Arsitektur Polnes Samarinda Perkuat Hilirisasi dan Integrasi Kurikulum

Ringkasan Berita:

• Arsitektur Polnes Samarinda gelar FGD bahas hilirisasi dan integrasi kurikulum vokasi.
• Narasumber dari akademisi dan industri soroti regulasi baru serta penguatan Teaching Factory.
• Polnes berkomitmen tingkatkan kualitas lulusan adaptif dan kompetitif di era pembangunan IKN.

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Program Studi Arsitektur Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) menegaskan komitmennya memperkuat hilirisasi dan integrasi kurikulum vokasi agar semakin relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Upaya ini dilakukan melalui penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Rencana Hilirisasi dan Integrasi Kurikulum” yang digelar pada 2 November 2025 di Gedung Grha Inkindo Samarinda.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri Vokasi (PRPTNV) 2025, yang bertujuan menyiapkan lulusan vokasi lebih adaptif menghadapi dinamika industri dan kebijakan pendidikan terbaru.

FGD menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi dan industri, antara lain Ir. Pandu K. Utomo, S.T., M.Sc., IPM, Ketua Program Studi Arsitektur Universitas Mulawarman, serta Ar. Joko Prasetiyo, S.T., M.Ars., IAI dari PT Mayaloka Studio.

Baca juga: Prodi Arsitektur Bangunan Gedung Polnes Gandeng Industri Melalui TEFA Innovarchie

Dalam pemaparannya, Pandu menyoroti perubahan regulasi nasional yang mengatur penjaminan mutu pendidikan tinggi.

Ia menjelaskan bahwa Permendikbudristek Nomor 53 Tahun 2023 telah digantikan oleh Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025 sejak 2 September 2025.

Regulasi baru ini menekankan pentingnya daya saing global melalui akreditasi internasional, rekognisi pembelajaran lampau (RPL), serta penerapan micro-credentials dalam sistem pembelajaran.

Menurut Pandu, perubahan ini menuntut perguruan tinggi vokasi seperti Polnes untuk menyesuaikan kurikulum agar lulusan lebih fleksibel, inovatif, dan siap bersaing di era industri digital.

Baca juga: Polnes Gelar Workshop Technical Skill untuk Dosen dan Mahasiswa di Program Revitalisasi Vokasi

Sementara itu, Joko Prasetiyo menekankan pentingnya penguatan Teaching Factory (Tefa) sebagai jembatan antara teori dan praktik di dunia kerja.

Ia menyebut kolaborasi antara dosen dan praktisi arsitektur penting agar mahasiswa memiliki pengalaman langsung menghasilkan karya yang berdampak bagi masyarakat.

“Teaching Factory menjadi ruang strategis untuk memastikan mahasiswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memiliki portofolio nyata sejak masa kuliah,” jelasnya.

Diskusi berlangsung produktif dengan melibatkan pimpinan program studi, dosen, serta perwakilan dunia usaha dan industri (DUDI).

Baca juga: Polnes Hadirkan Sentuhan Neo-Vernakular di Redesain Kantor Kelurahan Masjid Samarinda

Para peserta menyampaikan gagasan dan rekomendasi untuk penyempurnaan kurikulum yang lebih kontekstual, relevan dengan perkembangan teknologi, serta mendukung pembangunan di Kalimantan Timur sebagai kawasan strategis Ibu Kota Nusantara (IKN).

Melalui kegiatan ini, Polnes menegaskan keseriusannya membangun ekosistem pendidikan vokasi yang berorientasi pada kinerja, kreativitas, dan keberlanjutan.

Dengan hilirisasi dan integrasi kurikulum yang kuat, lulusan Arsitektur Polnes diharapkan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional, sekaligus berkontribusi nyata dalam pembangunan daerah dan IKN. (*)