Tribun Kaltim Hari Ini
Ambulans Masuk Bengkel, Polres Bontang Sidak SPBU, Pengendara Keluhkan Kendaraan Rusak Usai Isi BBM
Hampir dua pekan belakangan ramai masyarakat beberapa daerah Kaltim alami kendala pada kendaraannya pasca mengisi BBM
TRIBUNKALTIM.CO - Hampir dua pekan belakangan menjelang dan pasca Lebaran ramai masyarakat beberapa daerah Kalimantan Timur (Kaltim) alami kendala pada kendaraannya pasca mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo menjadi jenis BBM yang dikeluhkan.
Beberapa pengguna kendaraan di Kota Samarinda mengalami mengeluh roda dua maupun roda empat mereka mogok dan harus masuk bengkel untuk perbaikan.
Bahkan nilai kerusakan hingga mencapai Rp1 juta lebih.
Baca juga: Driver Ojol di Samarinda Kaltim Ini Habiskan Rp1 Juta Perbaiki Motor Usai Isi BBM di SPBU
Berdasarkan pengakuanpemilik kendaraan kondisi ini terjadi usai mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Salah satu pengendara ojek online bernama Asfiandi (32) mengatakan, dirinya mengisi BBM di salah satu SPBU daerah perkotaan Samarinda
Saat itu ia mengisi jenis Pertamax, namun 1 jam kemudian ia merasakan tarikan motor jenis HondaScoopy miliknya malah berjalan tersendat–sendat.
“Sebelum beli di SPBU sudah sinjal–sinjal dan mogok juga. Nah tadi pagi saya servis motornya di bengkel resmi ternyata banyak motor lain mogok denga kasus yg sama ” ujarnya, Rabu (2/4).
Montir di bengkel tersebut, lanjut Asfiandi, menguras tangki BBM di motornya, diganti jenis Pertalite.
Pergantian pada part kelistrikan yakni, akhirnya membuat motornya bisa membaik.
“Saya pindah–pindah mengisi BBM. Tapi, dari awal motor ini umur hampir 2 tahun, beli Pertamax terus di SPBU, cuma sekali isi Pertalite waktu kehabisan Pertamax saat touring ke Banjarmasin,” ungkapnya.
Kejanggalan ini pun ia ceritakan, namun tak mengerti mengadu kemana.
Asfiandi berharap, pihak Pertamina bisa memperhatikan lagi soal keluhan konsumen dan memperbaiki tata kelola pada distribusi BBM agar ia dan warga lain tidak mengalami kejadian serupa.

“Banyak juga yang kena sial tadi di bengkel, katanya dengan kasus sama. Jadi mekanik disitu langsung kuras Pertamax semuanya. Saya dukung, biar ada perhatian dari Pertamina. Saya pengennya Pertamina mengecek semua SPBU. Biar nggak ada korban lagi,” tukasnya.
Tak hanya motor, Ambulans puskesmas Sambutan salah satu contoh kendaraan yang mengalami kerusakan dan harus masuk bengkel yang diduga akibat mengisi BBM jenis Pertamax.
Plt. Kepala Puskesmas Sambutan, drg. Nadia Tri Handayani Kuncoro juga membenarkan peristiwa ini pada Tribun Kaltim.
Ia menyatakan Ambulans puskesmas tersebut pada hari Senin, (24/3) sekitar pukul 13.00 Wita, mengisi BBM Pertamax sebanyak 20 liter.
Setelah mengisi BBM di SPBU tersebut, ambulans itu langsung di parkiran di puskesmas.
Saat digunakan keesokan harinya menuju Posyandu Lansia di Kecamatan tersebut, Ambulans itu tidak seperti biasanya, dan mengalami macet atau mogok ditengah jalan.
"Menurut sopir kami, mobil kehilangan tenaga. Saat melewati tanjakan, mesin tidak mampu memberikan daya dorong, gas tersendat-sendat," ungkapnya pada Tribun Kaltim.
Karena sangat membahayakan untuk digunakan saat tugas, sopir ambulans puskesmas Sambutan harus kembali dan menggunakan kendaraan pribadi untuk menyelesaikan tugas pada saat itu.
“Kendaraan operasional Puskesmas ya kami bawa akhirnya ke Bengkel. Keluhannya soal BBM,” tukasnya.
Salah satu pemilik bengkel kendaraan roda dua, bernama Joko Priyanto yang membuka bengkelnya sejak H+2 lebaran mengaku sudah ada beberapa motor yang masuk ke tempatnya mengeluhkan laju tersendat.
“Rata–rata tersendat karena ini BBM. Ini nggak nuduh ya, saya sama karyawan sudah menguras 11 tangki minyak motor, keluhannya karena habis isi bensin,” kata Joko yang bengkelnya di sekitar kawasan Samarinda Seberang.
Ia juga mengatakan, ada pula temannya yg memiliki bengkel di kawasan Sempaja, Kota Samarinda juga menerima keluhan sama.
Semuanya karena sehabis mengisi BBM di SPBU, jenis Pertamax ataupun Pertamax turbo.
Namun demikian, ia tak berani berspekulasi apakah BBM yang diisi diduga telah dioplos.
“Wah nggak berani saya, nggak tahu apakah oplosan atau nggak. Yang jelas saya kuras, ganti busi, injection pump, fuel pump, beberapa partisi terkait pompa ke tangki bensin, lalu pemilik motor coba mengganti BBM-nya, dan ternyata nyala, baik saja setelahnya. Ya rata–rata biaya dan ongkos bongkar sama beli part motornya sekitar Rp800–Rp1juta,” bebernya.
Hal yang sama terjadi di Bontang dan Balikpapan.
Sejumlah pengguna kendaraan mengeluhkan performa mesin yang terganggu setelah mengisi bahan bakar di beberapa SPBU.
Salah seorang warga, Dalle, mengaku motornya, Honda Beat, mengalami kendala setelah mengisi Pertamax di salah satu SPBU di Kota Bontang pada 30 Maret lalu.
Ia baru menyadari masalah tersebut ketika indikator bahan bakar menunjukkan sisa dua batang.
Baca juga: Viral Keluhan Masyarakat BBM Tercampur Air, Kapolres Bontang Kaltim Sidak ke Sejumlah SPBU
Dugaan sementara, BBM yang ia beli mengandung campuran air.
"Sisa dua batang itu baru terasa brebet (tersendat-sendat), apalagi kalau jalan pelan," ungkapnya kepada Tribunkaltim, Rabu (2/4).
Sementara, Fajar Mappa, seorang karyawan swasta di Balikpapan bercerita bahwa motor matic miliknya tiba-tiba mengalami kendala setelah mengisi bahan bakar.
Pada awalnya, ia mengisi Pertamax, lalu setelah bahan bakar mulai berkurang, ia kembali mengisi dengan Pertamax Turbo di SPBU yang berbeda.
Fajar menceritakan bahwa awalnya motor masih bisa digunakan dengan normal.
Namun, beberapa jam setelah pengisian bahan bakar kedua, kendaraannya mulai menunjukkan gejala kerusakan.
"Jelang sore jam 4-an gitu, isinya siang. Baru tiba-tiba motor itu nyala nyendat-nyendat tiba-tiba mati," ujar Fajar
Motor miliknya menyala sebentar, lalu kembali mati.
Hal ini terus terjadi hingga akhirnya ia memutuskan untuk membawanya ke bengkel guna memastikan penyebab kerusakan.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh mekanik di bengkel, beberapa komponen utama mesin seperti filter, injektor, dan manifold dibersihkan.
Namun, meskipun sudah melalui proses pembersihan, motor tetap mengalami masalah yang sama, yakni tersendat-sendat saat digas dan sulit menyala dengan normal.
Melihat kondisi ini, mekanik kemudian melakukan pengecekan lebih lanjut dan menemukan bahwa fuel pump dalam kondisi kotor.
"Nah setelah dicek lagi sama mekaniknya, dibuka fuel pumpnya ternyata kotor, jadi harus diganti," jelas Fajar.
Fuel pump atau pompa bahan bakar merupakan komponen penting yang berfungsi menyalurkan bahan bakar dari tangki menuju mesin.
Jika terjadi penyumbatan atau kotoran yang menumpuk, aliran bahan bakar menjadi tidak lancar sehingga mesin bisa mengalami kendala seperti tersendat, kehilangan tenaga, hingga mati mendadak.
Fajar juga mengungkapkan bahwa sebelum dirinya, sudah ada dua pengendara motor lain yang mengalami gejala kerusakan serupa setelah mengisi bahan bakar.
Ia sempat menggunakan kendaraannya sekitar empat jam setelah pengisian bahan bakar sebelum akhirnya mulai mengalami gangguan.
"Pertama isi Pertamax dulu, mungkin sudah kotor di fuel pumpnya. Pas Turbo, oktannya kan lebih besar, nah itu langsung berkerakan keluar, langsung nyendat di fuel pump," ungkapnya.
Setelah dilakukan penggantian fuel pump serta pembersihan beberapa komponen lainnya, motor Fajar akhirnya kembali normal.
Namun, ia harus merogoh kocek cukup dalam untuk memperbaikinya.
"Fuel pump-nya aja itu harganya Rp600.000, kalau bersihin injektornya sama yang di filter itu pakai karbu cleaner itu totalnya 50 ribuan, sama ongkos bongkar pasangnya 50 ribuan juga," ungkapnya.
Total biaya perbaikan yang harus ia keluarkan mencapai sekitar Rp700 ribu, jumlah yang tidak sedikit bagi sebagian masyarakat, terutama jika kejadian serupa terjadi berulang kali.
Baca juga: Merespons Dugaan BBM Bermasalah, Pertamina Lakukan Uji Sampel Bahan Bakar di Balikpapan
Kapolres Bontang Lakukan Sidak
Merespons keluhan masyarakat, Kepolisian Resor Bontang turun langsung melakukan inspeksi ke sejumlah SPBU.
Kapolres Bontang, AKBP Alex Frestian Lumban Tobing, bersama jajarannya mendatangi SPBU di Jalan Bhayangkara sebagai lokasi pertama.
Dari pantauan awak media, petugas mengambil sampel satu liter BBM jenis Pertamax menggunakan wadah takar transparan dan mencampurkannya dengan pasta khusus.
Menurut Alex, jika BBM tersebut mengandung air, molekulnya akan terpisah dan pasta yang awalnya berwarna oranye kekuningan akan berubah menjadi merah.
"Kami ingin memastikan dan merespons cepat keluhan masyarakat soal BBM ini," kata Alex.
Namun, hasil pemeriksaan di SPBU tersebut tidak menemukan indikasi BBM tercampur air.
Pemeriksaan kemudian dilanjutkan ke SPBU di Tanjung Laut dengan hasil serupa.
Meski demikian, Kapolres menegaskan bahwa sidak tidak berhenti di sini.
Pihaknya akan menyusuri bengkel-bengkel untuk mengumpulkan informasi tambahan.
Ia juga mengimbau masyarakat agar proaktif melaporkan jika mengalami masalah serupa, dengan membawa bukti yang valid.
"Ini memang keluhan yang banyak ditemukan di lapangan. Kami membutuhkan informasi yang valid dari masyarakat, selain juga terus memantau langsung penyaluran BBM di SPBU," jelasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Kapolres masih melakukan sidak ke beberapa SPBU lainnya, termasuk di Kilometer 3, Jalan Arif Rahman Hakim, Kelurahan Belimbing, Kecamatan Bontang Utara.
Masih Uji Sampel
Kadar kandungan BBM di berbagai SPBU di Balikpapan masih dalam tahap pengujian laboratorium.
Pengujian ini merupakan rangkaian investigasi yang dilakukan PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.
Persisnya pasca banyaknya keluhan pengendara atas dugaan BBM bermasalah yang berdampak terhadap performa kendaraan.
Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Kalimantan PT Pertamina Patra Niaga, Edi Mangun, mengatakan, pihaknya telah mengambil sampel BBM dari SPBU di Balikpapan.
"Kami masih mengambil beberapa sampel lagi untuk memastikan apakah ada yang aneh dengan BBM yang kami drop ke SPBU," ungkapnya.
Jika sudah mendapatkan hasil, kata Edi, pihaknya akan mengumumkan ke publik.
"Nanti kami akan merilis hasilnya untuk Balikpapan," imbuhnya.
Sebelumnya, pengujian sampel acak BBM dari SPBU di Samarinda sudah dilakukan.
Dimana pengujian dilakukan di PT Kilang Pertamina Internasional Balikpapan mencakup berbagai parameter.
Mulai dari kandungan oktan, stabilitas, dan tingkat emisi.
PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan memastikan bahwa kualitas BBM di Samarinda memenuhi standar Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas).
Sebagaimana diketahui, sempat muncul isu mengenai kualitas bahan bakar yang diduga bermasalah.
Menanggapi hal ini, SPBU 6476118 di Jalan Mulawarman, Batakan, Balikpapan, menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen menjaga standar kualitas dan kuantitas BBM.
Pengelola SPBU, Marselinus, memastikan bahwa seluruh prosedur operasional dijalankan sesuai standar.
“Menanggapi isu di media saat ini bahwa kualitas BBM yang dijual di SPBU bercampur air dan sebagainya, kami selama ini menjalankan prosedur bagaimana menjaga kualitas dan kuantitas BBM yang kami jual,” ujarnya.
Dikatakan Marselinus, pihaknya secara rutin melakukan pengecekan kualitas bahan bakar menggunakan hidrometer untuk mengukur densitas dan kadar air.
Selain itu, dipstik dengan pasta air juga digunakan untuk memastikan tidak ada kandungan air dalam BBM.
Hasil pengecekan menunjukkan bahan bakar di SPBU ini memenuhi standar dan layak edar.
Marselinus menambahkan bahwa pengecekan dilakukan setiap hari, termasuk pengambilan sampel setiap kali menerima pasokan BBM dari mobil tangki.
“Kami melakukan pengecekan setiap hari kadar dalam tangki dan melakukan sampel setiap penerimaan BBM dari mobil tangki,” jelasnya.
Sebagai bentuk transparansi, SPBU Batakan menyimpan hasil pengecekan harian dan sampel bahan bakar hingga hari berikutnya.
“Untuk sebagai bukti, kami masih menyimpan sampel sampai esok hari hingga terganti lagi,” tandas Marselinus.
Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.