Breaking News

Berita Samarinda Terkini

Setahun Terperangkap Lautan Lumpur Samarinda, Warga Menanti Solusi 

Sudah setahun lamanya, warga RT 27 Kelurahan Tanah Merah, Samarinda Utara Kota Samarinda

Penulis: Gregorius Agung Salmon | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/GREGORIUS SALMON
LONGSOR DI SAMARINDA - Sudah setahun lamanya, warga RT 27 Kelurahan Tanah Merah, Samarinda Utara Kota Samarinda, keluhakan badai lumpur yang menghantui runah hingga kebun mereka.  

Ringkasan Berita:
  • Warga RT 27 Tanah Merah, mengeluhkan badai lumpur yang menghantui rumah dan kebun;
  • Lumpur masuk ke dalam rumah hingga mencapai ketebalan sekitar 1 sentimeter;
  • Banjir lumpur terjadi sangat sering, yaitu empat hingga lima kali seminggu.

 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Sudah setahun lamanya, warga RT 27 Kelurahan Tanah Merah, Samarinda Utara Kota Samarinda, keluhakan badai lumpur yang menghantui runah hingga kebun mereka. 

Setiap hujan turun, lumpur bagaikan tamu tanpa diundang hingga menjadi lautan lumpur pekat setinggi kurang lebih 1 centimeter didalam kediaman mereka. 

Lumpur itu bukan hanya mengancam rumah kayu atau benton tetapi juga mengancam seluruh perabotan rumah menjadi rusak hingga tak bisa terpakai.

Itulah kehidupan yang dialami oleh Murni (53), seorang ibu rumah tangga warga RT 27, Kelurahan Tanah Merah, yang kini dihidup dan keluarganya berubah menjadi drama bencana yang berulang dan tak kunjung usai. 

Baca juga: Dinding Kamar Mandi Dihantam Longsor, Satu Santriwati Pesantren di Bandung Barat Tewas Saat Berwudu

"Sudah setahun ini lebih parah, Pak," tutur Murni dengan suara parau, menunjuk bekas-bekas lumpur yang mengotori setiap sudut rumah hingga perabotan rumahnya. 

"Dulu memang banjir, tapi enggak separah ini. Sekarang, hujan sebentar saja, lumpur langsung masuk." Ungkapnya.

Nestapa Murni semakin mendalam karena ia kini harus berjuang sendirian. Suaminya terbaring hingga bantuan kursi roda yang tak berdaya, lumpuh setelah menjadi korban tabrak pemotor.

Pria yang dulunya menjadi tulang punggung keluarga itu kini hanya bisa terdiam, menyaksikan rumahnya yang setiap kali lumpur masuk rumah beton itu.

"Suami sudah enggak bisa kerja. Rumah hancur. Aku enggak tahu sudah mau berbuat apa lagi," ucapnya, sambil usapi air matanya.

Kata dia, sejak banjir lumpur itu, pagar samping rumah yang sebelumnya tinggi setengah meter, sudah ditambah tinggikan jadi satu meter lebih.

Namun lumpur punya jalan lain masuk kerumah itu dengan lewat pagar depan hingga mengepung rumahnya. 

Banjir lumpur itu membuat perabotan rumah miliknya satu per satu tumbang. Mulai dari Kompor gas, Kulkas dua kali diservis, akhirnya mati total. Barang-barang elektronik lain bernasib serupa. 

Murni, kini hanya mencuci pakaian dengan tangan, mengucek satu per satu karena tak punya uang untuk membeli mesin cuci baru. 

Murni bilang, banjir itu membuat Ia dan suaminya tak bisa tidur nyenyak apalagi waktu malam hari.

Baca juga: 7 Daerah di Kalimantan Timur yang Paling Banyak Mengalami Longsor Tahun 2024

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved