Berita Kaltim Terkini

Dampak Penutupan Jalur Pelayaran di Bawah Jembatan Mahakam, DPD GPEI Kaltim Singgung Kemungkinan PHK

Dampak penutupan alur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam, DPD GPEI Kaltim singgung kemungkinan PHK karena perusahaan akan kurangi operasionalnya

Penulis: Aro | Editor: Amalia Husnul A
TribunKaltim.co/Gregorius Agung Salmon
PENUTUPAN JALUR PELAYARAN - Suasana di Jembatan Mahakam Samarinda, Jumat (14/3/2025). Dampak penutupan alur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam, DPD GPEI Kaltim singgung kemungkinan PHK karena perusahaan akan kurangi operasionalnya. (TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG SALMON) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Insiden tongkang pengangkut kayu menabrak Jembatan Mahakam I pada pertengahan Februari 2025 lalu berbuntut panjang mengingat keamanan jembatan yang menjadi ikon Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Kejadian tongkang menabrak Jembatan Mahakam sudah yang ke-22 kali hingga kemudian keamanannya menjadi sorotan lantaran fender (pelindung) jembatan rusak.

Wacana penutupan jalur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam selama pembangunan kembali fender ini berkembang hingga sejumlah pihak menyampaikan keberatan.

Kali ini datang dari Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Kaltim merespon terkait isu tersebut. 

Baca juga: Kata Kepala KSOP Samarinda soal Pembangunan Fender Jembatan Mahakam dan Penutupan Jalur Pelayaran

Menurut Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, jika kebijakan penutupan alur pelayaran di Sungai Mahakam ditutup akan berisiko besar terhadap sektor transportasi, logistik, dan lapangan pekerjaan baik di daei hulu hingga hilir Sungai Mahakam. 

Lanjutnya misalnya di bagian hulu saja ada beberapa komoditi seperti perkebunan, kehutanan, dan pertambangan, yang sangat bergantung pada jalur sungai sebagai akses utama distribusi hasil produksi. 

Jika jalur pelayaran ditutup, maka biaya distribusi akan meningkat drastis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan produksi dan efisiensi usaha.

“Kegiatan ekspor-impor di Kaltim sangat bergantung pada jalur pelayaran di Sungai Mahakam. 

Jika ditutup, maka arus logistik terganggu, biaya operasional melonjak, dan daya saing industri kita akan melemah.

Ini bisa berdampak pada besarnya PHK karena perusahaan harus mengurangi operasionalnya,” ucap Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, saat dimintai tanggapan terkait isu penutupan alur Sungai Mahakam oleh Tribunkaltim.co Via WhatsApp. Pada Jum'at, (14/3/2015).

Tidak hanya dibagi hulu Sungai Mahakam, dirinya juga menilai penutupan alur transportasi tersebut akan berdampak pada Hilir sungai mahakam seperti pada sektor pengolahan, tenaga kerja bongkar muat, hingga para pelaku usaha kecil yang bergantung pada aktivitas pelabuhan.

Sekretaris DPD GPEI Kaltim, Hasrun Jaya, menegaskan bahwa rantai pasok barang, termasuk kebutuhan pokok, bahan baku industri, hingga komoditas ekspor, akan berdampak signifikan.

PENUTUPAN JEMBATAN MAHAKAM - Suasana di bawah Jembatan Kembar Mahakam Samarinda, Jumat (14/3/2025). Rencana Alur di bawah Jembatan Kembar Mahakam bakal ditutup sehingga  akan sangat berdampak pada ekonomi hingga terjadi PHK jika penutupan alur sungai Mahakam. (TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG SALMON)
PENUTUPAN JALUR PELAYARAN - Suasana di bawah Jembatan Mahakam Samarinda, Jumat (14/3/2025). Dampak penutupan alur pelayaran di bawah Jembatan Mahakam, DPD GPEI Kaltim singgung kemungkinan PHK karena perusahaan akan kurangi operasionalnya. (TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS AGUNG SALMON)

“Jalur ini bukan hanya untuk kepentingan perusahaan besar, tetapi juga menghidupi ribuan tenaga kerja di pelabuhan, sopir angkutan, pedagang kecil, dan masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupan dari perputaran ekonomi di kawasan ini, ” tambahnya.

Untuk itu Hasrun Jaya, berharap agar pemerintah dan pemangku kebijakan dapat mencari solusi terbaik tanpa menutup jalur pelayaran.

Baca juga: Polemik Pembangunan Fender Jembatan Mahakam, Sikap KSOP dan Pelindo Membuat DPRD Kaltim Geram

Sekretaris DPD GPEI Kaltim itu pun mengusulkan, perbaikan infrastruktur Jembatan Mahakam, seperti meninggikan jembatan atau membangun jembatan baru, agar kapal tetap bisa melintas tanpa mengganggu transportasi darat dan perlunya ada evaluasi mengingat Jembatan Mahakam 1 sudah dihantam kapal tongkang sebanyak 22 kali sejak didirikan. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved