Berita Nasional Terkini

Peluang Munculnya La Nina di Indonesia Capai 70 Persen, BMKG: Dampaknya Tak Signifikan

BMKG sebut peluang terjadinya La Nina di Indonesia mencapai 50-70 persen, tetapi tidak berdampak signifikan atau ekstrem kepada masyarakat.

|
TribunKaltim.co/Hanifan Ma'ruf
FENOMENA LA NINA - Foto arsip yang diambil pada Januari 2022, menampilkan kondisi cuaca di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). BMKG sebut peluang terjadinya La Nina di Indonesia mencapai 50-70 persen, tetapi tidak berdampak signifikan atau ekstrem kepada masyarakat. (TribunKaltim.co/Hanifan Ma'ruf) 

TRIBUNKALTIM.CO - Melalui informasi terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peluang terjadinya fenomena La Nina di Indonesia kini mencapai 50-70 persen pada periode Oktober 2025 hingga Januari 2026. 

Namun, potensi tersebut dikategorikan lemah dan tidak memiliki dampak yang signifikan atau ekstrem.

"Potensi La Nina yang terbentuk diperkirakan hanya berada pada kategori lemah, sehingga dampaknya terhadap pola iklim nasional relatif terbatas," kata Koordinator Pusat Layanan Iklim BMKG Supari, seperti dilansir dari Kompas.com, Kamis (9/10/2025).

Menurutnya, pendinginan suhu muka laut di wilayah Pasifik tengah–timur yang menjadi indikator La Nina tidak akan terlalu signifikan.

Baca juga: Kapan La Nina akan Melanda Indonesia? Begini Penjelasan Lengkap dan Peringatan dari BMKG

Karena itu, lanjut Supari, BMKG memprakirakan La Nina yang terbentuk termasuk dalam kategori lemah dengan dampak yang tidak sebesar La Nina sedang atau kuat.

Ia menjelaskan bahwa pada kondisi La Nina yang lemah, perubahan sirkulasi atmosfer seperti penguatan angin pasat dan peningkatan konveksi di wilayah barat Pasifik memang masih mungkin terjadi. Namun, intensitasnya tidak cukup kuat untuk menimbulkan anomali curah hujan ekstrem di sebagian besar wilayah Indonesia.

“Secara umum, tidak memberikan peningkatan curah hujan yang besar di Indonesia. Pengaruhnya lebih terbatas dan bersifat lokal,” sambungnya.

Suhu muka laut

Berdasarkan laporan terkini BMKG, suhu muka laut (SST) di perairan Indonesia saat ini terpantau dalam kondisi yang hangat. 

Ia menyebut bahwa kondisi ini diperkirakan tetap berlanjut dan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan aktivitas konvektif di atmosfer.

“Suhu laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia berpotensi meningkatkan curah hujan hingga 150 persen dari normalnya, terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan bagian tengah dan selatan serta Sulawesi,” jelas Supari.

Baca juga: BMKG Laporkan 3 Daerah Terdampak Gempa Terkini: Yogyakarta, NTT hingga Sulawesi Tenggara

Meskipun begitu, BMKG tetap mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi peningkatan curah hujan yang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan genangan. Terutama di wilayah dengan topografi curam dan sistem drainase yang kurang baik.

“Meski La Nina yang diprediksi bersifat lemah, kondisi suhu laut hangat di Indonesia dapat memperkuat potensi hujan lebat di beberapa daerah,” pungkasnya.

Apa itu Fenomena La Nina?

La Nina adalah fenomena iklim global yang merupakan kebalikan dari El Nino, ditandai dengan suhu permukaan laut (SPL) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur yang lebih dingin dari normalnya.

Fenomena tersebut menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah seperti Indonesia. Karena perairan di dekat Indonesia menjadi lebih panas, ini akan memicu lebih banyak penguapan dan pembentukan awan hujan. 

Tidak hanya meningkatkan curah hujan, fenomena La Nina juga berpotensi menjadi bencana apabila tingkat curah hujan semakin tinggi. Misalnya seperti banjir hingga tanah longsor.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Provinsi Kalimantan Timur Kamis 9 Oktober 2025 Menurut BMKG

Biasanya, La Nina berlangsung dalam kurun waktu 1 hingga 3 tahun lamanya. (*)

 

Sebagian dari artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Sebut Peluan La Nina di Indonesia Capai 70 Persen"

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WAFacebookX (Twitter)YouTubeThreadsTelegram

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved