Breaking News

Berita Viral

7 Fakta Kasus Guru Tampar Siswa di Subang Viral, Dedi Mulyadi Turun Tangan dan Siapkan Pengacara

Kasus guru tampar siswa di Subang, Jawa Barat mengguncang publik setelah video perselisihan antara seorang guru dan orang tua siswa viral di medsos

Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL
GURU TAMPAR SISWA - Tangkap layar Gubernur Dedi Mulyadi (kiri) saat temui Rana Setiaputra (kanan) Seorang guru di SMP Negeri 2 Jalancagak, Subang diduga menampar siswanya usai upacara bendera, Senin (3/11/2025). Gubernur Jabar KDM turun tangan (Youtube KANG DEDI MULYADI CHANNEL) 

Guru tersebut dengan tegas menantang orang tua siswa untuk melaporkannya kepada Dedi Mulyadi.

“Laporin saja ke Pak Dedi Mulyadi, saya tunggu,” ujar Rana dalam rekaman itu.

3. Kronologi Versi Sekolah

Pihak sekolah melalui Yaumi Basuki menegaskan bahwa tindakan Rana bukan bentuk kekerasan, melainkan upaya penegakan disiplin yang mungkin dilakukan secara keliru.

 “Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik,” ujar Yaumi.

Ia menambahkan, pihak sekolah segera menggelar mediasi pada Selasa, 4 November 2025, yang dihadiri guru, orang tua siswa, dan pihak sekolah.

Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak sepakat saling memaafkan dan menganggap masalah telah selesai.

Namun, setelah mediasi, orang tua ZR tetap memilih memviralkan kejadian tersebut di media sosial. Yaumi mengakui bahwa sekolah tidak bisa melarang tindakan itu.

“Kami tidak bisa melarang, itu hak beliau. Tapi pada hari Selasa masalah sebenarnya sudah selesai dan sudah ada kata maaf,” ujarnya.

4. Kronologi Versi Guru

Dalam pertemuan dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, guru Rana Saputra menjelaskan alasan di balik tindakannya.

Ia mengaku bahwa ZR bukan pertama kali melanggar tata tertib sekolah.

“Dia (ZR) pelanggarannya merokok, kemudian berkelahi, mengganggu kelas yang lain, dan terakhir loncat dari pagar,” jelas Rana.

Menurutnya, tamparan itu dilakukan sebagai bentuk teguran ringan, bukan kekerasan.

Namun, ia juga mengakui bahwa tindakannya mungkin tidak tepat secara etika pendidikan.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved