Berita Nasional Terkini

Respons Fadli Zon Usai Dikecam Soal Kasus Pemerkosaan 1998, 'Jangan Sampai Permalukan Nama Bangsa'

Fadli Zon akhirnya angkat bicara setelah menuai kritik dan kecaman terkait pernyataanya soal kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Christnina Maharani
Instagram/@fadlizon
FADLI ZON BICARA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon ketika memberikan sambutan dalam sebuah diskusi publik pada Kamis (12/6/2025). Ia akhirnya angkat bicara setelah menuai kritik dan kecaman terkait pernyataanya soal kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998. (Instagram/@fadlizon) 

"Bahkan liputan investigatif sebuah majalah terkemuka tak dapat mengungkap fakta-fakta kuat soal 'massal' ini," tulis Fadli Zon.

Baca juga: Fadli Zon Dikecam karena Sebut tak Ada Perkosaan Massal 1998, Laporan TGPF: 52 Orang Jadi Korban

Mengenai laporan resmi yang diungkapkan oleh TGPF, ia mengatakan bahwa data yang diberikan hanya berupa angka tanpa pendukung yang solid seperti nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian atau pelaku.

"Di sinilah perlu kehati-hatian dan ketelitian karena menyangkut kebenaran dan nama baik bangsa. Jangan sampai kita mempermalukan nama bangsa sendiri."

"Saya tentu mengutuk dan mengecam keras berbagai bentuk perundungan dan kekerasan seksual pada perempuan yang terjadi pada masa lalu dan bahkan masih terjadi hingga kini. Apa yang saya sampaikan tidak menegasikan berbagai kerugian ataupun menihilkan penderitaan korban yang terjadi dalam konteks huru hara 13-14 Mei 1998," imbuhnya.

Sementara itu, pernyataannya soal pemerkosaan massal pada wawancara bersama Uni Lubis saat itu secara spesifik menyoroti soal perlunya kehati-hatian akademik dalam penggunaan istilah "perkosaan massal".

Baginya, ini dapat memiliki implikasi serius terhadap karakter kolektif bangsa dan membutuhkan verifikasi berbasis fakta yang kuat.

"Penting untuk senantiasa berpegang pada bukti yang teruji secara hukum dan akademik, sebagaimana lazim dalam praktek historiografi. Apalagi menyangkut angka dan istilah yang masih problematik," terangnya.

Konteksnya, Fadli Zon menuturkan bahwa istilah 'massal' telah menjadi pokok perdebatan di kalangan akademik dan masyarakat selama lebih dari dua dekade.

Sehingga, tulisnya, sensitivitas seputar terminologi tersebut perlu dikelola dengan bijak dan empatik. 

Soal Penghilangan Narasi Perempuan dalam Buku Sejarah Indonesia 

Secara tegas, Fadli Zon menyampaikan bahwa tuduhan yang menyebutkan bahwa terdapat penghilangan narasi perempuan dalam buku Sejarah Indonesia adalah tidak benar.

"Justru sebaliknya, salah satu semangat utama penulisan buku ini adalah memperkuat dan menegaskan pengakuan terhadap peran dan kontribusi perempuan dalam sejarah perjuangan bangsa."

"Dalam perkembangan penulisan hingga Mei 2025, pembahasan mengenai gerakan, kontribusi, peran dan isu-isu perempuan telah diakomodasi secara substansial dalam struktur narasi sejarah," lanjutnya.

Terakhir, ia mengajak masyarakat agar terlibat dalam dialog secara sehat dan konstruktif sebagai bagian dari upaya membangun narasi sejarah Indonesia yang berkeadaban, berkeadilan, reflektif dan terus berkembang.

Baca juga: Fadli Zon Viral Usai Klaim Kasus Pemerkosaan Massal 1998 hanya Rumor, Ramai-ramai Dikecam Masyarakat

"Sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang tanggung jawab kita di masa kini dan masa depan. Karena itu, mari kita menjadikannya ruang bersama untuk membangun pembelajaran, empati dan kekuatan pemersatu," tutupnya.

Menurut pantauan TribunKaltim.co, masyarakat yang ikut berkomentar di unggahan tersebut masih menuntut agar Fadli Zon dapat meminta maaf dan menarik pernyataannya soal kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998. (*)

 

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WAFacebookX (Twitter)YouTubeThreadsTelegram

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved