Breaking News

Berita Nasional Terkini

Jansen Manansang Beber Bukti Perilaku Eks Pemain Sirkus Taman Safari: Mesum, Selingkuh Hingga Hamil

Polemik dugaan eksploitasi dan penyiksaan terhadap pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), terus berlanjut.

SS/TV Parleman dan KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
SIRKUS TAMAN SAFARI - Kolase, Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Jansen Manansang (kiri) dan pemain dari Oriental Circus Indonesia (OCI) berlatih acrobat dan trapeze pada 2018 (kanan). Pendiri OCI membeber bukti-bukti perilaku para mantan pemain sirkus, yang dinilai kelewat batas. (SS/TV Parleman dan KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) 

TRIBUNKALTIM.CO - Polemik dugaan eksploitasi dan penyiksaan terhadap pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI), terus berlanjut.

Setelah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia, membeber penyiksaan yang dialaminya, kini pendiri OCI angkat bicara.

Kedua belah pihak saling berbalas tudingan, mengenai prilaku buruk satu sama lain.

Terbaru, Jansen Manansang, founder Taman Safari Indonesia serta Pendiri Oriental Circus Indonesia, mengatakan soal perilaku eks mantan pemain sirkus yang dianggap 'kelewat batas'.

Baca juga: OCI Bantah Tudingan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus, Sebut Ada Provokator

Baca juga: Kisah Pemilik Taman Safari Indonesia dan Direktur TSI, Jansen Manansang, Anak Pemain Sirkus Keliling

Termasuk soal persetubuhan tidak sah hingga perselingkuhan.

Hal itu dikatakan Jansen Manansang di hadapan Komisi III DPR RI, di Gedung Parlemen Senayan, Senin (21/4/2025).

Pernyataannya tersebut juga untuk menanggapi salah satunya soal salah seorang mantan pemain sirkus OCI bernama Butet, mengatakan bahwa dirinya dipukuli usai kedapatan hamil di luar nikah. 

Jansen mengatakan, ada banyak perilaku mantan pemain sirkus yang melewati batasan.

“(Ada) yang melakukan persetubuhan yang tidak jelas, lalu hamil, lari, dan digugurkan. Nah, ini bukti ada, hubungan gelap lagi,” ujar Jansen, mengutip Kompas.com. 

“Ini yang mesum lagi (ada) di luar nikah itu kalau kita keluarkan (paparkan), keluarganya bagaimana. Ada juga yang punya istri masih juga berbuat hal itu,” jelas dia.

Jansen pun juga mengaku dirinya memiliki bukti-bukti terkait dengan apa yang dilakukan eks pemain sirkus OCI. 

Diketahui TSI tengah menjadi sorotan usai sejumlah eks pekerja Oriental Circus Indonesia (OCI) melaporkan dugaan eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) kepada Kementerian HAM.

Sejumlah eks pekerja menyebut para pemilik OCI dan Taman Safari Indonesia melakukan tindak kekerasan, perbudakan, dan eksploitasi anak.

Mereka mengaku menerima berbagai bentuk penyiksaan, seperti dipukul, disetrum, dipisahkan dari anaknya, dipaksa bekerja dalam kondisi kurang sehat, hingga dipaksa makan kotoran hewan. 

Namun, pihak TSI membantah semua pernyataan yang disampaikan para mantan pemain sirkus OCI saat audiensi dengan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Mugiyanto,, di Jakarta, Selasa (15/4/2025) lalu.

Baca juga: Klarifikasi Taman Safari Indonesia, Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia

Sosok Jansen Manansang

Mengacu pada laman resmi TSI, Jansen Manansang mendirikan Taman Safari bersama saudara-saudaranya yakni Frans Manansang dan Tony Sumampau.

Pria kelahiran Jakarta tahun 1942 dan dua saudaranya ini rupanya adalah anak dari seorang pemain sirkus keliling, Hadi Manansang.

Saat masih berusia 7 tahun, Jansen bersama kedua adiknya selalu ikut rombongan sirkus keliling bernama Bintang Akrobat dan Gadis Plastik. 

Perjalanan serta sepak terjang Hadi Manansang dan ketiga anaknya dalam membangun Taman Safari Indonesia dituangkan dalam buku berjudul Tiga Macan Safari yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada 2 Desember 2019.

Dalam buku tersebut, Frans Manansang berkisah, sang ayah memulai perjalanannya dari nol dan sebatang kara karena Perang Dunia.

Hadi Manansang berasal dari Shanghai, China dan sempat di Filipina, lalu masuk ke Manado.

Rupanya latar belakang tersebut menjadi 'bekal' mereka dalam membangun Taman Safari juga Oriental Circus Indonesia hingga sebesar saat ini.

Sementara itu, menurut laman resmi Yayasan Badak Indonesia (YABI), Jansen Manansang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Yayasan dan Direktur Eksekutif YABI, sejak 2022.

Sosoknya juga turut andil di proses pembangunan Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas di tahun 1990an.

Sebelumnya, Jansen Manansang juga menjadi salah satu bagian dari Dewan Pembina Yayasan Badak Indonesia.

Baca juga: Cerita Pilu Eks Pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia, Disetrum hingga Dikurung di Kandang Macan

Hidupnya berkecimpung dalam dunia pelestarian alam, flora dan fauna, menghantarkan Jansen Manansang menyabet banyak penghargaan.

Masih mengacu laman TSI, Jansen pernah dianugerahi penghargaan bergengsi 'Outstanding Contribution for Animal Welfare' dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).

Penghargaan ini diberikan atas dedikasi Jansen dalam meningkatkan kesejahteraan hewan di Indonesia khususnya melalui Taman Safari Indonesia.

Tak hanya itu, Jansen juga pernah dianugerahi penghargaan dari Messenger Of Revival (MORE).

MORE menobatkan Jansen sebagai Father of Wildlife Conservation atau Bapak Konservasi Lingkungan Hidup Indonesia.

Pengakuan Eks Pemain Sirkus Taman Safari

Sebelumnya diberitakan salah satu mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari Indonesia menangis menceritakan dugaan penyiksaan yang dialaminya.

Vivi mengaku sudah sejak kecil berada dan dipekerjakan di sirkus tersebut.

Bahkan, dirinya tidak mengetahui identitas asli serta orang tuanya.

"Saya nggak tau orang tua. Saya kan dari kecil sudah diambil sama yang punya oriental circus itu," katanya, dikutip dari kanal YouTube Forum Keadilan TV, Kamis (17/4/2025).

Vivi melanjutkan ceritanya, selama bekerja sebagai pemain sirkus, ia tinggal di rumah milik Frans Manansang, keluarga pendiri Taman Safari Indonesia.

Baca juga: Cerita Pilu Eks Pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia, Disetrum hingga Dikurung di Kandang Macan

Vivi mengaku kerap mendapatkan penyiksaan hingga membuat dirinya nekat kabur, juga dipaksa latihan saat teman-temannya istirahat tidur.

"Disuruh latihan, dipukuli gitu. Saya tidak tahan. Jam satu malam nekat kabur," tambahnya.

Vivi ketika itu menembus gelapnya hutan untuk bisa kabur dari rumah Frans.

Ia baru bisa keluar hutan saat waktu memasuki salat Subuh.

"Ada yang nolongin karena ada yang kenal saya. Orang itu kerja di restoran Taman Safari," urai Vivi.

Singkat cerita, Vivi selama tiga hari tinggal sementara di rumah orang tersebut.

Ia kala itu berpikiran tidak bisa tinggal terus di lokasi tersebut.

Vivi takut jika keberadaannya diketahui dan ditangkap kembali.

Saat hendak keluar rumah, sudah ada sekuriti Taman Safari yang siap mengamankan dia.

"Saya dibawa ikut pulang. Pas sampai pos sekuriti. Tidak lama saya dijemput Pak Frans bersama istrinya."

"Di jalan saya sudah dipukul, ditampar oleh Pak Frans. Saya sudah gemetaran," kata Vivi.

Baca juga: Klarifikasi Taman Safari Indonesia, Dugaan Eksploitasi Eks Pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia

Vivi mengaku sampai di rumah, ia diseret dari dalam mobil oleh Frans untuk dibawa ke kantor.

Frans kemudian mengambil alat setrum untuk melukai Vivi.

"Terus saya disetrumin badan saya badan. Saya disetrum sampai ke dia nyodok-nyodok ke alat kemaluan saya," katanya, sambil meneteskan air mata.

Vivi melanjutkan, penyiksaan yang ia terima tidak berhenti di situ.

Ia lalu dipukuli hingga sempat dipasung selama dua minggu lamanya.

Singkat cerita, Vivi dilepas dan kembali menjadi pemain sirkus.

Vivi yang tidak tahan dengan kondisinya memutuskan kabur untuk kedua kalinya.

Ia meminta bantuan guru silatnya yang kebetulan juga bekerja di Taman Safari. 

Vivi kemudian dibawa ke Semarang dan menikah dengan guru silatnya.

Bantahan OCI dan TSI

Founder Oriental Circus Indonesia (OCI) sekaligus Komisaris TSI, Tony Sumampau, mengaku akan membawa kasus tuduhan dugaan praktik eksploitasi ke ranah hukum.

Baca juga: Pernyataan Taman Safari Indonesia Usai Viral Mantan Pemain Sirkus OCI Ngaku Alami Dugaan Kekerasan

Pihaknya mengklaim tidak pernah melakukan praktik eksploitasi, perbudakan, dan penyiksaan terhadap para pemain sirkus di bawah naungan OCI. 

Ia menegaskan, proses latihan di sirkus memang memerlukan kedisiplinan tinggi yang kerap kali melibatkan tindakan tegas, tetapi ia menyebut hal tersebut wajar dalam dunia olahraga dan bukan bentuk kekerasan yang disengaja. 

Betul, pendisiplinan itu kan dalam pelatihan ya, pasti ada. Saya harus akui. Cuma kalau sampai dipukul pakai besi, itu nggak mungkin," ujar Tony saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/4/2025). 

"Kalau mereka luka, justru nggak bisa tampil atraksi," ujarnya. 

"Kalau dibilang penyiksaan, ya itu membuat sensasi saja. Supaya orang yang dengar jadi kaget, serius gitu ya. Kalau benar-benar seperti itu, ya tidak masuk akal," ujarnya. 

Dalam kesempatan tersebut, Tony juga menjelaskan metode pelatihan di dunia sirkus, termasuk di OCI, tidak jauh berbeda dengan standar pelatihan di cabang olahraga lain, seperti senam atau bela diri. 

Tony Sumampau, akan melakukan upaya hukum atas tudingan eksploitasi dan pemerasan yang dilayangkan terhadap pihaknya. 

Tony menegaskan, pihaknya justru mencium adanya provokator yang diduga sengaja menggiring mantan pemain sirkus untuk membuat narasi negatif. 

"Ya, di belakang semua ini memang ada sosok provokator yang memprovokasi mereka. Kita sudah tahu siapa, karena sebelumnya juga dia sempat minta sesuatu kepada kami," ujar Tony, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (17/4/2025). 

Tony menyebut, pihaknya tidak berniat memperkarakan para mantan pemain sirkus, yang disebutnya sudah seperti anak sendiri. 

Namun, berbeda dengan "aktor" yang berada di balik tuduhan tersebut.

Baca juga: Pernyataan Taman Safari Indonesia Usai Viral Mantan Pemain Sirkus OCI Ngaku Alami Dugaan Kekerasan

"Kalau anak-anak, ya kasihan. Tapi, kalau provokatornya, itu lain cerita. Kita sedang mengupayakan langkah hukum terhadap pihak yang memanfaatkan mereka," kata Tony. 

Menurut Tony, pihaknya telah mengantongi bukti-bukti terkait dugaan adanya upaya pemerasan yang sempat menuntut angka hingga lebih dari Rp 3,1 miliar.

Namun, Tony menegaskan bahwa dari awal pihaknya memilih diam agar tidak melukai perasaan mantan anak didiknya. 

"Kita memang tidak merespons, karena mau lihat siapa dalangnya. Anak-anak itu hanya ‘alat’. Kita enggak mau cederai mereka. Tapi, siapa yang ada di belakang ini, ya itu yang jadi perhatian kami," ungkap Tony. 

Tony mengaku, sebagian bukti sudah dikantongi, meskipun dengan beberapa korban ia belum sempat bertemu langsung. 

"Sebagian bukti sudah ada. Kalau mereka (anak-anak) yang kemarin itu, saya belum pernah ketemu lagi. Mungkin karena merasa malu setelah ramai bicara seperti ini," ujar dia. 

Reaksi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM mengatakan pihaknya menyelidiki dugaan pelanggaran itu pada 1997, berdasarkan laporan polisi nomor LP/60/V/1997/Satgas tertanggal 6 Juni 1997.

Laporan itu ditujukan kepada FM dan VS yang disangkakan melanggar Pasal 277 dan 335 KUHP.

Dalam penyelidikan, Komnas HAM menemukan empat dugaan pelanggaran yang dilakukan pihak OCI.

Yaitu, hak anak untuk mengetahui asal-usul dan identitasnya, kebebasan dari ekploitasi ekonomi, hak atas pendidikan umum yang layak, serta hak atas perlindungan keamanan dan jaminan sosial.

Baca juga: Cerita Pilu Eks Pemain Sirkus Oriental Circus Indonesia, Disetrum hingga Dikurung di Kandang Macan

Tetapi, saat itu, penyidikan kemudian dihentikan oleh Polri pada 1999.

"Komnas HAM mendapatkan informasi bahwa Direktorat Reserse Umum Polri menghentikan penyidikan tindak pidana menghilangkan asal-usul dan perbuatan tidak menyenangkan," ungkap Koordinator Subkomisi Penegakan HAM, Uli Parulian Sihombing, Jumat (18/4/2025).

Meski sudah berjalan puluhan tahun, kasus dugaan eksploitasi di OCI ini belum diselesaikan secara tuntas.

Karena itu, Komnas HAM memberikan dua rekomendasi.

Pertama, Komnas HAM meminta agar kasus ini diselesaikan secara hukum atas tuntutan kompensasi untuk para mantan pemain OCI.

Kedua, Komnas HAM meminta agar asal-usul para pemain sirkus OCI segera dijernihkan.

"Hal ini sangat penting untuk mengetahui asal-usul, identitas, dan hubungan kekeluargaannya," pungkas Uli.

Sementara itu, pendiri OCI sekaligus Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau, mengungkapkan asal-usul sejumlah pemain sirkus OCI.

Ia mengatakan beberapa pemain OCI memang telah diasuh keluarganya sejak anak-anak.

Anak-anak itu diambil orang tua Tony, Hadi Manansang, dari panti asuhan di Kalijodo, sejak bayi.

"Orang tua itu suka menampung anak, jadi dari bayi, entah anaknya siapa itu. Ternyata, waktu saya tanya ini anak dari mana, katanya anak dari panti asuhan."

Baca juga: Kisah Kelam eks Pemain Sirkus Taman Safari: Kehilangan Identitas Hingga Dijejali Kotoran Gajah

"'Panti asuhannya di mana?', 'Di daerah dekat Kalijodo'. 'Kenapa diambil?, 'Saya suka sumbang uang untuk panti asuhan'," ungkap Tony di hadapan awak media, Kamis (17/4/2025).

Tony menjelaskan, anak-anak itu dibesarkan oleh keluarganya hingga berusia 6-7 tahun, dan kemudian dilatih untuk menjadi pemain sirkus.

"Jadi dari bayi dibesarkan, usia 6-7 tahun baru dibawa ke sirkus untuk mulai dilatih," jelas Tony, dilansir Kompas.com.

Lebih lanjut, Tony menyebut Komnas HAM mengetahui panti asuhan tempat orang tuanya mengambil anak-anak.

Hal itu, kata dia, diketahui setelah Komnas HAM melakukan penelusuran dan investigasi pada 1997.

"Waktu itu tim dari Komnas HAM yang menelusuri, dan ternyata panti asuhannya memang ada di sekitar Kalijodo," ungkap dia.

Pada Senin (21/4/2025), pihak OCI mengklarifikasi pernyataan Komnas HAM yang mengatakan ada dugaan pelanggaran oleh OCI di tahun 1997.

Juru bicara Hamdan Zoelva, Imam Nasef, mengatakan jika dalam dokumen Komnas HAM pada saat itu tidak ada soal pelanggaran HAM di OCI.

Hamdan Zoelva sendiri merupakan sosok yang ditunjuk sebagai Kuasa Hukum OCI saat dilaporkan ke Komnas HAM medio 1997.

Hasil pemantauan Komnas HAM kala itu, ujar Imam, adalah berbagai rekomendasi yang harus dilakukan oleh OCI kepada para korban.

Imam pun menekankan, jika dalam rekomendasi tersebut tidak ada pernyataan eksplisit yang menyebut adanya pelanggaran HAM.

Baca juga: Pendiri Oriental Circus Indonesia Bantah Tuduhan Lakukan Penyetruman, Curhat Eks Pemain Sirkus OCI

Dalam rekomendasi tersebut diksi yang digunakan adalah 'indikasi' atau 'kecenderungan', bukan secara gamblang menyatakan jika sudah ada pelanggaran HAM di OCI

"Kalau rekan-rekan ikuti Komisi III, sempat dibacakan, hal yang penting dicermati juga di dalam rekomendasi sebenarnya tidak ada satupun kata atau kalimat yang telah terbukti pelanggaran HAM, kalau dibaca tadi itu bahasanya adalah cenderung," ujar Imam.

"Ada kecenderungan terjadi pelanggaran HAM. Mungkin kita semua belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar."

"Kira-kira kalau ada kata cenderung itu, bukan sesuatu yang sudah dipastikan pasti atau terbukti pasti," sambung dia.

Imam menambahkan, apabila pernyataan tersebut juga sejalan dengan siaran pers Komnas HAM yang dirilis pada April 2025, yang mengulas kembali dokumen rekomendasi tahun 1997. 

Dalam siaran pers tersebut, Komnas HAM masih menggunakan istilah "dugaan" dan "indikasi'.

"Di situ bahasanya juga jelas, dia me-review ke laporan dan rekomendasi Komnas HAM tahun 1997 bahasanya di situ disebutkan dugaan pelanggaran HAM."

"Jadi lagi-lagi sebenernya Komnas HAM sendiri tidak pernah menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran HAM," tegas Imam. (*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jansen Manansang: Eks Pemain Sirkus Taman Safari Ada yang Mesum, Selingkuh, Hamil di Luar Nikah

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved