Horizzon

Memaknai Absurditas Kunjungan Gibran 

Butuh berpikir cukup keras untuk mencoba memaknai kunjungan singkat Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden RI ke Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

|
Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Syaiful Syafar
DOK TRIBUNKALTIM.CO
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Oleh: Ibnu Taufik Jr
Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim

BUTUH berpikir cukup keras untuk mencoba memaknai kunjungan singkat Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden RI yang melakukan rangkaian kunjungan ke Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (12/2/2025) lalu.

Bukannya tanpa alasan, kita tahu setiap langkah yang dilakukan elite, apalagi selevel orang nomor dua di negeri ini pasti memiliki urgensi di setiap langkah yang dilakukan.

Setidak-tidaknya, kunjungan seorang wakil presiden akan menunjukkan di mana keberpihakan negara dalam semiotika langkah yang diambil. 

Namun setelah 3-4 hari berpikir keras untuk mencerna maksud dari Gibran Rakabuming Raka yang berkunjung ke Puskesmas Remaja, kemudian ke GOR Segiri, dan Terorongan Selili Samarinda, agak sulit dan justru menimbulkan tafsir kontroversi atas kunjungan tersebut. 

Untuk tidak mengambil kesimpulan prematur dengan menyebut bahwa kunjungan Gibran ke Samarinda adalah kunjungan absurd tanpa makna, mari kita mencoba melihat dari perspektif isu nasional yang tengah berkembang. 

Baca juga: Tarian Para Badut di Sidang MK

Pertama, kita coba mengaitkan dengan langkah efisiensi yang secara 'radikal' diterapkan Prabowo di awal kepemimpinannya.

Atau barangkali dari program makan siang gratis yang menjadi program politis saat pasangan Prabowo-Gibran memenangkan kontestasi Pilpres 2024 lalu.

Dari dua isu nasional tersebut, rasanya agak sedikit memaksakan jika kita menyimpulkan bahwa kunjungan Gibran ke Puskesmas Remaja, GOR Segiri, dan Terowongan Selili memiliki keterkaitan.

Untuk itu tak aneh jika seorang kawan tiba-tiba melontarkan pertanyaan dengan nada mengumpat terkait dengan maksud kunjungan Gibran ke Samarinda.

"Ini maksud Girban apa sih? Aneh dan gak jelas," umpatnya tiba-tiba ketika kita tengah rehat di Rest Area Tol Balikpapan-Samarinda di hari yang sama dengan kunjungan Gibran ke Samarinda.

Kebetulan, sebelum masuk rest area, kami memang bertemu dengan iring-iringan mobil yang menyalakan rotator menuju arah Balikpapan, yang patut diduga kembali ke Balikpapan usai bertugas melakaukan pengamanan kunjungan RI-2. 

Kenapa tak ke IKN?

Bukannya hanya sulit untuk mencerna apa yang dilakukan Gibran di Samarinda, bahkan putra sulung dari Joko Widodo ini juga tak banyak memberi pernyataan dalam kunjungan tersebut.

Narasi yang terbangun di insan media, Gibran irit bicara dan hanya umbar senyum ketika berada di Samarinda.

Tak hanya itu, Gibran bahkan tak memberi kesempatan wawancara terkait dengan maksud dan tujuannya ke Samarinda

Alhasil, selain bagi-bagi kaus dan juga melayani swafoto dengan warga masyarakat, nyaris tak ada pesan kuat yang ditinggalkan dari rangkaian kunjungan tersebut. 

Kalaupun dipaksakan, media lokal terpaksa harus mengutip pernyataan basa-basi yang disampaikan Gubernur atau Walikota Samarinda atas kunjungan tersebut. 

"Terima kasih, kita apresiasi bagaimana RI-2 memberikan perhartian terkait pembangunan di Kalimantan Timur," begitu kira-kira statement basa-basi yang bisa diperoleh dari walikota atau gubernur terkait kunjungan Gibran. 

Baca juga: Membaca Upaya Cerdas Memperpanjang Narasi IKN 

Agar juga tidak mengatakan bahwa kunjungan Gibran benar-benar sebuah langkah absurd dari seorang wakil presiden, boleh jadi kita coba ajukan pertanyaan kenapa Gibran tak mampir ke IKN

Pertanyaan ini tentu jauh lebih menarik untuk diuji daripada mencari makna dari tiga lokasi kunjungan yang semuanya dibiayai oleh APBD.

Apalagi, IKN yang tahun sebelumnya seolah menjadi barang dan isu paling penting di negeri ini dalam posisi terancam. 

Kita tahu, di pengujung kepemimpinan Joko Widodo, IKN seolah dipaksakan untuk menjadi pembicaraan publik setiap hari.

Acara-acara yang tak begitu penting pun seolah coba dipaksakan untuk digelar di IKN yang sejujurnya belum siap untuk 'diperkosa' seradikal itu. 

Sementara ketika muncul isu pemangkasan anggaran termasuk ini juga dialami oleh IKN, Gibran yang seolah menjadi garansi Jokowi agar legacy yang ia ciptakan bermama IKN akan dilanjutkan, justru tidak singgah ke IKN. Ini tentu menjadi sesuatu yang menarik. 

Baca juga: Ingat, IKN Masih di Kaltim!

Kenapa Gibran tidak mencoba berpura-pura ke IKN untuk memelihara mimpi masyarakat Kaltim yang sejak awal diiming-imingi bahwa IKN akan menjadi jilid ketiga perekonomian Kaltim?

Kenapa Gibran tidak mampir ke IKN, sehingga muncul narasi atau semiotika sikap bahwa pemerintah pusat masih akan melanjutkan proyek ini? 

Atau, jangan-jangan tesa tersebut menjadi benar ketika dibaca sebaliknya, yaitu Gibran sengaja ke Samarinda dan tidak singgah ke IKN adalah sebuah pesan kuat bahwa masa depan proyek IKN berakhir dengan tanda tanya besar. 

Sekali lagi jika tesa tersebut benar, maka hal tersebut tentu bukan sebuah kesengajaan yang dilakukan oleh Gibran.

Selain kita masih boleh meragukan kematangan semiotika politik wakil presiden yang usianya belum genap 40 tahun ini, maka itu berarti mematikan harapan Joko Widodo yang menginginkan IKN sebagai legacy yang ditinggalkan. 

Baca juga: Terima Kasih Pak Jokowi

Untuk menutupi keraguan ini, kita jadi ingat ketika pertengahan Juni 2024 Rocky Gerung juga tiba-tiba berkjunjung ke Balikpapan dan hanya sekadar mem-bully IKN.

Di beberapa tempat, Rocky Gerung seolah mencuci otak Kalimantan Timur dan mengatakan bahwa negara tak punya uang lagi untuk melanjutkan proyek IKN

Dalam sebuah sesi wawancara, Rocky bahkan membantah bahwa Gibran adalah salah satu garansi Jokowi untuk melanjutkan proyek IKN

Kala itu Rocky dengah tegas menjawab bahwa yang bisa menggaransi keberlanjutan IKN adalah pikiran, sementara bagi Presiden Prabowo, Gibran Rakabuming Raka tak lebih dari sekadar tiket untuk sebuah pertandingan. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved