Pembunuhan Sadis di Berau
Pembunuh Istri dan Anak di Berau Negatif Gangguan Jiwa, Julius Nekat Mau Habisi Diri di Polres Berau
Pembunuh istri dan anak di Berau, Kalimantan Timur negatif gangguan jiwa alias waras. Tersangka Julius (34) nekat mau habisi diri di Polres Berau.
Penulis: Kun | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Pembunuh istri dan anak di Berau, Kalimantan Timur negatif gangguan jiwa alias waras.
Belakangan diketahui, tersangka Julius (34) nekat mau habisi diri di Polres Berau.
Dari keterangan polisi terbaru, pelaku pembunuhan istri yang tengah hamil dan dua anak di Kampung Punan Mahakam, Kecamatan Segah, Julius (34) sempat melakukan percobaan bunuh diri.
Humas RSUD Abdul Rivai, Dani Apriat Maja mengatakan bahwa pihaknya telah mengobati luka di kepala Julius yang robek akibat melakukan percobaan bunuh diri.
Baca juga: Usai Pembunuhan Sadis di Samarinda, Suami Bunuh Istri Hamil dan 2 Anak di Berau, Sorotan Psikolog
Negatif Gangguan Jiwa
Ia menegaskan, tindakan medis yang dilakukan pihak RSUD Abdul Rivai kepada Julius, bukan hanya pemeriksaan jiwa, melainkan pengobatan bedah di kepala Julius.
“Iya sempat kami terima di IGD, dari Polres Berau mengatakan ada percobaan bunuh diri. Kepalanya sudah diperban, dan ditangani,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Rabu (13/8/2025).
Rekam medis dari Julius juga dikatakan negatif gangguan jiwa.
“Pengobatan juga telah dilakukan secara paralel untuk luka dan kejiwaannya. Saat ini sudah kami pulangkan ke Polres Berau,” terangnya.
Tersangka Benturkan Kepala ke Tembok
Sementara itu, Humas Polres Berau, AKP Ngatijan mengatakan bahwa benar ada percobaan bunuh diri yang dilakukan Julius.
Adapun video yang beredar saat Julius mengatakan tentang anime One Piece, di dalam mobil, dari potongan gambar tersebut, kondisi Julius tampak baik.
Video tersebut diambil dalam prosesi perjalanan dari Kampung Punan Mahakam ke Tanjung Redeb.
Ngatijan lalu mengatakan Julius melakukan percobaan bunuh diri saat berada di Polres Berau.
“Pelaku melakukan usaha bunuh diri saat di Polres Berau. Dia membenturkan kepalanya di pinggiran tembok dan lukanya cukup parah,” tegasnya.
Motif Pembunuhan Belum Diketahui
Menurut Ngatijan, Julius melakukan hal tersebut lantaran dihantui rasa ketakutan yang mendalam.
Kemudian, Ngatijan belum dapat memberitahu motif asli pembunuhan yang dilakukan Julius. Lantaran, Julius baru memulai pemeriksaan lanjutan.
Adapun saksi yang telah diperiksa yakni pelapor atau Mertua pelaku dan Bibi dari Pelaku.
“Akan ada pemeriksaan lanjutan dan olah TKP,” tutupnya.
Baca juga: Pembunuh Istri Hamil dan 2 Anak di Berau Mengaku Dimarahi One Piece, Warga Kampung Minta Keadilan
Analisa Psikolog Kaltim
Dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Kalimantan Timur diguncang dua tragedi kemanusiaan, dua ayah kandung tega menghabisi nyawa anak mereka sendiri.
Kasus di Samarinda dan Berau menjadi alarm keras tentang bahaya tekanan psikologis yang tak tertangani.
Ketua Ikatan Psikologi Klinis Kaltim mengungkap faktor-faktor pemicu, mulai dari stres ekonomi hingga gangguan mental berat akibat konflik keluarga dan penyalahgunaan zat berbahaya atau narkoba.
Banyaknya anggota keluarga yang dibunuh oleh orang tuanya sendiri dengan sadis terutama selama bulan Juli dan Agustus 2025.
Sebut saja di Kota Samarinda pada 25 Juli lalu, seorang ayah kandung tega menghabiskan nyawa dua anaknya yang masih berusia 4 dan 2 tahun.
Sedangkan di Kabupaten Berau pada Minggu, (10/8) Ayah Kandung tega habisnya 3 orang sekaligus, Yaitu istri dan dua anaknya.
Baca juga: Fakta-Fakta Pembunuhan Tragis Istri dan Anak di Berau: Hukuman Mati hingga Motif Misterius One Piece
Ketua Ikatan Psikologi Klinis (IPK) HIMPSI Kaltim, Ayunda Ramadhani, menjelaskan fenomena kasus pembunuhan tersebut sudah lama terjadi.
Ia menjelaskan hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dialami pelaku mulai tekanan ekonomi, konflik dalam rumah tangga, serta penyalahgunaan zat atau obat-obatan terlarang.
Faktor-faktor tersebut kata dia, jika tidak diiringi dengan pengelolaan konflik yang efektif maka mucul masalah besar dalam keluarga.
"Sehingga mereka rentan sekali melakukan pelampiasan kepada anak-anak. Yang notabene ini posisi anak-anak lebih lemah yang kita ketahui mereka jarang untuk melawan," katanya.
Lebih lanjut, masalah yang menumpuk yang dialami pelaku, menimbulkan frustrasi, sehingga emosi tak bisa terkontrol atau kurangnya kematangan dalam pengelolaan emosi hal ini membuat pelaku berperilaku agresif.
"Salah satu bentuk perilaku agresifnya adalah hingga melakukan pembunuhan. kerasan gitu ya, hingga sampai terjadinya pembunuhan," katanya.
Faktor lain kata dia soal Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang melakukan tindak kejahatan, termasuk pembunuhan.
Baca juga: Pembunuhan Sadis Istri dan 2 Anak di Berau, Warga Minta Pelaku Dihukum Mati
Namun, hal ini perlu dilakukan pemeriksaan kejiwaan di RS.
"Nah gangguan kejiwaan ini sendiri kan akibat adanya permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi lama dan mereka tidak bisa mengatasikan. Sehingga ini mengganggu kondisi psikis mereka yang dalam jangka lama tidak mendapatkan bantuan atau penangan mereka rentan sekali menyebabkan gangguan kejiwaan yang lebih berat,"
"Kalau sudah gangguan kejiwaan ini kan maka ada halusinasi di situ ya kan. Ada halusinasi yang mengatakan bahwa anakmu sakiti dan akhirnya melakukan perilaku membunuh," lanjutnya.
Namun, gangguan kejiwaan ini, ia menegaskan tidak datang tiba-tiba sebenarnya.
Tapi dia dipicu oleh banyaknya kejadian-kejadian, konflik yang tidak terselesaikan yang membuat banyak frustrasi, sehingga itu mengganggu psikologisnya.
"Kan nggak ada seorang ayah normal, sehat, mental, tiba-tiba bunuh anaknya. kan nggak ada. Nggak mungkin kan itu. Nggak mungkin hari ini lagi ketawa-ketawa, senang-senang, besoknya tiba-tiba dibunuh, ya kan nggak ada," ujarnya.
Dan faktor lain bisa juga karena adanya penyalahgunaan zat. Penyalahgunaan zat ini meliputi minuman keras, kemudian zat berbahaya seperti obat-obatan terlarang.
"Nah, itu adalah menjadi faktor seseorang itu bisa melakukan tindak kejahatan pembunuhan," katanya.
Baca juga: Motif Pembunuh Istri dan 2 Anak di Berau, Sebut One Piece Berkali-kali, Polisi Dibuat Sakit Kepala
Dosen Prodi Psikologi Unmul itu berharap agar masyarakat saling peka terhadap kondisi atau keadaan keluarga disekitar supaya kejadian serupa tak terulang kembali.
"Yang paling penting adalah rasa saling menjaga dan saling peduli karena dari kepedulian kita akhirnya kita bisa menyelamatkan banyak nyawa terus membantu di sekitar kita dan Jangan takut melapor ke pihak berwajib bila terjadi sesuatu yang mencurigakan," pungkasnya.
Kasus Pembunuhan di Samarinda
Seorang ayah berinisial WA (24) mencekik dua anak balitanya (2 dan 4 tahun) di rumah mereka pada Jumat, 25 Juli 2025.
Aksi ini diduga terencana dan dipicu karena konflik rumah tangga serta permintaan cerai dari sang istri.
Pelaku kini ditahan dan dijerat dengan pasal pembunuhan berencana, dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup.
Kasus Pembunuhan di Berau
Pada Minggu pagi, 10 Agustus 2025, seorang suami berinisial JL (34) membunuh istri yang sedang hamil 6 bulan dan dua anak remajanya dengan parang di Kampung Punan Mahakam, Segah, Berau.
Pelaku dilaporkan mengalami konflik rumah tangga dan kini tidak dapat dimintai keterangan karena diduga mengalami depresi—sedang menjalani pemeriksaan kejiwaan. (TribunKaltim.co/Gregorius Agung Salmon/RenataAndini)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.