Berita Kaltim Terkini
3 Dampak Stunting pada Anak di Kaltim, BKKBN Guyur Dana Sekitar Rp53 Miliar
Kalimantan Timur terus berupaya untuk cegah stunting. Lantaran stunting memberikan dampak pada tiga hal.
Penulis: Ilo | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kalimantan Timur terus berupaya untuk cegah stunting. Lantaran stunting memberikan dampak pada tiga hal.
Demikian disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, Nurizky Permanajati di acara Musyawarah Daerah (Musda) IV Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) yang digelar di Gedung Bangga Kencana, Kantor Perwakilan BKKBN Kaltim, Samarinda, Jumat (16/5/2025).
Nurizky mengatakan, ada tiga hal yang memberi dampak dari stunting.
Yakni pertama terlihat dari fisik anak.
Kedua, menyangkut perkembangan kecerdasan;
Dan ketiga, kesehatan jangka panjang.
Baca juga: Walikota Bontang Neni Moerniaeni Ultimatum Seluruh Lurah untuk Bekerja Maksimal Tekan Stunting
Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami keterlambatan kognitif, rentan sakit, dan sulit bersaing di masa depan.
"Penduduk yang banyak kalau berkualitas, jadi modal pembangunan," imbuhnya.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Ia pun menyambut baik komitmen Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang menjanjikan pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi seluruh warga.
Pantau Sejak Calon Pengantin
Pencegahan stunting harus dimulai sejak sebelum kehamilan, bahkan sejak tahap calon pengantin.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, Nurizky Permanajati, dalam Musyawarah Daerah (Musda) IV Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) yang digelar di Gedung Bangga Kencana, Kantor Perwakilan BKKBN Kaltim, Samarinda, Jumat (16/5/2025).
"Di 1000 hari pertama kehidupan. Kalau kita mau spesifik, kita cegah dari calon pengantin," tegas Nurizky.
Ia menyampaikan bahwa prevalensi stunting di Kalimantan Timur saat ini berada di angka 22,02 persen, sedikit menurun dari 22,09 persen sebelumnya.
Meski begitu, ia menilai penurunan 0,7 persen tersebut belum signifikan.
Mengacu pada standar WHO, angka ideal prevalensi stunting seharusnya berada di bawah 14 persen.
Baca juga: BKKBN Kaltim Fokus Intervensi Calon Pengantin dan Ibu Hamil untuk Cegah Stunting di Mahulu
Nurizky menyoroti bahwa selama ini intervensi masih kerap dilakukan saat anak sudah mengalami stunting.
Padahal, intervensi paling efektif justru dilakukan sejak awal, sebelum anak dilahirkan.
Salah satu langkah konkret adalah memantau kondisi kesehatan calon pengantin, terutama calon ibu, yang berperan besar dalam menentukan kualitas gizi anak di masa depan.
Ia menjelaskan bahwa salah satu indikator yang digunakan adalah ukuran lingkar lengan atas.
Baca juga: Penurunan Stunting di Sandaran Kutai Timur Perlu Sinergitas, Jaringan Internet Disorot
Jika ukurannya di bawah 23,5 cm, maka hal itu menunjukkan kondisi kekurangan energi kronis (KEK), yang bisa memicu risiko kelahiran anak dengan gizi buruk.
Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang.
Gejalanya ditandai dengan tubuh anak yang lebih pendek dari usianya.
Namun Nurizky menekankan bahwa tidak semua anak pendek bisa serta-merta dikategorikan stunting.
"Tapi pendek belum tentu. Jangan digeneralisir," ujarnya.

Mengucurkan Dana Rp53 Miliar
Di sisi lain, BKKBN pusat juga terus mendukung daerah melalui tiga hal, yakni:
- Penyediaan data;
- Tenaga lapangan;
- serta bantuan anggaran.
Di Kalimantan Timur, BKKBN mengucurkan dana sekitar Rp53 miliar melalui Dana Alokasi Khusus Bantuan Operasional Keluarga Berencana (DAK BOKB), yang mencakup 15 kabupaten/kota termasuk Provinsi Kalimantan Utara.
"Kami dari pemerintah pusat tentunya, kami hadir di sini memfasilitasi kepentingan pusat dan daerah," kata Nurizky.
Ia berharap koordinasi yang telah terjalin antara pemerintah pusat dan daerah dapat terus ditingkatkan hingga pada level implementasi yang konkret di lapangan.
Saat ini, pihaknya juga tengah menanti Peraturan Presiden (Perpres) baru yang akan menentukan lembaga pelaksana utama percepatan penanganan stunting di Indonesia.
"Intinya kehadiran kami, Kemenduk Bangga BKKBN hadir untuk mensupport baik itu provinsi maupun kabupaten kota. Dan tadi kita berusaha menciptakan kualitas SDM yang baik," katanya.
(TribunKaltim.co/Raynaldi Paskalis)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.