Berita Nasional Terkini
Projo Dekati Gerindra, Pengamat Nilai Strategi Politik Jokowi untuk Pantau Arah Partai Prabowo
Langkah Relawan Projo yang menyatakan siap bergabung dengan Partai Gerindra dan mengganti logo organisasi dinilai bukan sekadar perubahan simbolik.
Ringkasan Berita:
- Analis politik Hendri Satrio menilai langkah Projo mendekat ke Partai Gerindra dan mengganti logo adalah strategi Jokowi untuk “menyusupkan pengaruhnya” ke partai Prabowo Subianto.
- Projo membantah isu putus hubungan dengan Jokowi, menegaskan kedekatan dengan Presiden ke-7 RI itu tetap terjalin meski kini juga mendukung Prabowo.
- Ketua Umum Projo Budi Arie menegaskan transformasi organisasi bukan bentuk perpisahan dengan Jokowi, melainkan perluasan peran agar tak terikat satu figur politik.
TRIBUNKALTIM.CO - Langkah Relawan Projo yang menyatakan siap bergabung dengan Partai Gerindra dan mengganti logo organisasi dinilai bukan sekadar perubahan simbolik.
Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai, langkah itu bisa menjadi bagian dari strategi politik Presiden ke-7 Joko Widodo untuk tetap menjaga pengaruhnya di lingkar kekuasaan pemerintahan Prabowo Subianto.
Projo, yang selama ini dikenal sebagai barisan loyalis Jokowi, disebut tengah memainkan manuver halus menjelang peta politik 2029.
Projo adalah organisasi relawan yang awalnya mendukung Presiden Joko Widodo, namun kini telah beralih mendukung Presiden Prabowo Subianto.
Baca juga: Dekati Prabowo, Projo Bantah Hubungan dengan Jokowi Berakhir
Strategi tersebut kata dia, untuk menyusupkan pengaruh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ke Gerindra.
"Menurut saya, itu sangat mungkin adalah strategi Jokowi juga untuk menyusupkan Projo ke Gerindra, supaya Jokowi juga memahami arah dan strategi Gerindra mau apa ke depan," ujar Hensa, Selasa (4/11/2025).
Hensa menjelaskan, bisa jadi langkah tersebut merupakan strategi di depan publik di mana Projo tampak berpisah dari Jokowi.
Namun, ia mengingatkan catatan sejarah Projo yang pernah 'ngambek' dan mengancam bubar, tapi akhirnya selamat karena Ketua Umum Budi Arie Setiadi diangkat jadi Wakil Menteri Desa saat itu.
"Orang mungkin pikir Projo lagi ngambek. Menurut saya nggak, pasti orang-orang Projo tahu bahwa mereka harus berterima kasih pada Jokowi," tambahnya.
Hensa pun mengingatkan publik soal kepiawaian Jokowi dikenal dalam manuver politik, sehingga ia pun menilai hal itu murni strategi.
"Bisa jadi seolah-olah dibuat mereka berpisah. Padahal itu adalah sebuah strategi untuk memperkuat ide Jokowi sebelumnya, Prabowo-Gibran 2 periode," kata Hensa.
Baca juga: Respons Budi Arie soal Projo Disebut Putus Hubungan dengan Jokowi
Menurutnya, Projo sengaja disusupkan untuk memengaruhi keputusan internal Gerindra, sekaligus memantau strategi Prabowo Subianto dan partainya dalam dua periode ke depan.
"Hati-hati buat Gerindra. Ini bisa jadi Projo adalah kuda Troya-nya Jokowi buat Gerindra yang sengaja disusupkan supaya keinginan Jokowi soal Prabowo-Gibran 2 periode itu benar-benar terjadi," tegas Hensa.
Ia juga menyinggung munculnya pesaing Gibran Rakabuming Raka, seperti Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa popularitasnya kian meroket karena kinerjanya.
"Apalagi sekarang Gibran punya pesaing yang namanya Purbaya. Untuk mengantisipasi itu, makanya Projo bisa jadi membuat manuver itu," katanya.
Perubahan logo Projo, yang direncanakan akan diubah menjadi semut yang melambangkan rakyat kecil, dinilai Hensa sebagai bagian dari drama atau pertunjukkan politik.
"Menjadi Gajah vs Semut itu tandanya sudah terbaca seolah-olah berpisah, padahal politik yang sesungguhnya itu tidak mungkin di permukaan atau terlihat, kalau yang terjadi di depan itu namanya drama atau pertunjukkan politik," pungkasnya.
Baca juga: Respons Jokowi Soal Siluet Wajahnya Dihapus dari Logo Projo, Beri Perintah Khusus untuk Relawan
Bantah Hubungan dengan Jokowi Berakhir
Dekati Presiden Prabowo Subianto, Wakil Ketua Umum Projo, Freddy Alex Damanik bantah hubungan dengan Jokowi berakhir, Senin (3/11/2025).
Freddy Alex Damanik, membantah anggapan bahwa kedekatan organisasi relawan tersebut dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) telah berakhir dan kini beralih mendukung Prabowo Subianto.
Menurutnya, isu tersebut tidak benar dan hanya framing yang menyesatkan.
“Tidak, tidak benar. Jangan kita di-framing seolah-olah kita sudah tidak dengan Pak Jokowi, bukan seperti itu,” ujar Freddy dalam sebuah tayangan yang dikutip, Senin (3/11/2025).
Baca juga: Respons Budi Arie soal Projo Disebut Putus Hubungan dengan Jokowi
Projo dikenal sebagai salah satu kelompok relawan paling loyal kepada Jokowi sejak Pilpres 2014.
Seiring waktu, organisasi ini berkembang menjadi ormas dengan basis politik yang lebih luas.
Freddy menegaskan, sejak awal Projo memang bergerak bersama Jokowi, dan dalam perjalanannya juga mendukung Prabowo.
Hal ini, menurutnya, merupakan bagian dari dinamika politik yang wajar.
Transformasi dan Perubahan Logo
Eksistensi Projo kembali menjadi sorotan setelah Kongres III digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Selatan.
Salah satu agenda penting dalam kongres tersebut adalah pembahasan perubahan logo organisasi.
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, menyebut langkah ini sebagai bentuk transformasi organisasi sekaligus penegasan bahwa Projo tidak lagi berfokus pada figur tertentu.
Baca juga: Respons Jokowi Soal Siluet Wajahnya Dihapus dari Logo Projo, Beri Perintah Khusus untuk Relawan
Freddy menambahkan, transformasi ini juga menyangkut penegasan identitas nama Projo.
“Sejak 2014, berdasarkan AD/ART, nama organisasi ini memang Projo, bukan akronim Pro Jokowi. Sebutan Pro Jokowi itu bagian dari sejarah,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kata Projo memiliki makna lebih luas, yakni merujuk pada negeri dan rakyat, orang-orang yang mencintai bangsa dan masyarakatnya.
Meski sudah diputuskan tidak lagi menggunakan wajah Jokowi, Freddy mengakui hingga kini belum ada logo baru yang resmi dipilih sebagai pengganti.
“Untuk namanya tetap Projo. Kalau orang Manado bilang, Prabowo Jo…,” ujarnya sambil berkelakar.
Dengan penegasan ini, Projo ingin menunjukkan bahwa transformasi yang dilakukan bukan berarti memutus hubungan dengan Jokowi, melainkan memperluas peran organisasi agar tidak terikat pada satu figur politik semata.
Tanggapan Budi Arie
Budi Arie menegaskan bahwa nama organisasi relawan Projo tidak dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan terhadap individu tertentu.
Ia menjelaskan sejak didirikan pada tahun 2013, Projo tidak memiliki kaitan langsung dengan nama seorang tokoh mana pun.
Meski selama ini publik mengenal Projo sebagai singkatan dari Pro-Jokowi atau Pro-Joko Widodo, Budi Arie membantah anggapan tersebut.
Baca juga: Budi Arie Resmi Gabung Gerindra, Pengamat: Tanda Projo tak Lagi Pro Jokowi
“Projo tidak punya kepanjangan apa pun. Hanya saja teman-teman media dulu menyebutnya Pro-Jokowi karena lebih mudah diucapkan,” jelasnya, Sabtu (1/11/2025).
Mantan Menteri Koperasi RI itu kemudian menerangkan bahwa kata Projo berasal dari bahasa Sanskerta dan Jawa Kawi, yang berarti “negeri” dan “rakyat.”
“Dalam bahasa Sanskerta, Projo berarti negeri, sementara dalam Jawa Kawi artinya rakyat,” ujarnya.
Berdasarkan makna tersebut, Budi Arie menekankan bahwa seluruh kader Projo merupakan kelompok yang mencintai negeri dan rakyatnya, bukan individu tertentu sebagaimana yang kerap diasosiasikan sebelumnya.
“Kaum Projo adalah mereka yang mencintai negara dan rakyatnya,” tegasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Projo Bantah Romantisme dengan Jokowi Berakhir Lalu Balik Badan ke Prabowo: Jangan Framing Kami dan Manuver Projo Ingin Merapat ke Gerindra, Pengamat: Strateginya Jokowi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251103_KONGRES-lll-PROJO.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.