Berita Samarinda Terkini
Alasan Wanita Jakarta Mau jadi Guru di Sekolah Rakyat Samarinda, Kini Curhat Susah Air
Salsa Bila Maharani, Wakil Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda, merasakan pengalaman luar biasa.
Penulis: Raynaldi Paskalis | Editor: Budi Susilo
Siswa SMA yang terbiasa bekerja di lapangan cenderung kurang bersemangat dalam pembelajaran di kelas. Mereka mudah merasa bosan dan ingin segera keluar.
Untuk mengatasinya, Salsa menciptakan media pengajaran yang menarik dan menyenangkan.
Ia terus memotivasi agar siswa tidak terjebak pada pemikiran langsung bekerja tanpa pendidikan yang cukup.
Bahkan ada siswa yang pernah bekerja sebagai kuli pertambangan dan sudah merasakan menghasilkan uang banyak.
"Saya pernah bahkan jadi kuli. Nah itu saya udah megang uang banyak bu," cerita salah satu muridnya.
Meski begitu, siswa tersebut tetap memilih kembali bersekolah. Salsa melihat ini sebagai tanda semangat belajar yang patut diapresiasi.
Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi alasan utama Salsa rela mengajar jauh dari domisili.
Baca juga: Samarinda Bangun Sekolah Rakyat Terintegrasi Mulai Desember, Nilainya Rp250 Miliar
Program ini menyasar siswa dari keluarga kurang mampu, khususnya dari ekonomi desil 1 dan desil 2.
Banyak anak yang sempat putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Mengajar di Sekolah Rakyat bukan sekadar transfer ilmu.
Bagi Salsa, ini tentang memberi harapan pada anak-anak yang hampir kehilangan masa depan.
"Nah itu, program Sekolah Rakyat ini kan sangat membantu mereka ya, jadi mereka itu bisa sekolah lagi, mereka bisa pakai seragam lagi, terus itu juga menurut saya motivasi saya untuk mengajarkan mereka sih, jadi kayak saya juga bisa banyak belajar banyak hal dari mereka juga," kata Salsa. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251115_Guru-di-Samarinda-Terapkan-Pengajaran.jpg)