Berita Nasional Terkini

Rp200 Triliun Diguyur ke Perbankan, Purbaya: Dampaknya akan Terlihat dalam 1-2 Bulan

Rp200 triliun diguyur ke perbankan, Purbaya: Dampaknya akan terlihat dalam 1-2 bulan.

Tribunnews/Taufik Ismail
MENKEU PURBAYA- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat ditemui usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, (10/9/2025). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengambil langkah untuk menyeimbangkan peran pemerintah dan swasta dalam menggerakkan ekonomi Indonesia.(Tribunnews/Taufik Ismail) 

Purbaya memaparkan data yang mendukung penilaiannya:

  • Pertumbuhan uang beredar (M0) rata-rata hanya tumbuh 7 persen, bahkan sempat mendekati 0 persen.
  • Pertumbuhan kredit perbankan di bawah 10 persen.
  • Rasio utang pemerintah melonjak menjadi 34,31 persen dari PDB, lebih tinggi dibanding era SBY yang 31,65 persen.

"Dia (pemerintah) bangun infrastruktur sebanyak apapun hanya menggerakkan government sector, private sector-nya lambat atau berhenti," ujar Purbaya.

Ia menyimpulkan, kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi sulit melampaui angka 5 persen.

Dana Mengendap dan Likuiditas Mengering

Selain ketidakseimbangan peran sektor, Purbaya juga mengkritik praktik pemerintah yang menyimpan dana dalam jumlah besar di Bank Indonesia (BI), bahkan mencapai Rp 800 triliun.

Padahal, dana tersebut berasal dari utang dengan bunga sekitar 7 persen.

"Itu efisien atau enggak? Saya enggak tahu. Tapi dari situ aja ada pemborosan," kata Purbaya.

Ia juga menyoroti kebijakan BI yang ikut "mengeringkan" likuiditas di sistem finansial, salah satunya melalui penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Menurutnya, kolaborasi dua otoritas ini—pemerintah dan BI—menyebabkan perlambatan ekonomi.

"Akibatnya tadi, ekonomi melambat dan kita susah," tambahnya.

Baca juga: Tepatkah Menkeu Purbaya Gelontorkan Rp200 Triliun ke Himbara, Ini Analisis Pengamat Ekonomi

"Jebakan Ekonomi" dan Langkah Perbaikan

Purbaya memperingatkan bahwa jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, Indonesia bisa terperosok dalam "jebakan ekonomi" yang membahayakan.

"Ketika ekonomi memburuk, banyak pemecatan-pemecatan pegawai kan pasti, rakyat hidupnya makin susah dan kita enggak peduli waktu itu, turunlah ke jalan masyarakat kita. Itu expected untuk saya. Jadi kita sedang dibunuh. Kalau ekonomi seperti saya ngelihatnya itu ini jebakan ekonomi, tinggal tunggu jatuhnya kalau enggak cepat-cepat diperbaiki," ungkapnya.

Untuk mengatasi masalah ini, Purbaya telah mengambil langkah konkret.

Ia memindahkan dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun dari BI ke perbankan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved