Berita Kaltim Terkini

Penurunan Stunting di Kaltim Belum Signifikan, BKKBN Dorong Kolaborasi dan Intervensi Tepat Sasaran

Penurunan stunting di Kalimantan Timur belum signifikan, BKKBN dorong kolaborasi dan intervensi yang tepat sasaran.

Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Diah Anggraeni
TribunKaltim.co/Raynaldi Paskalis
PENCEGAHAN STUNTING - Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, Nurizky Permanajati saat ditemui usai kegiatan Musyawarah Daerah IV Koalisi Kependudukan Indonesia di Gedung Bangga Kencana, Kantor Perwakilan BKKBN Kaltim, Jalan MT Haryono, Samarinda, Jumat (16/5/2025). BKKBN menilai penurunan masih belum signifikan dan mendorong kolaborasi lintas sektor serta intervensi yang tepat sasaran untuk mencapai target WHO 14 persen.(TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Upaya penurunan angka stunting di Kalimantan Timur menunjukkan tren positif meski belum signifikan.

Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kaltim mengalami penurunan 0.7 persen, yakni dari 22,09 persen menjadi 22,02 persen.

Angka tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 14 persen.

Demikian yang disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Timur, Nurizky Permanajati usai Musyawarah Daerah (Musda) IV Koalisi Kependudukan Indonesia (KKI) di Gedung Bangga Kencana, Kantor Perwakilan BKKBN Kaltim, Jalan MT Haryono, Samarinda, Jumat (16/5/2025).

Baca juga: Wagub Seno Aji Optimistis Stunting di Kaltim Bisa Ditekan Secara Signifikan Tahun Depan

Menurut Nurizky, tantangan terbesar dalam menurunkan angka stunting di Kalimantan Timur terletak pada kondisi geografis wilayah yang luas dan banyaknya desa tertinggal, termasuk daerah-daerah pedalaman serta perbatasan yang belum sepenuhnya terjangkau program intervensi.

Ia menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif lintas sektor atau pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, media, dan perguruan tinggi.

"Kalau kita sudah bergerak bersama insya Allah bisa diturunkan," ungkapnya

Terkait jenis intervensi, Nurizky menjelaskan bahwa secara teori sudah diketahui bahwa penanganan stunting mencakup dua jenis pendekatan, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. 

Intervensi spesifik seperti pemberian makanan bergizi memang penting, namun intervensi sensitif justru memiliki dampak lebih besar dalam mencegah stunting.

"Akses air bersih, punya nggak dia, kemudian punya jamban nggak dia, minumnya gimana?,"jelasnya.

Baca juga: Pemdes Liang Ulu Kukar Fokus Tangani Stunting dan Dorong Realisasi Infrastruktur Jalan

Ia menyebutkan bahwa ada empat penyebab utama tingginya angka stunting di Indonesia.

Keempat penyebab tersebut meliputi kurangnya pemahaman terkait pola pengasuhan, keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan, minimnya ketersediaan makanan bergizi, serta sulitnya akses terhadap air bersih.

Sebagai upaya konkret, BKKBN melalui Kemendagri dan Kementerian PPN/Bappenas melakukan pendataan keluarga secara menyeluruh untuk mengidentifikasi keluarga yang berisiko stunting.

Data ini dikumpulkan dengan sangat detail, mencakup nama dan alamat, serta diperbarui secara berkala.

"Kita melakukan verifikasi dan validasi setiap tahunnya. Karena namanya tadi penduduk, pergeserannya sangat cepat dinamikanya. Hari ini ada, besok tiba-tiba sudah pindah," jelas Nurizky.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved