Berita Nasional Terkini

Kabar Reshuffle Kabinet, Hasan Nasbi Dinilai Layak Diganti Imbas Teror Kepala Babi Jurnalis Tempo

Isu reshuffle kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran kembali berhembus setelah Lebaran 2025.

Kompas.com/Dian Erika
RESHUFFLE KABINET - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (21/8/2024).Hasan Nasbi dinilai layak diganti. (Kompas.com/Dian Erika) 

TRIBUNKALTIM.CO - Isu reshuffle kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran kembali berhembus setelah Lebaran 2025.

Terdapat sejumlah catatan terhadap kinerja para menteri di kabinet Merah Putih.

Sejumlah menteri memang menjadi sorotan, baik terkait gaya komunikasinya, maupun kinerjanya sejauh ini.

Lalu, siapa saja menteri yang berpotensi terdepak dari kabinet Prabowo-Gibran?

Baca juga: Orang Dekat Prabowo Bocorkan Mengenai Kabar Reshuffle Kabinet, Sri Mulyani Mundur?

Baca juga: Reshuffle Kabinet Prabowo, Update Berita Terbaru Pelantikan Menteri Hari Ini dan Nama Menteri Baru

Dikonfirmasi soal itu, politikus PDIP Guntur Romli menilai perlunya Presiden Prabowo melihat catatan evaluasi para menteri dan kepala lembaga berdasarkan survei kepuasan publik atas kinerja pemerintah.

"Evaluasi kabinet saya kira presiden bisa menyimak survei opini publik dan penilaian kualitatif terhadap kabinetnya yang dianggap oleh publik tidak mampu menerjemahkan program presiden tapi malah membuat pernyataan yang blunder," kata Guntur ketika dikonfirmasi pada Sabtu (5/4/2025).

Menurut dia, hasil survei bisa terlihat menteri-menteri yang dianggap rakyat tidak bisa menjalankan program dan malah membuat blunder.

Guntur mencontohkan blunder yang dilakukan Kepala Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi saat menanggapi teror kepala babi ke kantor redaksi Tempo.

Baca juga: Reshuffle Kabinet Prabowo, Daftar Pejabat yang Dilantik Sore Ini, Brian Yuliarto jadi Mendikti

Dia berpendapat pejabat yang kerap blunder dalam berkomunikasi ke publik layak dicopot.

"Harus dipecat. Itu menormalisasi teror pada pers," ujar dia.

Dikatakan bahwa teror yang dialami jurnalis Tempo tidak bisa dijadikan bahan candaan sebab jika hal semacam itu dilakukan sama saja menormalisasi teror terhadap pers.

"Yang bisa bergurau untuk mengatakan tidak takut pada teror, yakni korban yang jadi sasaran. Kalau pihak lain ikut-ikut bergurau artinya dia menormalisasi teror pada pers," kata  Guntur.

Baca juga: Bahlil Yakin Menteri dari Golkar Aman dari Isu Reshuffle Kabinet, Presiden Tahu Kualitas Kader

Kemudian, persoalan ekonomi yang mengemuka akhir-akhir juga tak luput dari perhatian publik.

Nilai tukar rupiah yang terus melemah dan IHSG yang anjlok beberapa waktu lalu juga jadi sorotan.

Apalagi saat ini di tengah 'perang dagang' global setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan tarif impor yang sangat tinggi.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved