Berita Samarinda Terkini
Reaksi DPRD Samarinda soal Stiker Tulisan Keluarga Miskin Picu Kemunduran Penerima Bansos
Sri Puji Astuti, menyatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi adanya penolakan serupa di Samarinda.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Budi Susilo
Ringkasan Berita:
- DPRD mendukung kebijakan penempelan stiker sebagai bentuk transparansi;
- Pengunduran diri penerima bansos karena rasa malu dipandang jadi hal positif;
- Kemandirian bisa mengurangi beban APBD Samarinda, misalnya untuk pembayaran BPJS Kesehatan atau bantuan sosial lainnya.
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA — Belakangan ini ramai pemberitaan terkait banyaknya keluarga yang memilih mundur sebagai penerima bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) setelah rumah mereka akan ditempeli stiker bertuliskan “Keluarga Miskin.”
Kebijakan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelaksanaan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2025 tentang Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) yang menekankan pentingnya penyatuan data sosial ekonomi agar penyaluran bansos lebih akurat dan akuntabel.
Menanggapi fenomena tersebut, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menyatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan resmi adanya penolakan serupa di Samarinda.
“Saya belum mendapat kabar kalau di Kota Samarinda, tapi memang itu pernah jadi wacana di Samarinda sebelumnya. Tapi memang banyak yang menolak,” ujar Puji.
Baca juga: PBNU Beri Respons Syarat Vasektomi untuk Penerima Bansos: Menyedihkan, Orang Miskin Dimandulkan
Menurutnya, kondisi sosial ekonomi warga yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sering kali tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.
Ia menilai, banyak penerima bantuan yang secara kasat mata tidak termasuk kategori miskin di Kota Samarinda.
Misalnya, warga terdaftar sebagai penerima bantuan, padahal memiliki aset di luar daerah
Ada yang memang rumahnya ngontrak, tapi punya banyak motor, punya televisi, punya wifi dan lain sebagainya.
Ada yang setiap tahun bisa pulang kampung dan mereka di sana punya rumah, punya mobil, punya sawah.
"Tapi di sini terdata sebagai warga miskin. Ini kan juga jadi bahan pertanyaan,” tambahnya.
Politisi perempuan tersebut menilai, akar persoalan sebenarnya terletak pada ketidakakuratan data kemiskinan yang belum pernah diperbarui secara komprehensif.
“Ini nanti wajib kita atensikan, karena pendataan itu memang belum pernah dapat pendataan akurat. Bahkan dari BPS sendiri pun datanya bisa tidak akurat,” katanya.
DPRD Dukung Penempelan Stiker
Meski demikian, Puji menyatakan dukungan terhadap kebijakan penempelan stiker sebagai salah satu bentuk transparansi publik, asalkan disertai klasifikasi kemiskinan yang jelas.
Menurutnya, perlu ada kejelasan mengenai kategori penerima bansos berdasarkan desil kemiskinan agar program pemerintah benar-benar tepat sasaran.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251109_Stiker-Orang-Miskin-di-Samarinda.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.