Berita Nasional Terkini
Fadli Zon Sebut Pemerkosaan 1998 Tak Punya Data Akurat, TGPF: Identitas Korban Dilindungi Kode Etik
Fadli Zon sebut bahwa kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998 tak memiliki data yang akurat, TGPF ungkap identitas korban dilindungi kode etik.
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Christnina Maharani
"Atas nama rasa hormat dan kerahasiaan yang diminta oleh para korban dan saksi mata (cf. kode etik perlindungan), nama dan identitas rinci para korban tidak disebutkan," seperti dikutip dari lampiran TGPF.
Sebagai informasi, data yang dilampirkan memuat tentang lokasi pemerkosaan massal, modus operandi, informasi korban hingga daftar teror terhadap usaha pencarian fakta.
Baca juga: Fadli Zon Dikecam karena Sebut tak Ada Perkosaan Massal 1998, Laporan TGPF: 52 Orang Jadi Korban
Secara spesifik, TGPF menjelaskan bahwa begitu banyak kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual yang didapatkan melalui laporan dari korban, kerabat, kenalan hingga para saksi.
"Dua puluh (20) di antara mereka sudah meninggal, sedang kebanyakan lainnya berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang sangat berat."
"Jumlah total korban perkosaan dan pelecehan seksual massal yang melapor sampai 3 Juli 1998 adalah 168 orang (I52 dari Jakarta dan sekitarnya, 16 dari Solo, Medan, Palembang dan Surabaya," ungkap laporan TGPF.

TGPF menambahkan, jumlah tersebut bukanlah angka pasti keseluruhan korban, sebab daftar tersebut merupakan laporan yang didapatkan hingga 3 Juli 1998.
Bagi tim, statistik angka ini terlalu miskin untuk mengungkapkan peristiwa pemerkosaan massal yang telah terjadi.
"Angka-angka statistik yang sangat kering di atas hanyalah abstraksi numerical dari peristiwa yang sesunguhnya berisi rentetan teriakan bengis, ancaman
teror, penyiksaan dalam tindak perkosaan, cara mati yang tak terperikan,
darah yang membanjir, kehancuran tubuh dan harga diri, pembunuhan
masa depan dan harapan, serta kepedihan air mata, kesunyian dan isi
memori yang tak tertanggungkan," jelas TGPF.
Dokumentasi lampiran kasus pemerkosaan massal ini kemudian ditutup dengan sepatah kata dari Ita Fatia Nadia, Koordinator Divisi Kekerasan terhadap Perempuan yang kini masih menjadi aktivis dan sejarawan perempuan Indonesia.
Baca juga: 4 Kritik pada Fadli Zon Usai sebut tak Ada Perkosaan Massal 1998, Bambang Pacul: Jangan Sok Benar
"Kami serahkan ‘Dokumentasi’ ini kepada semua rekan warga masyarakat, pemerintah, ABRI, dan kepada anak-anak dari generasi yang akan tiba dalam sejarah kita."
"Agar kita semua mulai belajar kembali tentang perbedaan antara apa yang ‘beradab’ dan ‘biadab’. Agar anakanak Kita mulai belajar kembali tentang perbedaan antara apa yang ‘baik’ dan ‘tidak baik’ bagi hidup bersama," tutup Nadia. (*)
Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram
Dugaan Korupsi Pertamina, KPK Selidiki Proses Akuisisi Sumur Minyak di Gabon Afrika Tengah |
![]() |
---|
Kenangan Marsma Fajar Adriyanto, Aksi Heroik Sergap Jet Tempur AS di Insiden Bawean |
![]() |
---|
Kibarkan Bendera One Piece, Pemuda di Tuban Didatangi Polisi hingga Intel Kodim, Ngaku Cuma FOMO |
![]() |
---|
Sosok Yukihiro Nabae WNA Asal Jepang yang Tewas Tertimpa Truk, Dijuluki 'Sahabat Karawang' |
![]() |
---|
Akhirnya OJK Tinjau Ulang Kebijakan Pemblokiran Rekening Dormant, Beber Tujuan PPATK Sebenarnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.