Total dari 6 Kecamatan dan 9 Kelurahan di Kota Samarinda yang terdampak yaitu 4.042 kk atau 13.586 jiwa dan 3.681 Bangunan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Samarinda Suwarso menambahkan hingga Kamis (3]/1) sore ada penurunan ketinggian banjir mencapai 5 hingga 10 centimeter di berbagai lokasi, namun di lokasi daerah plantaran sungai masih ketinggian 30 hingga 150 centimeter.
"Kawasan paling terparah ada di sempaja Timur plantaran sungai dan rawa-rawa termasuk di Gunung Lingai dan Giri Mukti dataran rendah, sedangkan di Pemuda masih menunggu karena infonya terjadi penurunan," katanya. (TribunKaltim.co/Sintya Alfatika Sari/Gregorius Agung Salmon)
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.