Program Makan Bergizi Gratis
Evaluasi Kasus Keracunan, BGN Hormati Keputusan Anak Tak Mau Makan MBG karena Trauma
Evaluasi kasus keracunan, BGN hormati keputusan anak tak mau makan MBG sementara waktu karena trauma.
TRIBUNKALTIM.CO – Evaluasi kasus keracunan, BGN hormati keputusan anak tak mau makan MBG sementara waktu karena trauma.
Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa setiap kasus keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan ditindaklanjuti dengan evaluasi menyeluruh.
Program Makan Bergizi Gratis adalah inisiatif nasional yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Program ini merupakan bagian dari visi besar menuju Indonesia Emas 2045, dengan fokus pada pembangunan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Baca juga: Temuan Food Tray Non Halal dalam Program MBG, DPR Minta Audit dan Ganti Produk
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyampaikan bahwa perhatian khusus juga diberikan kepada anak-anak yang mengalami trauma akibat insiden tersebut.
“Untuk trauma-trauma yang terjadi, termasuk juga penghentian sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG yang mengalami kejadian adalah bagian dari evaluasi kami setiap kali ada SPPG yang mengalami kejadian,” ujar Dadan, Senin (22/9/2025).
Ia menjelaskan bahwa penghentian sementara operasional SPPG dilakukan untuk memberi ruang bagi proses analisis dan pemulihan, termasuk pendampingan psikologis bagi anak-anak terdampak.
“Maka kami minta setop untuk beroperasi sambil melakukan evaluasi, analisis, termasuk bagaimana membuat recovery terhadap anak yang trauma,” lanjutnya.
Respons terhadap Anak yang Enggan Konsumsi Makanan MBG
Dadan juga menekankan bahwa BGN menghormati keputusan anak-anak yang memilih untuk sementara waktu tidak mengonsumsi makanan dari program MBG pasca insiden.
“Bagi anak yang tidak ingin menerima untuk sementara waktu, kita harus hormati,” ujarnya.
Namun, ia mencatat bahwa mayoritas anak yang sempat terdampak justru menunjukkan keinginan untuk kembali mengikuti program.
Baca juga: Besaran Uang Operasional Kader Posyandu Pengantar MBG, Bisa Raup Rp400 Ribu per Bulan
“Banyak kasus kejadian anak-anak itu ingin kembali mengonsumsi makanan-makanan berikutnya,” tambahnya.
Menurut Dadan, hanya sebagian kecil anak yang mengalami trauma berkepanjangan. Sebagian besar anak-anak yang sempat terlibat dalam insiden keracunan telah kembali mengikuti program MBG dengan antusias.
“Jadi hanya sebagian kecil yang mengalami trauma, tapi sebagian besar mereka kembali mengonsumsi makanan-makanan berikutnya,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.